Strategi Tiongkok Ubah Persepsi RI Soal Dugaan Represi Muslim Uighur

Tiongkok sempat mengajak ormas Islam dan media ke Xinjiang

Jakarta, IDN Times - Isu dugaan represi terhadap Muslim Uighur kembali menjadi pusat perhatian. Adalah harian Amerika Serikat The Wall Street Journal (WSJ) edisi Rabu (11/12) yang mengangkat tulisan dengan judul "How China Persuaded One Muslim Nation to Keep Silent on Xinjiang Camps" yang kemudian menjadi pembahasan di Indonesia. Hal itu lantaran WSJ menulis ada dugaan kuat Pemerintah Tiongkok mencoba mengubah persepsi umat Muslim di Indonesia mengenai situasi warga Muslim di kota Xinjiang. 

Selama ini media barat kencang mengabarkan telah terjadi tindakan persekusi yang terhadap jutaan umat Muslim di Xinjiang. Bahkan, dalam laporan terbaru yang dirilis oleh stasiun berita BBC Inggris pada November lalu menyebut Pemerintah Tiongkok memang tengah mencuci otak ratusan ribu umat Muslim secara sistematis dalam jaringan kamp-kamp penjara yang ketat. 

Kesimpulan itu diperoleh usai sejumlah dokumen rahasia bocor dan dianalisa oleh Konsorsium Jurnalis Investigatif Internasional (ICIJ). BBC termasuk satu dari 17 media mitra. 

Kembali ke tulisan WSJ, mereka menyebut persepsi beberapa ormas Islam di Indonesia tiba-tiba berubah usai mengikuti program tur ke kamp-kamp re-edukasi yang terletak di tiga area. Program tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Tiongkok pada Februari lalu. IDN Times termasuk salah satu media yang mengikuti program tersebut. 

"Otoritas Tiongkok menyampaikan presentasi mengenai serangan teroris yang dilakukan oleh etnis Uighur. Rombongan itu juga diajak untuk mengunjungi area masjid dan salat di sana," demikian isi tulisan WSJ

Dalam program yang telah dirancang oleh Pemerintah Tiongkok itu, rombongan juga diajak ke ruangan kelas. Di sana, mereka bisa berbicara dengan para siswa yang tengah menempuh pendidikan di sana. Di kamp itu, kata Pemerintah Tiongkok, memberikan beragam pendidikan mulai dari manajemen hotel hingga peternakan. 

Uniknya usai kunjungan itu, beberapa petinggi ormas Islam mengubah sikapnya. Mereka tak lagi bersuara kencang mengkritik Pemerintah Tiongkok mengenai perlakuanya terhadap umat Muslim Uighur. Lalu, apa kata petinggi ormas Islam itu?

1. Pemerintah Tiongkok disebut tengah mengatasi ekstrimisme

Strategi Tiongkok Ubah Persepsi RI Soal Dugaan Represi Muslim UighurIDN Times/Uni Lubis

Tokoh dari Nahdlatul Ulama, Masduki Baidlowi mengatakan Tiongkok saat ini sedang menghadapi ancaman ekstrimisme di Provinsi Xinjiang. 

"Tapi, mereka sedang mengatasinya," kata Masduki seperti dikutip dari WSJ

Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? Masduki menyebut Tiongkok menyediakan solusi dengan penguasaan beragam kemampuan di sebuah sekolah vokasi. Masduki termasuk dari rombongan tokoh agama yang pernah diajak untuk melihat kamp-kamp re-edukasi di Negeri Tirai Bambu. 

Walaupun ia juga mengakui ada temuan yang membuatnya gusar yakni tidak ada tempat bagi umat Muslim Uighur untuk beribadah di dalam kamp tersebut. Hal itu sempat ditanyakan oleh salah satu anggota rombongan. 

Sementara, seorang tokoh dari Muhammadiyah yang tidak disebut namanya dalam majalah terbitan internal malah mengatakan kamp yang dikunjunginya terlihat bagus dan tidak terlihat sama sekali seperti penjara. 

"Kelas-kelas di dalamnya sangat nyaman," kata dia. 

Media barat ramai-ramai menyebut kamp itu seperti penjara lantaran penjagaan di kamp terlihat begitu ketat dan di sekeliling temboknya dipasangi kawat berduri. Sementara, pemimpin redaksi IDN Times yang ikut dalam rombongan kunjungan media juga menemukan keganjilan di mana handle pintu kamar di dalam kamp tidak tersedia. Artinya, sesudah masuk kamar dan kamar dalam keadaan tertutup, siswa hanya bisa membuka pintu jika dibukakan dari luar.

Baca Juga: Deretan Fakta 'Sekolah Vokasi' Muslim Uighur di Xinjiang

2. Pemerintah AS melobi Indonesia agar menekan Tiongkok

Strategi Tiongkok Ubah Persepsi RI Soal Dugaan Represi Muslim UighurANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

Gencarnya Tiongkok mendekati tokoh-tokoh muslim di Indonesia turut membuat gusar Amerika Serikat. Salah satu caranya dengan meminta para diplomat mereka untuk melempar pertanyaan kritis ke ruang publik. Khususnya setelah digelar tur bagi tokoh Muslim dan media ke Xinjiang pada Februari lalu. 

Sebagai contoh, WSJ mencatat pada Agustus lalu, Pemerintah Negeri Paman Sam turut mendukung sebuah diskusi yang difasilitasi dengan menggunakan live streaming Facebook. Tema diskusinya mengenai perlakuan yang buruk terhadap etnis Muslim di Xinjiang. 

Dari undangan yang WSJ lihat tujuan dari diskusi itu agar publik mengetahui adanya perlakuan buruk terhadap Muslim Uighur oleh Pemerintah Tiongkok. Selain itu, menurut seorang individu yang mengetahui adanya upaya counter dari AS tersebut mengatakan diplomat AS sengaja melobi Indonesia. Tujuannya, agar bisa menekan Tiongkok dan melepaskan warga Muslim Uighur dari penahanan di kamp. 

"Kami pernah menyampaikan kekhawatiran kami mengenai cara Tiongkok memperlakukan warganya sendiri. Hal itu disampaikan dalam sebuah pertemuan yang dihadiri LSM dan pejabat berwenang di Indonesia," ujar seorang pejabat di Kedutaan AS di Jakarta. 

3. Ormas Islam di Indonesia bantah terima donasi dari Pemerintah Tiongkok

Strategi Tiongkok Ubah Persepsi RI Soal Dugaan Represi Muslim UighurIlustrasi gedung majelis ulama indonesia MUI (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Sementara, di laporan WSJ turut disebut adanya dugaan adanya kucuran dana ke ormas Islam di Indonesia usai mereka menghadiri program tur ke Xinjiang. Namun, menurut dua pejabat di ormas Islam, dugaan itu sama sekali tidak benar.

Tidak ada, Muhammadiyah tidak terima apa pun yang jadi kompensasi, kecuali hanya undangan ke sana (Xinjiang)," kata Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Trisno Raharjo saat dihubungi IDN Times, pada Jumat (13/12), di Jakarta.

Hal yang sama ditegaskan Ketua MUI Bidang Kerja Sama Luar Negeri, KH Muhiddin Junaedi, yang menjadi ketua rombongan ormas Islam yang berkunjung ke Xinjiang dan Urumqi Februari 2019.

"Tidak ada, kita tidak dikasih apa-apa, ya hanya makan saat berada di sana (Xinjiang)," kata Muhiddin. 

Gimana menurut kalian guys? Indonesia akan berhasil dilobi kah?

Baca Juga: Viral, Berkedok Tutorial Makeup, Video TikTok Bahas Muslim Uighur 

Topik:

Berita Terkini Lainnya