Tanggapi Peristiwa UAS, Muhadjir: Hidup Bertetangga Harus Jaga Mulut

UAS tetap ingin ke Singapura bila diundang warga

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy ikut menanggapi peristiwa ditolaknya penceramah Abdul Somad Batubara masuk ke Singapura pada 16 Mei 2022 lalu. Muhadjir menggunakan analogi hidup bertetangga yang harus mengedepankan etika. Tujuannya, agar dalam bertetangga bisa hidup dengan nyaman. 

"Pokoknya begini, dalam hidup bertetangga, tidak hanya bermakna antar rumah ya, antar sesama negara itu juga ada ada etika, tata cara dan wajib saling menghormati," ungkap Muhadjir di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Kamis (19/5/2022).

Ia pun mewanti-wanti agar bisa hidup bertetangga dengan nyaman, harus menjaga mulut dan perilaku. "Maka, antar tetangga, kita sebaiknya mulai dari menjaga lidah, mulut, hingga tangan. Kita bisa hidup enak dan kalau bertamu ke tetangga juga tak perlu diusir," katanya. 

Sebaliknya, kata Muhadjir, ketika menerima tetangga, maka penerimaannya juga bisa dilakukan dengan baik dan santun. Pernyataan Muhadjir seolah merujuk kepada alasan otoritas di Negeri Singa menolak masuk Ustaz Abdul Somad (UAS). Di dalam pernyataan tertulis Kementerian Dalam Negeri Singapura, 17 Mei 2022 lalu, tertulis alasan mereka menolak masuk UAS lantaran rekam jejak ceramahnya yang beredar di dunia maya. 

Apakah UAS bisa menerima alasannya ditolak masuk oleh otoritas Singapura?

1. UAS masih tuntut penjelasan dari otoritas Singapura mengapa ia ditolak masuk

Tanggapi Peristiwa UAS, Muhadjir: Hidup Bertetangga Harus Jaga MulutUstaz Abdul Somad. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Sementara, ketika berbicara di stasiun tvOne pada Rabu, 18 Mei 2022 lalu, UAS masih menuntut penjelasan dari otoritas Singapura soal alasan ia ditolak masuk pada 16 Mei 2022 lalu. Pasalnya, ia tetap diterima masuk ketika berkunjung ke Negeri Singa pada 2012 dan 2017 lalu. Saat itu, ia berkunjung ke Singapura sebelum terbang ke Mesir. 

Ia juga mengatakan bahwa tujuannya ke Singapura pada 16-17 Mei 2022 untuk berlibur bersama keluarga. Ia tak menghubungi Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) karena kunjungannya bukan untuk berdakwah. 

"Saya kemarin datang hanya untuk jalan-jalan dan berlibur dua hari, karena kebetulan holiday," kata UAS. 

Dalam kesempatan itu, UAS juga membantah dengan tegas sempat diisukan memiliki kaitan dengan organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Pekan Baru.

"Itu hoaks. Jadi, sangat disayangkan ada orang yang menelan berita mentah-mentah. Saya tidak terikat dan terafiliasi dengan HTI, aliran-aliran apapun. Saya itu murni Moeslim Scholar," kata dia. 

UAS mengaku heran dengan sikap yang ditempuh oleh Pemerintah Singapura. Sebab, antara Singapura, Malaysia, dan Brunei adalah negara tetangga. 

Ia mengaku bisa diterima masuk dua kali dalam setahun ke Malaysia. Ia pun tercatat sebagai visiting professor di Universitas Islam Sutan Sharif Ali, Brunei. Menurut UAS, sebagai negara yang satu rumpun dengan Indonesia, maka pemerintah berhak untuk menjelaskan posisi WNI yang ditolak masuk ke sana. 

"Soal kedaulatan bahwa mereka berhak untuk menolak, tetapi kita juga punya harga diri dan kedaulatan untuk meminta penjelasan," tutur dia.

Meski sudah ada keterangan yang disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri Singapura, tetapi UAS tetap ingin mendengar penjelasan dari Duta Besar Singapura di Jakarta. Menurutnya, jangan sampai peristiwa yang ia alami juga menimpa WNI lainnya yang ingin masuk ke Singapura.

Baca Juga: Abdul Somad Ditolak Masuk, Pendukungnya Serbu Medsos Pejabat Singapura

2. UAS tetap ingin ke Singapura bila ada undangan dari warga

Tanggapi Peristiwa UAS, Muhadjir: Hidup Bertetangga Harus Jaga MulutUstadz Abdul Somad (UAS) ketika swafoto di dalam ruangan berukuran 1X2 meter ketika ditarik oleh petugas imigrasi di Pelabuhan Tanah Merah, Singapura pada 16 Mei 2022. (www.instagram.com/@ustadzabdulsomad_official)

Lebih lanjut, UAS menjelaskan bahwa kakak dari ibunya telah bermukim di Singapura. Ia pun melihat Singapura merupakan bagian dari tanah serumpun yang wajib dikunjungi bagi warga di Riau. 

"Saya kemarin mau datang untuk menunjukkan ke keponakan dan anak saya inilah masjid Melayu di Kerajaan Temasek. Akhirnya, Kerajaan Temasek hancur dan pindah ke suatu tempat yang dinamakan Malaka. Malaka hancur lalu pecah menjadi Johor dan Siak Sri Indrapura di Riau," ungkapnya. 

Ia menambahkan, tetap akan datang ke Singapura bila diundang oleh warga di sana untuk menyampaikan tausiyah. "Saya akan urus ke MUIS (Majelis Ulama Islam Singapura)," ujar UAS. 

"Tapi sekali lagi, saya kan kemarin mau jalan-jalan, bukan ingin menyampaikan tausiyah. Kenapa mereka memperlakukan saya demikian?" tanya UAS lagi. 

3. Pemerintah tak akan menempuh kebijakan apapun soal UAS ditolak masuk ke Singapura

Tanggapi Peristiwa UAS, Muhadjir: Hidup Bertetangga Harus Jaga MulutIDN Times/Galih Persiana

Sementara, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengatakan, pihaknya tak akan mengambil sikap apapun usai UAS ditolak masuk ke Singapura. Ia menegaskan bahwa keputusan petugas imigrasi Singapura yang menolak masuk UAS dan enam orang lainnya untuk berlibur, bukan menjadi urusan pemerintah. 

"Tidak ada langkah apapun ke depan. Itu kan bukan urusan hukum di Indonesia, itu urusan hukum Singapura. Kita punya hukum sendiri. Begitu juga dengan Singapura, mereka tak bisa melanggar wilayah teritori Indonesia," kata pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu di Nusa Dua, Bali, Rabu 18 Mei 2022 lalu. 

Alih-alih menempuh kebijakan hukum, Mahfud menilai langkah diplomasi yang dinilai lebih efektif. "Karena kan secara internasional, kita tidak boleh (ikut campur). Sama seperti halnya Singapura mau mencampuri urusan hukum di sini, kan tak boleh," lanjut Mahfud. 

Ia juga menggarisbawahi bahwa sebuah negara tak wajib memberikan penjelasan alasannya menolak masuk warga asing. 

Baca Juga: Usai Ditolak Masuk, UAS Ajak Pengikutnya Tak Belanja ke Singapura

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya