Tak Mau Ada Polemik, Wapres Ma'ruf Tinjau Vaksinasi AstraZeneca di MUI

MUI sempat haramkan vaksin AstraZeneca tapi boleh dipakai

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden Ma'ruf Amin ikut menyaksikan pelaksanaan vaksinasi keempat yang dilakukan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta Pusat, Rabu (7/4/2021). Ma'ruf mengatakan vaksinasi tersebut terasa spesial karena menggunakan merek AstraZeneca, vaksin yang diberi fatwa haram oleh MUI. 

"Jadi, masyarakat tidak perlu ragu menggunakannya dari segi kebolehan, menurut pandangan keagamaan dari segi MUI. Oleh sebab itu, akan dilanjutkan ke MUI di daerah lain, sehingga tidak perlu ada keraguan," ungkap Ma'ruf seperti disaksikan secara daring dari kanal YouTube Wapres. 

Mantan ketua umum MUI itu menjelaskan, vaksinasi sudah menjadi hal yang wajib dilakukan oleh para ulama. Hal tersebut agar pemerintah dapat mencapai kekebalan kelompok (herd immunity). 

"Sedangkan, kekebalan kelompok itu baru bisa tercapai bila 70 persen (warga Indonesia) sudah divaksinasi. Artinya, ada sekitar 181,5 juta warga yang perlu divaksinasi," kata dia.

Oleh sebab itu, ia berharap dengan adanya vaksinasi COVID-19 dengan merek AstraZeneca di kantor MUI, maka bisa mendorong tingkat kepercayaan masyarakat. Sebab, sempat muncul kebingungan publik ketika vaksin buatan perusahaan farmasi asal Inggris itu disebut terbuat dari bahan yang haram, namun boleh digunakan lantaran dalam kondisi darurat. 

"Dari segi keamanan, InsyaAllah aman. AstraZeneca itu aman," ujar Wapres. 

Lantas, berapa banyak stok vaksinasi merek AstraZeneca yang dimiliki  Indonesia?

1. Gara-gara diembargo India, RI hanya dapat 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca

Tak Mau Ada Polemik, Wapres Ma'ruf Tinjau Vaksinasi AstraZeneca di MUIPerusahaan farmasi AstraZeneca pbs.org

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Indonesia hanya memperoleh 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca dari alokasi semula 11,7 juta dosis yang dijanjikan. Hal itu lantaran pemerintah India tiba-tiba mengembargo pengiriman vaksin COVID-19 ke berbagai negara. 

Kasus COVID-19 di India kembali melonjak sehingga otoritas setempat memilih memprioritaskan vaksin yang diproduksi, agar bisa dikonsumsi warga di negaranya. 

"Vaksin COVID-19 produksi India termasuk yang semula dialokasikan ke GAVI, akibatnya WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan GAVI (Aliansi vaksin internasional yang menyediakan vaksin gratis bagi negara-negara yang memenuhi syarat) kini panik," ujar Budi dalam diskusi Charta Politika Indonesia seperti disiarkan di saluran YouTube, Selasa, 30 Maret 2021. 

"India itu kan pabrik vaksin terbesar di dunia selain Tiongkok. Vaksin merek Novavax, AstraZeneca dan Pfizer juga diproduksi di sana.  Akibatnya kini pasokan kurang dan harus realokasi lagi," sambung pria yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu. 

Semula dari GAVI, Indonesia memperoleh 11,7 juta dosis vaksin AstraZeneca pada Maret 2021. Akhirnya, Indonesia hanya memperoleh 1,1 juta vaksin AstraZeneca. "Yang 10,6 jutanya nyangkut (di India)," ungkap Budi. 

Kendati, juru bicara vaksinasi dari Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Indonesia akan memperoleh tambahan vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech. Dia mengatakan bulan ini Sinovac akan mengirimkan 10 juta dosis, dengan begitu jumlah dosis vaksin sudah mencapai 28 juta. 

Dari 28 juta dosis vaksin itu, sebanyak 5 juta dosis sudah didistribusikan. Sedangkan, 11 juta dosis vaksin lainnya akan dikirim ke berbagai wilayah Indonesia sepanjang bulan ini. 

Baca Juga: BPOM: Vaksin AstraZeneca Tak Sebabkan Terjadinya Penggumpalan Darah

2. Menkes Budi ucapkan terima kasih MUI wajibkan umat Islam divaksinasi AstraZeneca

Tak Mau Ada Polemik, Wapres Ma'ruf Tinjau Vaksinasi AstraZeneca di MUIBudi Gunadi Sadikin (Dok. IDN Times/Biro Pers Kepresidenan)

Dalam acara vaksinasi di MUI, Menkes Budi juga mengucapkan terima kasih kepada Wapres Ma'ruf karena mendorong agar umat Muslim tak khawatir divaksinasi AstraZeneca. Bahkan, mereka diwajibkan disuntik vaksin karena kondisi pandemik belum mereda. 

"Pertama, bapak sebagai senior bagi umat muslim di Indonesia sudah memberikan contoh bahwa vaksin AstraZeneca aman, boleh dan wajib hukumnya untuk disuntikan ke seluruh umat muslim di Indonesia untuk mencapai kekebalan komunal dalam rangka mengendalikan pandemik COVID-19 ini," ungkap Budi. 

Menkes pun berharap setelah ada vaksinasi dengan merek vaksin AstraZeneca di kantor MUI, maka mendorong umat muslim lain untuk mengikuti hal serupa. "Semoga penyuntikan dengan vaksin AstraZeneca bagi seluruh umat muslim di Indonesia bisa berjalan dengan lancar," tutur Budi. 

3. Kemenkes sebut vaksin AstraZeneca aman diberikan kepada warga

Tak Mau Ada Polemik, Wapres Ma'ruf Tinjau Vaksinasi AstraZeneca di MUIIlustrasi vaksinasi COVID-19. ANTARA FOTO/Jojon

Usai vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca, informasi mengenai efek samping vaksin tersebut mulai terdengar. Dinas Kesehatan di Sulawesi Utara pada 28 Maret 2021 memutuskan menyetop sementara, vaksinasi dengan merek AstraZeneca.

Penghentian itu dilakukan setelah muncul ratusan kasus gejala seperti demam menggigil, nyeri badan dan tulang, hingga mual serta muntah paska divaksinasi. Padahal, penyuntikan baru berjalan selama tiga hari. 

"Langkah hati-hati ini harus diambil mengingat adanya kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) sebesar 5-10 persen dari total yang divaksinasi Astra Zeneca," ujar juru bicara Satgas COVID-19 Sulut Steven Dandel. 

Ia menggarisbawahi penghentian ini bersifat sementara. Tetapi, setelah dianalisa Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), vaksinasi dengan AstraZeneca kembali dilanjutkan pada 30 Maret 2021. 

"Saya sudah laporkan ke Pak Menteri Kesehatan bahwa semua yang telah dilaporkan sudah dilakukan investigasi dan data menunjukkan semuanya KIPI ringan," ungkap Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan kepada media. 

Kemenkes mengalokasikan sekitar 50 ribu dosis vaksin AstraZeneca di wilayah Sulut dan telah tiba sejak 23 Maret 2021. Jubir vaksinasi dari Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sejauh ini belum ada efek samping dari vaksin AstraZeneca.

"Nanti, akan dikaji tentunya oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization), hingga Komnas KIPI. Selama ini masih dikatakan aman," ungkap Nadia ketika dikonfirmasi. 

Baca Juga: AstraZeneca Tanggapi MUI soal Vaksinnya Mengandung Produk Turunan Babi

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya