Suharso Monoarfa Diberhentikan Sebagai Ketum PPP saat Dinas ke Luar RI
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nasib Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso Monoarfa menjadi jelas pada akhir pekan lalu. Ia diberhentikan sebagai ketum periode 2020-2025 melalui mekanisme rapat Mahkamah Partai. Tiga majelis di PPP yakni Majelis Syariah, Majelis Kehormatan dan Majelis Pertimbangan sepakat untuk memberhentikan Suharso dari posisi ketum dalam pertemuan di Bogor pada 2 September 2022-3 September 2022.
Namun, ketika keputusan itu diumumkan, Suharso tidak ikut dalam rapat Mahkamah Partai. Ia sedang menjalani tugas ke luar negeri. Di dalam akun media sosialnya, Suharso terlihat tengah berkunjung ke Austria dan Prancis.
Ia berkunjung ke Austria untuk bertemu dengan petinggi Dopplemayr, perusahaan yang memproduksi kereta gantung. Ini merupakan bagian untuk mewujudkan transportasi kereta gantung di IKN Nusantara, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur.
"Pemerintah Indonesia saat ini telah merencanakan pengembangan kereta gantung di IKN guna mewujudkan visi IKN sebagai kota yang ramah lingkungan. Penggunaan kereta gantung akan difungsikan untuk menghubungkan penumpang dari area bisnis ke area pemukiman," katanya di akun media sosial yang diunggah pada 2 September 2022 lalu.
Sementara, ia berkunjung ke Prancis untuk ke pabrik Airbus. Menurut Suharso, ia dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ke pabrik produsen pesawat itu untuk menjalin potensi kerja sama perdagangan, industri dan layanan.
Di sisi lain, Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani mengatakan Suharso ikut diundang ke rapat Mahkamah Partai. Arsul pun juga sempat berkomunikasi dengan Suharso terkait kemungkinan ia bakal dicopot dari kursi ketum.
"Pak Mardiono dan Pak Suharso juga sudah telepon-teleponan. Jadi, jangan dibayangkan, kami tidak ada komunikasi sama sekali dengan Pak Harso," kata Arsul kepada media di Gedung DPR Senayan, Jakarta Pusat pada Senin, (5/9/2022).
Ia pun menyebut rapat Mahkamah Partai itu sudah sesuai ketentuan di dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga PPP. Lalu, apa yang menyebabkan Suharso dicopot dari posisi ketum? Apakah dengan digesernya Suharso sebagai ketum, ia tetap menjabat sebagai Kepala Bappenas?
1. Suharso cerita ketika sedang safari ke ponpes harus setor amplop ke para ki'ai
Kegaduhan bermula ketika Suharso berbicara di program "Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas (PCB) untuk PPP" di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 15 Agustus 2022 lalu. Acara tersebut tayang live streaming dan videonya masih bisa disaksikan di YouTube komisi antirasuah.
Suharso mengisahkan bahwa dua pendahulunya di PPP sudah pernah menjadi 'pasien' KPK. Ia pun curhat sudah ada upaya agar mengarahkannya ikut berbuat korupsi.
Suharso kemudian teringat kisah nyata ketika ia melakukan safari ke sejumlah pondok pesantren dan menemui para ki'ai besar. Bahkan, ia bersumpah kisah tersebut benar-benar terjadi.
"Saya datang ke ki'a itu dan didampingi beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Saya minta didoakan lalu saya jalan. Tak lama kemudian, saya dikirimi pesan melalui WhatsApp. Pak Plt, tadi ninggalin sesuatu gak untuk Pak Ki'ai? Saya bilang, saya gak merasa tertinggal sesuatu di sana. Mungkin ada barang cucu saya yang tertinggal," ujar Suharso di acara tersebut.
"Ada sesuatu (yang harusnya ditinggal). Saya jawab enggak. Oh, ya sudah nanti saja," katanya menirukan pihak yang menghubunginya.
Alhasil, ia sempat bertemu dengan pihak yang menghubunginya. Suharso kemudian dinasehati agar ketika sowan ke sejumlah ponpes wajib membawa cinderamata.
"Wah, saya gak bawa. Tanda matanya apa? Sarung? Peci? Alqur-an atau apa? Lalu, saya dibilang kayak gak ngerti aja Pak Harso ini. Then I have to provide that money. Everywhere dan setiap ketemu, gak bisa. Bahkan, sampai hari ini kalau kami ketemu di sana, kalau salamannya itu gak ada amplopnya, itu sesuatu yang hambar," tutur dia mengenang peristiwa tersebut.
"This is the real problem that we are facing today," katanya lagi.
Editor’s picks
Gara-gara pernyataan itu, Suharso dan PPP menuai banyak protes. Salah satunya datang dari Gus Miftah. Menurutnya, pidato Suharso, dianggap telah menghina marwah kiai dan pondok pesantren.
"Tidak ada permintaan kiai kepada para santri dan jemaah kalau sowan harus kasih amplop atau apa pun. Kalau toh ada, itu justru inisiatif dari santri atau jemaah yang sifatnya sukarela sebagai rasa mahabbah seorang santri kepada kiai," demikian tulis Gus Miftah pada 19 Agustus 2022 lalu di akun Instagramnya.
"Kali ini Anda menghina kiai dan pesantren dengan kalimat yang menyakitkan. Saya sebagai santri yang biasa sowan ke kiai untuk tabarukan dan ngalap berkah meminta Anda untuk klarifikasi dan minta maaf!" kata Gus Miftah lagi.
Baca Juga: Ketum PPP Diganti, Arsul Ungkap Telepon-teleponan Suharso-Mardiono
2. Suharso Monoarfa sempat minta maaf
Menyadari pernyataan di acara KPK itu menyakiti banyak pihak dan membuat gaduh, Suharso akhirnya meminta maaf. Gara-gara pernyataan Suharso, PPP menuai protes dari sejumlah pihak, termasuk ormas Nahdlatul Ulama (NU).
"Saya mengaku itu sebuah kesalahan, saya memohon maaf dan meminta untuk dibukakan pintu maaf seluas-luasnya," ujar Suharso di acara Sekolah Politik PPP di Bogor, 19 Agustus 2022 lalu.
Suharso mengaku khilaf telah membuat perumpamaan atau ilustrasi mengenai "amplop" kiai tersebut saat menyampaikan pidato dalam kegiatan Politik Cerdas Berintegritas (PCB) di Gedung ACLC KPK, 15 Agustus 2022 lalu. Ia menyadari semestinya tidak menyampaikan ilustrasi tersebut di depan publik dan menimbulkan penafsiran yang keliru.
“Saya akui ilustrasi dalam sambutan itu sebuah kekhilafan dan tidak pantas saya ungkapkan,” kata Suharso.
Namun, di sisi lain, ia turut menyesalkan tindakan pihak yang memotong pidatonya di komisi antirasuah. Menurutnya, tindakan itu membuat pernyataannya berada di luar konteks dan membangun opini yang membuat gaduh.
Suharso menuturkan pernyataannya yang beredar mengenai "amplop" kiai itu merupakan respons terhadap sambutan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron. Saat itu, ia memanggil Ghufron dengan sebutan kiai.
3. Suharso sempat berencana mengundurkan diri sebelum diberhentikan oleh majelis PPP
Sementara, Arsul menjelaskan sebelum diberhentikan oleh majelis PPP, Suharso sudah berkeinginan untuk mengundurkan diri sebagai ketua umum. Niat itu disampaikan Suharso kepada Mardiono dan Rommy keinginan untuk mengundurkan diri sebagai ketua umum.
Rommy adalah mantan ketua umum PPP. Sedangkan, Mardiono adalah Ketua Majelis Pertimbangan PPP yang kini jadi Plt ketum.
"Dari yang disampaikan oleh Pak Mardiono dan juga kebetulan beliau (Suharso) berkesempatan juga berkomunikasi dengan Pak Romy (Romahurmuziy). Pak Romahurmuziy mantan ketum. Itu Beliau sempat menyampaikan keinginan untuk mengundurkan diri," kata Arsul kepada media di gedung DPR Senayan, Jakarta Pusat.
Baca Juga: Suharso Diberhentikan Jadi Ketum, PPP: Jangan Anggap Kami Pecah!