TNI Akui Ada Prajurit yang Membelot ke Kelompok Separatis Papua

Satu personel TNI diduga kabur tanpa membawa senjata 

Jakarta, IDN Times - Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa membenarkan informasi mengenai satu prajurit TNI kabur dan membelot ke Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).

Suriastawa menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada 12 Februari 2021 dan kembali disuarakan oleh organisasi yang ingin Papua lepas dari Indonesia itu. Suriastawa mengatakan, oknum prajurit TNI itu berasal dari Batalyon Infantri (Yonif) 410/Alugoro dengan inisial Pratu LYM. 

"Jadi, media pendukung OPM membuat berita tentang kaburnya oknum prajurit TNI dari Yonif 401. Meski hal itu benar, tapi kejadiannya tanggal 12 Februari 2021 lalu. Itu bukan kejadian baru dan sudah pernah diberitakan di media," ungkap Suriastawa ke media, Jumat (16/4/2021). 

Ia memastikan, meski Pratu LYM memutuskan membelot ke TPNPB-OPM namun ia tak membawa senjata. "Oknum prajurit itu kabur dari pos tanpa membawa senjata. Hingga saat ini yang bersangkutan tidak jelas keberadaannya," tutur dia lagi. 

Lalu, apa konsekuensi bagi Pratu LYM lantaran membelot ke kelompok yang hendak dilabeli sebagai organisasi teroris itu?

1. TNI sudah setop hak-hak Pratu LYM karena diduga membelot

TNI Akui Ada Prajurit yang Membelot ke Kelompok Separatis PapuaIlustrasi Pulau Papua (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut Suriastawa, hingga kini belum diketahui alasan Pratu LYM membelot. Pihaknya kini tengah fokus membawa dia kembali pulang. Pihak TNI telah melakukan sejumlah langkah untuk mempersempit wilayah penyebaran OPM. 

"Sehingga, nanti tersisa dua pilihan bagi dia, yakni menyerah dan bergabung kembali dengan NKRI lalu membangun Papua, atau terus diburu oleh anggota TNI," ungkapnya. 

Meski begitu, seandainya Pratu LYM kembali, hak-haknya telah dihentikan. Sebab, ia sudah melarikan diri dari pos lebih dari tiga hari. 

"Gaji dan hak-hak dia telah disetop," kata Suriastawa lagi. 

Baca Juga: Penyelundupan Senpi Ilegal ke KKB, Polri Janji Ungkap Pelaku Peredaran

2. TNI tak yakin Pratu LYM menghilang karena diculik

TNI Akui Ada Prajurit yang Membelot ke Kelompok Separatis PapuaANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Suriastawa mengaku yakin bahwa salah satu personel TNI itu sudah membelot. Sebab, hal itu sudah disampaikan oleh pihak TPNPB-OPM. 

"(Kabar) dari kelompok itu, TPNPB menyampaikan memang dia mau bergabung masuk ke sana. Kalau memang diculik (TPNPB), pasti mereka lebih bangga menyebutkan. Tapi ini pasti dia (prajurit yang membelot) melarikan diri (dari TNI)," kata dia lagi. 

Ia pun mengimbau kepada masyarakat di Illaga dan wilayah sekitarnya agar berhati-hati serta waspada. Sebab, menurut TNI, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sedang merasa frustasi. Saat ini, di tubuh OPM (Operasi Papua Merdeka) memiliki tiga kelompok. 

"Front politiknya frustrasi karena upaya menggagalkan revisi UU Otsus tidak berhasil. Front bersenjata frustrasi karena posisinya makin terjepit dengan operasi penegakan hukum yang digelar Polri dibantu TNI. Front klandestinnya juga frustrasi karena modusnya di bidang media sudah terbongkar," tutur dia. 

3. Aksi kekerasan di Papua meningkat dalam tiga bulan terakhir

TNI Akui Ada Prajurit yang Membelot ke Kelompok Separatis PapuaIlustrasi Baju Adat Irian, Papua (IDN Times/Mardya Shakti)

Aksi kekerasan di Papua dalam tiga bulan terakhir meningkat. Terbaru, seorang pelajar di Ilaga, Kabupaten Puncak, bernama Ali Mom ditembak mati.

Kabid Humas Polda Papua Kombes (Pol) Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, penembakan itu terjadi pada Kamis, 15 April 2021 sekitar pukul 19.00 WIT. Sebelum korban ditembak, ia sempat dihubungi oleh orang tidak dikenal agar membelikan rokok dan pinang. Kemudian, ia minta diantar ke Kampung Uloni, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak.

"Sesampai di pinggir jalan Kampung Uloni, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, korban dihadang oleh KKB dan langsung ditembak dengan menggunakan senjata api sebanyak dua kali tembakan di bagian kepala. Korban juga dibacok pada bagian kepala. Kemudian sepeda motor yang digunakan korban dibakar oleh KKB," ujar Kamal dalam keterangan tertulis pada hari ini. 

Sebelumnya, KKB juga menembak mati dua guru yaitu Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden lantaran diduga menjadi mata-mata bagi TNI.

Pihak keluarga menyesalkan penembakan tersebut karena merupakan tindakan kejahatan kemanusiaan yang tidak dapat dibenarkan.

"Tuduhan KKB kepada korban penembakan sebagai mata-mata aparat keamanan hanyalah modus KKB untuk menutupi kejahatan kejinya terhadap korban. Itu hanya modus KKB. Di sini mereka sering mengancam kios-kios pendatang untuk menyerahkan uang Rp20 juta per kios," ujar keluarga Rayo berinisial RS yang dikutip dari ANTARA

Baca Juga: Media Asing Soroti Deklarasi Benny Wenda Bentuk Pemerintahan di Papua

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya