Usai KRI Nanggala-402 Tenggelam, TNI AL Akan Beli 1 Kapal Penyelamat

RI sempat pinjam kapal penyelamat milik militer Singapura

Jakarta, IDN Times - TNI Angkatan Laut akhirnya menyampaikan rencana pembelian satu kapal selam penyelamat untuk mengantisipasi bila terjadi peristiwa darurat di bawah laut. Asisten Perencanaan (Arsena) Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muda TNI Muhammad Ali mengatakan, pembelian alutsista berupa kapal penyelamat itu sudah diprogramkan oleh Bappenas dan Kementerian Pertahanan. 

"Sudah kami programkan di renstra (rencana strategis) untuk pembelian satu kapal rescue," ungkap Ali ketika memberikan keterangan pers di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (27/4/2021), yang disiarkan di stasiun YouTube INews TV

Ketiadaan kapal selam penyelamat ini diduga kuat turut mempersulit upaya penyelamatan kapal selam KRI Nanggala-402 yang coba dilakukan oleh TNI AL. Mereka bergantung kepada kapal penyelamat milik Singapura, kapal MV Swift. 

Namun, MV Swift baru tiba di perairan Bali pada Sabtu, 24 April 2021. Sementara KRI Nanggala-402 tenggelam pada Rabu, 21 April 2021. Ketika kapal selam penyelamat diturunkan ke kedalaman 850 meter, ternyata sudah tak ada satu pun awak KRI Nanggala- 402 yang selamat. Hasil citra ROV (Remotely Operated Underwater Vehicle) milik MV Swift bahkan menunjukkan kapal selam buatan Jerman tahun 1977 itu terbelah menjadi tiga bagian. 

Namun, Ali menegaskan, kapal tersebut tenggelam bukan karena tak layak digunakan lagi. Lalu, apa prediksi TNI AL soal penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402 yang membuat 53 awaknya gugur?

Baca Juga: Ketua PWNU Jatim Sebut 53 Prajurit KRI Nanggala-402 Syuhada  

1. Kapal tipe U-209 buatan Jerman dikenal aman digunakan

Usai KRI Nanggala-402 Tenggelam, TNI AL Akan Beli 1 Kapal PenyelamatKapal Selam KRI Nanggala-402. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Danseskoal) Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto mengatakan, jenis kapal selam U-209 yang digunakan oleh TNI AL dikenal sangat aman. Selain itu, kapal selam bermotor diesel listrik tersebut juga banyak digunakan oleh angkatan laut lainnya di seluruh dunia. 

"Mengapa (kapal selam) disebut sangat safe, karena kapal selam itu memang didesain untuk peperangan di perairan dangkal. Kapal selam kita juga dilapisi beberapa peralatan agar bisa tetap selamat," ungkap Iwan dalam jumpa pers yang sama. 

Beberapa peralatan yang dapat menyelamatkan ABK antara lain tangki pemberat pokok dan tangki tahan tekan. Bila tiba-tiba kapal selam jatuh ke kedalaman bawah laut, maka ada dua metode yang dapat dilakukan. 

"Pertama, kita bisa embus tangki pemberat pokok. Ada enam tangki di dalam kapal selam diesel. Tangki itu bisa diembus dengan menggunakan tekanan udara 60 bar. Sedangkan, tangki tahan tekan juga bisa diembus agar kapal bisa segera cepat naik," tutur Iwan. 

Tangki itu harus diisi sebanyak 2.000-4.000 liter. Biasanya, ujar Iwan lagi, di dalam tangki diisi 2.000 liter dan tekanan 30 bar. 

"Dengan begitu kapal kita ini bisa timbul langsung ke permukaan," kata dia. 

Baca Juga: Kehilangan 53 ABK Nanggala-402, TNI AL Kibarkan Bendera Setengah Tiang

2. TNI AL bantah penyebab KRI Nanggala-402 tenggelam karena kelebihan muatan

Usai KRI Nanggala-402 Tenggelam, TNI AL Akan Beli 1 Kapal PenyelamatDeretan fakta Kapal Nanggala-402 yang dinyatakan hilang kontak di utara Bali pada 21 April 2021. (IDN Times/Sukma Shakti)

Asisten Perencanaan (Arsena) KSAL Laksamana Muda TNI Muhammad Ali dalam jumpa pers itu juga membantah bahwa KRI Nanggala-402 bisa tenggelam dan menewaskan 53 awaknya karena kelebihan muatan. Ali menyebut, pernyataan yang disampaikan di ruang publik itu tidak berdasar sama sekali. 

"Mungkin pengamat itu belum pernah mengawaki kapal selam sendiri," kata Ali. 

Ia menjelaskan, dalam beberapa operasi yang dilakukan dengan menggunakan kapal selam, TNI AL kerap mengangkut sekitar 50 personel. Hal itu berbeda dengan keterangan dari galangan pembuat kapal Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel, Jerman, yang menyebut di dalam kapal selam itu hanya tersedia 33 tempat tidur. 

"Bahkan kalau misi penyusupan, kami juga membawahi plus satu regu pasukan khusus. Jadi, satu regu itu sekitar tujuh orang, maka total ada 57 orang," tutur dia. 

Selain itu, kata Ali, KRI Nanggala-402 didesain untuk membawa delapan torpedo. Sementara, ketika dinyatakan tenggelam, kapal selam buatan Jerman itu hanya membawa tiga torpedo saja. 

"Satu torpedo itu beratnya hampir dua ton. Jadi, orang yang mengatakan kapal itu kelebihan muatan sama sekali tidak berdasar dan tidak berpengalaman. Kami sudah berlayar selama bertahun-tahun dan tidak ada masalah," katanya lagi. 

3. Evakuasi ABK KRI Nanggala-402 membutuhkan biaya mahal

Usai KRI Nanggala-402 Tenggelam, TNI AL Akan Beli 1 Kapal PenyelamatKapal MV Swift Rescue milik Singapura (www.naval-technology.com)

Pakar kelautan dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Wisnu Wardhana mengatakan, untuk proses evakuasi ABK membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Usai titik koordinat pasti tenggelamnya KRI Nanggala-402 sudah ditemukan, maka semua kapal darurat harus didekatkan ke lokasi tersebut.

"Proses evakuasi juga lebih mudah bila ABK dalam kondisi sehat karena nanti kan mereka akan dipindahkan ke kapal selam kecil. Kapal selam kecil itu kemudian bisa naik ke permukaan laut," ungkap Wisnu ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Sabtu malam, 24 April 2021. 

Salah satu negara yang memiliki teknologi kapal selam darurat adalah Singapura. Mereka memiliki teknologi pendukung bernama "submarine support and rescue vessel" (SSRV). Menurut keterangan dari Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, kapal MV Swift milik Angkatan Laut Singapura sudah tiba di Bali sejak Sabtu, 24 April 2021, dan ke titik terdekat tenggelamnya KRI Nanggala-402.

Sedangkan, untuk bisa melacak lokasi tubuh KRI Nanggala-402 di dasar laut membutuhkan teknologi sonar.

"Sonar itu ditembakan ke dasar laut, lalu kapal pencari menyisir wilayah, di mana sonar ditembakan. Kalau tidak ditemukan di wilayah tersebut, lalu disisir ke wilayah lain. Kapal pencari harus menyusuri sampai Nanggala ditemukan," ungkap Wisnu. 

Namun lagi-lagi, Wisnu menyebut Indonesia tak memiliki teknologi sonar untuk mendeteksi benda di kedalaman 850 meter. Salah satu negara yang memilikinya adalah Australia. Negeri Kanguru telah mengirimkan dua kapal perang yakni HMAS Ballarat dan HMAS Sirius.

HMAS Ballarat dilengkapi dengan teknologi sonar dan sebuah helikopter MH-60R. Mereka sudah tiba di perairan Bali sejak Sabtu pekan lalu. 

"Makanya, kita akan pinjam (teknologi itu) dari Australia," tutur dia lagi. 

Baca Juga: Pesan Haru Prajurit KRI Nanggala-402: Anggap Suamimu Sudah Mati 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya