Tiongkok: 500 TKA Sudah Tes COVID-19 Dulu Sebelum ke Indonesia

Lebih dari 100 TKA Tiongkok sudah tiba di Konawe

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Tiongkok meminta publik di Indonesia tak perlu khawatir dengan risiko kesehatan yang dibawa oleh ratusan pekerja dari negaranya di tengah pandemik. Konselor bidang ekonomi dan perdagangan Kedutaan Tiongkok di Jakarta, Wang Liping mengatakan ratusan pekerja itu sudah menjalani tes COVID-19 sebelum berangkat ke Indonesia. 

"Mereka tiba di Indonesia secara bertahap dan akan didampingi empat staf medis. Sebelum berangkat, mereka juga sudah mengikuti tes COVID-19 untuk memperoleh sertifikat kesehatan sesuai protokol di Indonesia," kata Wang dalam pemberian keterangan pers secara virtual pada Rabu (24/6). 

Kelompok pekerja yang tiba di Konawe, Sulawesi Tenggara itu fokus di bidang teknik dan berada di sana selama enam bulan. Ia menggaris bawahi perusahaan Tiongkok di Konawe akan mematuhi aturan yang berlaku di Indonesia. 

"Kami akan secara aktif melakukan transfer teknologi dan memberikan pelatihan kepada pekerja Indonesia. Lalu, kami juga akan mengirimkan pekerja Indonesia secara berkala ke Tiongkok untuk mengikuti kursus pelatihan," tutur dia lagi. 

Kendati begitu, kedatangan ratusan TKA asal Tiongkok tetap menuai protes dari mahasiswa. Bahkan, mereka melakukan aksi protes pada Selasa (23/6) di Simpang 4 Bandara Haluoleo, Desa Ambeipua, Konawe Selatan. 

Tercatat ada 152 TKA asal Tiongkok yang telah tiba di Konawe. Mereka rencananya dipekerjakan di Kawasan Industri Pertambangan Morosi, Konawe sebagai tenaga ahli. Lalu, bagaimana dengan sistem penggajian bagi tenaga dari Tiongkok dengan pekerja lokal?

1. Tiongkok menyebut gaji pekerjanya lebih tinggi karena bekerja sebagai tenaga ahli

Tiongkok: 500 TKA Sudah Tes COVID-19 Dulu Sebelum ke Indonesia(Konselor bidang ekonomi Kedutaan Tiongkok di Jakarta Wang Liping) Dokumentasi Kedutaan Tiongkok

Konselor bidang ekonomi dan perdagangan Kedutaan Tiongkok di Jakarta, Wang Liping mengakui gaji TKA dari Negeri Tirai Bambu yang bekerja di Indonesia memang lebih tinggi dibandingkan gaji pekerja lokal. Hal itu semata-mata disebabkan mereka bekerja di Indonesia sebagai tenaga ahli dan pekerja terampil. Sementara, pekerja lokal Indonesia kebanyakan bukan tenaga terampil.

"Maka kelihatannya secara umum gaji pekerja Tiongkok lebih tinggi daripada pekerja lokal," ungkap Wang. 

Namun, ia menjelaskan gaji yang lebih tinggi ini bukan semata-mata karena pekerja itu berasal dari Tiongkok. Tetapi, lantaran produktivitas dan manfaat yang diberikan bagi perusahaan tempat mereka bekerja.

Wang menambahkan pekerja lokal Indonesia juga bisa mendapatkan gaji yang lebih besar dengan mengembangkan keterampilannya. 

"Itu sebabnya kami melakukan upaya lokalisasi dan transfer teknologi," tutur dia lagi.

Sebanyak 500 TKA Tiongkok nantinya bekerja di smelter untuk perusahaan penambangan nikel. 

Baca Juga: Demo Penolakan Kedatangan 500 TKA Berlangsung Ricuh hingga Dini Hari

2. Indonesia membutuhkan 500 TKA Tiongkok untuk mempercepat pembangunan smelter

Tiongkok: 500 TKA Sudah Tes COVID-19 Dulu Sebelum ke IndonesiaIlustrasi. ANTARAFOTO/Jojojn

Sementara, juru bicara Menko Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi sempat mengatakan pada (28/5) lalu bahwa Indonesia membutuhkan kehadiran ratusan TKA asal Tiongkok untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKAF. Ia menggaris bawahi TKA Tiongkok ini hanya digunakan saat membangun smelter saja. Jumlahnya TKA pun bila dibandingkan dengan pekerja lokal, menurut klaimnya, jauh lebih sedikit. 

"Kita harus jujur bahwa dengan teknologi RKEF Tiongkok, mereka bisa bangun secara ekonomis, cepat, dan memiliki standar lingkungan yang baik. Teknologi ini juga menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional," ungkap Jodi melalui keterangan tertulis. 

Pria yang merupakan diplomat di Kementerian Luar Negeri itu menggaris bawahi ratusan TKA Tiongkok akan kembali ke negara asalnya begitu smelter selesai dibangun. 

"Pada saat (smelter) operasi, mayoritas tenaga kerja berasal dari lokal," tuturnya lagi. 

Ia kemudian mengambil contoh komposisi pekerja di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), jumlah pekerja lokal lebih mendominasi ketimbang TKA. Pekerja lokal mencapai 39.500, sedangkan TKA hanya 5.500.

"Jadi, jumlah TKA kira-kira 12 persen dari total pekerja (lokal). Saya yakin bila proses pembangunan smelter yang baru sudah selesai, maka jumlahnya (TKA) akan turun," kata dia. 

Contoh lainnya, ujar Jodi, di kawasan industri Virtue Dragon Konawe yang sedang diributkan, jumlah pekerja lokal mencapai 11.084. Sedangkan, TKA Tiongkok 706 orang. Menurut dia, tidak ada yang keliru bila untuk mempercepat proses konstruksi lalu didatangkan TKA asal Tiongkok. 

"Jadi, TKA yang datang ini bukan malah mengambil pekerjaan dari tenaga lokal, tapi justru mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal, karena ketika sudah mulai beroperasi, tenaga kerja lokal akan mayoritas," ungkapnya. 

3. Tiongkok menyebut pekerjanya berada di Konawe untuk jangka pendek

Tiongkok: 500 TKA Sudah Tes COVID-19 Dulu Sebelum ke IndonesiaIlustrasi dua orang tenaga kerja asing (TKA) melintas dengan sepeda motor di salah satu pintu masuk pabrik (ANTARA FOTO/Jojon)

Dalam forum itu pula, Konselor Wang menggaris bawahi pekerja mereka berada di Konawe, Sulawesi Tenggara bukan untuk waktu yang lama. Ia menyebut ratusan TKA Tiongkok hanya bekerja sekitar enam bulan. 

"Perusahaan Tiongkok selalu berupaya untuk mempekerjakan pekerja lokal sebanyak mungkin. Hanya jika kekurangan sumber daya manusia dan tidak mampu memenuhi keperluan perusahaan maka perusahaan terpaksa mendatangkan pekerja dari Tiongkok," tutur dia. 

Ia menjelaskan setelah transfer teknologi rampung dilakukan dan proyek telah selesai serta bisa beroperasi secara stabil, maka sebagian besar pekerja Tiongkok akan kembali ke negaranya. 

"Tinggal manajemen saja yang diperlukan dalam operasi proyek," ujarnya lagi. 

Baca Juga: 49 TKA Tiongkok Tiba di Kendari, Imigrasi: Mereka Lulus Tes Kesehatan

Topik:

  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya