[UPDATE] COVID-19 Bertambah 1.344, Kasus Aktif Turun di Bawah 20 Ribu

Ada 22 jiwa meninggal akibat COVID-19 hari ini

Jakarta, IDN Times - Meski pemerintah bersiap mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akhir tahun, tetapi kasus aktif COVID-19 masih ditemukan.

Merujuk data Satgas Penanganan COVID-19, Senin (26/9/2022), jumlah kasus positif yang ditemukan dalam 24 jam mencapai 1.344. Dengan demikian, secara akumulatif kasus COVID-19 di Indonesia sejak Maret 2020 mencapai 6.423.873. 

Sementara, angka kematian harian juga masih ditemukan yakni 22 jiwa. Maka, akumulasi kasus kematian COVID-19 sejak pandemik hingga kini mencapai 158.036. 

Angka kesembuhan harian juga bertambah 2.482, dengan demikian jumlah warga yang berhasil pulih dari COVID-19 mencapai 6.246.549. 

Satgas juga menyampaikan kabar gembira yakni angka kasus aktif kembali turun. Kali ini, angkanya mencapai 19.288 atau sudah di bawah 20 ribu. Artinya, jumlah orang yang menjalani isolasi mandiri atau dirawat akibat COVID-19 terus menurun. 

Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat juga terus menurun. Positivity rate harian mencapai 4,87 persen atau berada di bawah 5 persen sesuai ketentuan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

Lalu, kapan pemerintah bakal mencabut status PPKM secara nasional? Sebab, kasus harian COVID-19 di tingkat nasional terus menurun.

1. Angka vaksinasi booster pertama tembus 63,2 juta penerima

[UPDATE] COVID-19 Bertambah 1.344, Kasus Aktif Turun di Bawah 20 Ribuilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Satgas Penanganan COVID-19 juga melaporkan, jumlah penerima vaksin dosis pertama mencapai 204.491.103, setelah bertambah 14.900 hari ini. Angka ini masih belum memenuhi target awal dari pemerintah.

Sementara, jumlah penerima vaksin dosis kedua belum mencapai target yang telah ditentukan sejak awal 2021. Menurut data Satgas, vaksinasi dosis kedua bertambah 17.097 dalam 24 jam terakhir. Maka, secara akumulatif penerima vaksin dosis kedua 171.094.922.

Sedangkan, target awal pemerintah vaksinasi dosis kedua atau lengkap 234.666.020. Artinya, masih ada 63,5 juta orang yang belum menerima vaksin dosis kedua. 

Kemudian, penerima vaksin dosis ketiga atau booster pertama, jumlah penerimanya sudah mencapai 63.234.035, setelah bertambah 55.937 hari ini.

Lalu, penerima vaksin dosis keempat atau booster kedua hari ini bertambah 2.075, sehingga secara keseluruhan ada 593.765. Dosis penguat ini hanya diberikan kepada tenaga kesehatan.

Di sisi lain, pemerintah membuat kebijakan baru bagi pengguna transportasi yang bepergian domestik, mereka wajib vaksinasi booster. Warga yang belum vaksin dosis penguat tetap dapat bepergian, tetapi wajib melakukan tes swab PCR dulu. 

Baca Juga: WHO Bersiap Akhiri Pandemik, Epidemiolog: Indonesia Belum Percaya Diri

2. Positivity rate harian sudah berada di bawah 5 persen

[UPDATE] COVID-19 Bertambah 1.344, Kasus Aktif Turun di Bawah 20 Ribuilustrasi nakes kelelahan setelah memberikan pelayanan pasien positif COVID-19 (IDN Times/Ervan)

Sementara, positivity rate harian pada hari ini sudah berada di bawah 5 persen. Angkanya yakni 4,8 persen. 

Sedangkan, jumlah orang yang dites mencapai 27.624. Mayoritas menjalani tes swab antigen yakni 20.250. Sementara, 7.237 orang tes swab PCR. Sisa 137 orang lainnya menjalani tes dengan TCM. 

3. Indonesia dinilai belum percaya diri akhiri status pandemik COVID-19

[UPDATE] COVID-19 Bertambah 1.344, Kasus Aktif Turun di Bawah 20 Ribuilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sudah ada titik terang status pandemik COVID-19 bisa diakhiri pada akhir 2022. Tetapi, menurut epidemiolog dari Universitas Griffith, Melbourne, Australia, Dicky Budiman, masih banyak indikator yang membuat Indonesia belum percaya diri mengakhiri pandemik.

"Situasi indonesia saat ini memang lebih baik dalam situasi atau kondisi aman. Namun, masih banyak indikator atau pertanyaan yang belum bisa kita jawab secara konsisten," ujar Dicky saat dikonfirmasi IDN Times, 20 September 2022.

Indikator tersebut, lanjut Dicky, salah satunya imunitas atau kekebalan penduduk Indonesia terhadap COVID-19 yang belum diketahui bertahan berapa lama.

"Imunitas yang kita miliki saat ini apakah sudah mampu memberikan proteksi yang cukup atau berdurasi panjang, misalnya setahun. Lalu apakah mampu menghadapi potensi baru yang jawabannya dengan data," katanya.

Baca Juga: Biden Sebut Pandemik Sudah Berakhir, Jokowi: Yang Nyatakan Harus WHO

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya