Tidak Keberatan Diganti, Megawati Mulai Cari Penerus Ketum PDIP?

Anak-anak Megawati dinilai tak bisa jadi pemersatu di PDIP

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri kembali melempar sinyal ia tidak keberatan diganti. Namun, ia memberi syarat partai berlambang kepala banteng moncong putih itu, tetap harus jadi parpol andalan di Tanah Air. Pernyataan itu disampaikan Mega ketika berpidato pada peluncuran buku berjudul Merawat Pertiwi secara virtual, Rabu, 24 Maret 2021. 

"Ada pernyataan kalau suatu saat ibu harus digantikan? Ya monggo wae. Tapi, PDIP-nya awas lho. Sepanjang ada republik ini PDIP harus tetap ada sebagai salah satu partai andalan di republik ini," ujar Megawati di forum virtual tersebut. 

Perempuan yang pernah jadi Presiden ke-5 RI itu tetap berharap PDIP menjadi partai harapan warga Indonesia. Oleh sebab itu, ia berharap para kader tetap solid dan tidak mudah terombang-ambing. 

"Semuanya akan saya pantau untuk jadikan apa? Agar partai ini jadi harapan rakyat banyak, gak mudah digoyahkan, gak mudah diiming-imingi," tutur dia. 

Pernyataan serupa sudah pernah diucapkan Megawati beberapa tahun sebelumnya. Pada 2018, pada acara DPP PDIP, dia juga mengatakan hal serupa. Ia mengatakan dibandingkan ketum partai politik lain, Mega mengklaim sebagai ketum parpol paling senior. 

"Sudah sekian lama belum diganti-ganti. Padahal, saya sudah sekian lama berharap diganti karena umur saya sudah yang sudah plus 17," ungkap Mega tiga tahun lalu. 

Bahkan, di forum itu, Megawati sempat kesal karena belum ada perempuan yang mau menjadi tokoh politik seperti dirinya. Padahal, Mega memiliki putri yang kini sudah menjadi ketua DPR. Apakah kini Mega serius mencari penerus dirinya sebagai ketum PDIP? Siapa kira-kira sosok yang bisa menjadi penerusnya?

1. Kader PDIP tak khawatir soal suksesor karena jadi hak prerogatif ketua umum

Tidak Keberatan Diganti, Megawati Mulai Cari Penerus Ketum PDIP?IDN Times/Margith Juita Damanik

Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan pihaknya tidak khawatir dengan urusan sukses PDIP. Ia menilai penerus merupakan hak prerogatif ketua umum yang masih berkuasa.

Artinya, penerus ketua umum PDIP selanjutnya harus datang dari Megawati sendiri. Hal itu sesuai dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PDIP. 

"Ketentuan itu dibuat sesuai dengan kultur organisasi kami yang unik, terpimpin atau hierarkis dan tegak lurus terhadap ideologi partai," ujar Hendrawan ketika dikonfirmasi, Jumat (26/3/2021). 

Ia mengatakan untuk masuk ke dalam DPP PDIP bukan hal mudah. Syaratnya, mereka harus memiliki rekam jejak kesetiaan, reputasi dan kegigihan ideologis. Oleh sebab itu, ia mengklaim kepengurusan DPP PDIP merupakan kepengurusan yang paling ramping dalam organisasi parpol di Tanah Air. 

"Jadi, semua itu sesuai dengan pertimbangan, intuisi, dan kalkulasi ibu Mega," ungkap Hendrawan. 

Baca Juga: Warga Abai Prokes, Megawati: Masak Gak Malu Presiden yang Ingatkan!

2. Megawati dialami dilema bila turun dari posisi ketum PDIP

Tidak Keberatan Diganti, Megawati Mulai Cari Penerus Ketum PDIP?Dok. IDN Times/PDIP

Sementara, Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin mengatakan, Megawati sudah menjadi ketua umum PDIP sejak masa Orde Baru. Tetapi, ia juga menghadapi dilema bila turun dari posisi ketum. 

"Karena Bu Mega tahu kalau dia turun (dari posisi ketum) dan tidak menjabat lagi, maka PDIP akan mengalami konflik internal yang luar biasa. Oleh karena itu karena terpaksa, Bu Mega bertahan dan tetap jadi ketua umum," ujar Ujang ketika dihubungi IDN Times melalui telepon hari ini. 

Ujang menilai implikasi perpecahan di PDIP sangat tinggi. Sebab, di dalam parpol ada beragam faksi, mulai dari faksi Jokowi, hingga Megawati.

"Jokowi kan sebelumnya sudah ingin jadi ketua umum (PDIP), Tapi, persoalannya di AD/ART PDIP hal itu tidak memungkinkan, karena ketua umum bukan dipilih melalui kongres, tapi pengajuan dari bawah. Jadi, pengganti ketua umum itu nanti gimana maunya Bu Mega. Makanya, nama yang muncul selalu Bu Mega," tutur dia. 

3. Sosok Puan dan Prananda Prabowo dinilai tak bisa jadi pemersatu beragam faksi di PDIP

Tidak Keberatan Diganti, Megawati Mulai Cari Penerus Ketum PDIP?Ketua DPR, Puan Maharani ketika memimpin rapat 14 Agustus 2020 (Tangkapan layar YouTube)

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu menilai bukan perkara mudah menemukan suksesor Megawati untuk jadi ketum PDIP. Sebab, di dalam PDIP yang dianggap sebagai sosok pemersatu hanya dua nama, yaitu Megawati dan Taufik Kiemas. 

"Sekarang kan Taufik Kiemas sudah tidak ada. Otomatis setelah Mega sudah tidak ada lagi sosok pemersatu. Makanya kan kata-kata Mega menyebut bila ada jaminan partai tetap langgeng ya dia akan mundur," ungkap Ujang. 

Pernyataan itu bermakna Megawati sudah memahami betul bila ia mundur maka akan dihantui konflik perpecahan di tubuh PDIP. Nama-nama seperti Puan Maharani, Prananda Prabowo atau Budi Gunawan tidak akan mudah mengisi celah yang ditinggalkan Mega. Ia memperkirakan konflik internal tetap akan terjadi bila PDIP dipimpin nama-nama tersebut.

Menurut Ujang, kesulitan mencari tokoh penerus adalah kekurangan parpol yang memiliki ketum berdasarkan ketokohan. PDIP diperkirakan bisa limbung bila tiba-tiba ditinggal Megawati. 

"Tapi, nanti kita lihat saja siapa tokoh yang akan muncul dalam kongres yang akan digelar empat tahun lagi," kata dia. 

Baca Juga: Ketua MPR: Kehadiran SBY & Megawati Membuat Indonesia Semakin Indah

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya