[UPDATE] Jumlah Kasus Positif COVID-19 di AS Tembus 400 Ribu

Tiongkok untuk kali pertama laporkan tak ada kematian

Jakarta, IDN Times - Prediksi para ahli mengenai situasi penyebaran COVID-19 di Amerika Serikat yang semakin hari akan memburuk, seolah terkonfirmasi. Data real time per Rabu (8/4) yang dikutip dari situs World O Meter menunjukkan, jumlah kasus positif COVID-19 di Negeri Abang Sabang sudah menembus angka 400 ribu. Sebanyak, 12.841 pasien yang dirawat di sana telah meninggal dunia. 

Kondisi yang kontras justru terjadi di Tiongkok. Harian Inggris, The Guardian pada Selasa (7/4) melaporkan, untuk kali pertama sejak Januari lalu, Negeri Tirai Bambu melaporkan sudah tidak ada lagi pasien COVID-19 yang meninggal. 

Komisi Nasional Kesehatan Tiongkok memang masih melaporkan ada 32 kasus positif COVID-19 di seluruh negeri tirai bambu itu. Bahkan, sebanyak 30 kasus di antaranya, pasiennya tidak mengalami gejala apapun tetapi bisa dinyatakan positif COVID-19. 

Mengapa kondisi pandemik COVID-19 di AS bisa terus memburuk? Bahkan, angka kematian di Negeri Abang akibat COVID-19 per hari pernah mencapai 1.169. 

1. Belum semua negara bagian di AS mengimbau agar warganya tetap di rumah

[UPDATE] Jumlah Kasus Positif COVID-19 di AS Tembus 400 RibuANTARA FOTO/REUTERS/Jefferson Siegel

Ahli penyakit menular terkenal di AS, Dr. Anthony Fauci sejak awal sudah mewanti-wanti kepada semua warga Amerika agar tetap berdiam diri di rumah. Namun, imbauan itu tidak semuanya diikuti. 

Sebagai bukti, masih ada delapan negara bagian yang memilih tidak mengimbau warganya tetap di rumah agar tidak menambah jumlah orang yang tertular virus corona. Fauci yang notabene adalah Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular itu mengaku tak habis pikir, mengapa otoritas setempat tidak mengikuti anjuran tersebut. 

"Anda tahu ketegangan di antara kebijakan pemerintah federal dengan negara bagian, saya tidak ingin ikut campur dalam hal itu. Tetapi, bila Anda melihat situasi saat ini, saya tidak paham mengapa kita tidak mengikuti anjuran itu (untuk tetap berada di rumah)," kata Fauci ketika berbincang dengan stasiun berita CNN pada pekan lalu. 

Presiden Donald Trump memang tidak mengeluarkan kebijakan nasional yang memerintahkan agar semua warga AS tetap berada di rumah untuk memutus rantai penularan. Trump menyerahkan soal anjuran agar berada di rumah ke masing-masing pemerintah negara bagian. 

Bahkan, Gubernur Alabama merasa negara bagian yang ia pimpin justru sudah terisolasi dari wabah COVID-19. Itu pernyataannya pada pekan lalu. Namun, pada kenyataannya pada pekan ini sebanyak 64 warga dilaporkan meninggal akibat COVID-19. 

Baca Juga: Trump Ingatkan Warga AS Akan Hadapi Kondisi Menyakitkan karena Corona

2. Banker di AS memprediksi bila Presiden Trump tak lakukan lockdown, maka akan menciptakan resesi

[UPDATE] Jumlah Kasus Positif COVID-19 di AS Tembus 400 Ribustockbit.com

Sementara, para analis ekonomi menilai kebijakan Presiden Trump yang tidak jelas dalam melawan pandemi virus corona justru diprediksi akan menyebabkan resesi di Amerika Serikat. Bank Amerika telah mewanti-wanti bahwa AS dan Eropa telah gagal belajar dari keberhasilan beberapa negara di Asia yang menerapkan penutupan total. 

"Kebijakan AS di sektor kesehatan semakin lambat dan lemah," ungkap ekonom Bank Amerika dalam laporan yang diterbitkan pada pekan lalu.

Maka akhir dari kebijakan yang ditunda-tunda ini yaitu lebih banyak rasa terkejut di kalangan pasar. Mantan Gubernur Federal Reserve System, Janet Yellen memperingatkan kondisi perekonomian bisa semakin terpuruk. Bahkan, pada kuarter pertama di tahun 2020, diprediksi kondisinya menjadi paling rendah dalam sejarah. 

Tanda-tanda itu sudah mulai terlihat dari jutaan warga AS yang kehilangan pekerjaan. Angka warga yang menganggur, kata Yellen, diprediksi akan terus bertambah ke tingkat depresi. 

"Ini merupakan pukulan besar, belum pernah terjadi sebelumnya dan begitu menghancurkan," ungkapnya. 

Salah satu kebijakan Presiden Trump yang juga dikritik oleh banyak ahli ekonomi yakni menyerahkan imbauan agar warga tetap di rumah kepada masing-masing pemerintah negara bagian. Sebab, masih banyak negara bagian yang tidak meminta warganya tetap ada di rumah dan menutup fasilitas umum. 

3. Sebanyak 1,4 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus corona

[UPDATE] Jumlah Kasus Positif COVID-19 di AS Tembus 400 Ribu(Ilustrasi warga AS tengah ikut pemilihan primer di Illinois) ANTARA FOTO/REUTERS/Daniel Acker

Sementara, berdasarkan data real time dari situs World O Meter pada (8/4), total orang yang terpapar COVID-19 di seluruh dunia mencapai 1,4 juta. Dari angka itu, sebanyak 82.074 orang di antaranya meninggal dunia. 

Negara yang paling tinggi mencatat jumlah pasien yang meninggal adalah Italia yakni 17.127 jiwa. Di bawahnya, adalah Spanyol yang mencatat jumlah pasien yang meninggal 14.045 orang. Sementara, AS menjadi negara ketiga di dunia yang mencatatkan kematian tertinggi yaitu 12.854 jiwa. 

Sementara, jumlah pasien yang sembuh dari COVID-19 di seluruh dunia mencapai 302.145. Di Indonesia sendiri, jumlah kasus positif COVID-19 terus bertambah. 

Berdasarkan data dari Kemenkes per (7/4), jumlah pasien yang meninggal mencapai 221 orang. Sementara, data kasus positif mencapai 2.738 dan yang berhasil sembuh meningkat menjadi 204 pasien. 

https://www.youtube.com/embed/tjxHELqn72E

Baca Juga: [UPDATE] Kasus Pasien Positif COVID-19 di Seluruh Dunia Tembus 1 Juta 

Topik:

  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya