7 Rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan Hasil GPDRR

Sebagai jawaban hadapi bencana pasca-pandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan 7 rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi/Ketangguhan. Tujuh rekomendasi hasil dari serangkaian acara Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ketujuh tahun 2022.

"Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan dapat menjadi jawaban atas tantangan dunia mengenai penanggulangan bencana pasca-pandemik COVID-19 dan di tengah ancaman perubahan iklim," kata Suharyanto di Bali Nusa Dua Convention Centre, Jumat (27/5/2022). 

"Agenda ini turut menekankan pentingnya konteks dan kearifan lokal dalam menghadapi segala risiko bencana ke depannya," tambah dia. 

Baca Juga: BNPB: Data dan Informasi Kunci Upaya Bangun Resilliensi Berkelanjutan

1. Tujuh rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan

7 Rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan Hasil GPDRRKepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan 7 rekomendasi Agenda Bali. (Dok. BNPB).

Pada penutupan acara Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 itu, Suharyanto berkesempatan menyampaikan 7 rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan, yaitu: 

1. Pengurangan risiko bencana perlu diintegrasikan pada kebijakan-kebijakan utama pembangunan dan pembiayaan, legislasi, dan rencana pencapaian Agenda 2030. Menurut Suharyanto, Platform Global menyerukan transformasi mekanisme tata kelola risiko untuk memastikan pengelolaan risiko merupakan tanggung jawab bersama lintas sektor, sistem, skala, dan batas

2. Hanya dengan perubahan sistemik masyarakat dunia dapat memperhitungkan kerugian yang sesungguhnya dari bencana dan kerugian dari ketiadaan aksi, serta membandingkannya dengan investasi dalam pengurangan risiko bencana

3. Platform Global diselenggarakan di antara COP 26 dan COP 27 mencermati tingkat emisi saat ini jauh melebihi upaya mitigasinya, yang mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian bencana, dan mengancam pencapaian Agenda 2030

4. Bencana memberikan dampak berbeda kepada setiap orang. Ini menyerukan pendekatan partisipatif dan berbasis HAM untuk memasukkan semua sesuai prinsip 'Tidak ada apa-apa tentang kita tanpa kita' dalam perencanaan pengurangan risiko bencana dan implementasinya pada masyarakat yang berisiko

5. Platform Global memberikan rekomendasi yang dapat mendukung pelaksanaan seruan Sekretaris Jenderal PBB untuk memastikan setiap orang di muka bumi dilindungi sistem peringatan dini dalam jangka waktu 5 tahun ke depan

6. Potensi pembelajaran transformatif dari pandemik COVID-19 harus diterapkan sebelum jendela peluang tersebut tertutup

7. Pelaporan yang komprehensif dan sistematis, termasuk tinjauan kemajuan yang mendalam terhadap semua target Kerangka Sendai oleh Negara-negara Anggota akan membantu menarik rekomendasi yang jelas untuk midterm review Kerangka Sendai. 

2. Pentingnya konteks dan kearifan lokal dalam menghadapi risiko bencana

7 Rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan Hasil GPDRRDok. BNPB

Selain itu, Surhayanto juga menekankan pentingnya konteks dan kearifan lokal dalam menghadapi segala risiko bencana kedepannya. 

"Indonesia akan secara konsisten mengarusutamakan agenda ini dalam rangkaian kepemimpinan Indonesia ke depan," ungkap Surhayanto.

"Termasuk presidensi G20 tahun 2022 dan keketuaan ASEAN tahun 2023," tambahnya. 

3. Berkontribusi penting terhadap pembahasan tingkat internasional

7 Rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan Hasil GPDRRKepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan 7 rekomendasi Agenda Bali. (Dok. BNPB).

Terakhir, Indonesia berharap agenda ini dapat berkontribusi penting terhadap pembahasan tingkat internasional, seperti Konferensi Tingkat Menteri Penanggulangan Bencana se-Asia-Pasifik September 2022 dan Forum Politik Tingkat Tinggi mengenai Peninjauan Kembali Tengah Periode Kerangka Sendai 2023. 

Suharyanto juga mengapresiasi kehadiran 7.000 delegasi dari 183 negara untuk berpartisipasi aktif, baik secara fisik maupun virtual. 

"Angka ini menandakan tingginya kepercayaan dunia terhadap penanggulangan COVID-19 di bawah arahan Bapak Presiden Joko Widodo," ujar Surhayanto.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya