Kisah di Balik Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia

Ada tim yang selalu melayani jemaah calon haji

Jakarta, IDN Times - Di balik penyelenggaraan ibadah haji Indonesia, ada sederet petugas haji yang bekerja, agar jemaah dapat melaksanakan ibadah tahunan ini berjalan baik dan lancar.  

Tugas mereka mulai dari penyelenggaraan manasik ibadah, persiapan keberangkatan di asrama haji, transportasi penerbangan, bus salawat, hotel, katering, hingga layanan kesehatan agar stamina jemaah calon haji tetap terjaga. 

Sebagai upaya pelindungan jemaah, panitia juga melibatkan tim khusus dari unsur TNI/Polri. Begitu pun Kantor Urusan Haji (KUH) di Gedung Teknis Haji, Annex KJRI, Jalan Turki Ibn Abdul Aziz Al Andalus District 1 Jeddah Saudi Arabia.

KUH menjadi semacam sekretariat bagi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Bahkan, sering kali para staf bekerja melebih batas jam kerja normal.

1. KUH jadi tempat koordinasi lintas tim penyedia layanan

Kisah di Balik Penyelenggaraan Ibadah Haji IndonesiaSekretaris PPIH 1443 H Noer Aliya Fitra. (Dok. Kemenag).

Sekretaris PPIH Arab Saudi, M Noer Alya Fitra mengatakan, pihaknya bertugas memastikan seluruh persiapan terkait operasional pelayanan, akomodasi, transportasi, konsumsi, dan administrasi untuk jemaah maupun petugas haji.

"Kami memastikan seluruh sarana dan prasarana agar penyelenggaraan haji siap, dan memberikan dukungan keuangan bagi operasional haji. Kami memastikan seluruh operasional ibadah haji terselenggara dengan baik," kata pria yang akrab disapa Nafit, saat ditemui Media Center Haji (MCH) di Kantor Urusan Haji, Jeddah, Arab Saudi, seperti dikutip dari laman Kemenag, Rabu, 29 Juni 2022.

Nafit menyebut, tim KUH sudah bertugas menyiapkan layanan sebelum operasional penyelenggaraan ibadah haji dimulai.

"Di lingkup sekretariat, kami datang dan memastikan bahwa seluruh yang menjadi komponen layanan sudah disiapkan dengan baik. Contohnya, terkait akomodasi, kita perlu bertemu muassasah (organisasi pemandu jemaah) terkait layanan konsumsi di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina)," kata dia.

Nafit mengakui, sekretariat merupakan pusat seluruh data meliputi akomodasi, konsumsi, transportasi, bimbingan ibadah, perlindungan jemaah, jemaah sakit ataupun wafat, hingga pergerakan jemaah dari Makkah, Madinah, dan Jeddah.

"Seluruh data tersebut ada di sekretariat. Nah, penyediaan data tersebut ini memudahkan layanan petugas ketika ingin mengetahui data terkait operasional haji. Kami berada di Jeddah sebagai sentral seluruh data dan layanan untuk operasional haji," kata dia. 

Baca Juga: 76.421 Jemaah Haji Sudah Tiba di Tanah Suci, 14 Orang Wafat

2. Persiapan teknis penyelenggaraan di Armuzna agar peristiwa kelam 2015 tak terulang

Kisah di Balik Penyelenggaraan Ibadah Haji IndonesiaIlustrasi/Suasana Masjid Nabawi, Madinah yang dipenuhi oleh Jamaah di tengah musim haji (IDN Times/Umi Kalsum)

Peristiwa pada 2015 merupakan salah satu tahun terkelam dalam penyelenggaraan ibadah haji. Insiden desak-desakan yang terjadi di Mina pada 24 September 2015 ini, menelan 769 korban jiwa dan melukai 934 jemaah lainnya dari berbagai dunia. 

Dengan dukungan manajemen, Sekretariat PPIH menyiapkan teknis persiapan penyelenggaraan di Armuzna. Hal itu juga dapat membuat jemaah haji merasa nyaman, aman, dan tertib ketika menunaikan prosesi wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, hingga melempar jumrah di Mina.

"Pertama, kami koordinasi dengan pemerintah Arab Saudi tentang apa yang mereka sediakan untuk fasilitas di Armuzna. Setelah itu, kami menyusun apa yang mesti kami siapkan agar fasilitas ini mendukung pergerakan jemaah," jelas Nafit.

"Contohnya tahun ini karena kuotanya separuh, maka kapasitas tenda separuh itu sudah nyaman. Jadi, untuk fasilitas tenda, tidak perlu banyak improvisasi. Sudah disediakan pula AC di masing-masing tenda. Tenda di Arafah semipermanen. Ketika Arab Saudi sudah menyiapkan hal itu, kita merasa aman," sambungnya.

Terkait pergerakan jemaah dari Makkah ke Arafah, Arafah ke Muzdalifah, Muzdalifah ke Mina, Nafit mengatakan, pemerintah Arab Saudi sudah menyiapkan jadwalnya supaya tidak penuh sesak. Jumlah armada bus pun sudah diatur untuk jemaah Indonesia.

Selain itu, Nafit mengungkapkan, pihaknya memastikan penempatan petugas di beberapa titik di Jalur Jamarat untuk melayani jemaah yang tersesat.

Baca Juga: Puncak Haji di Armuzna, Jemaah Lebih Nyaman Ada Tenda dengan AC

3. Bekerja dan bertugas meski tidak melaksanakan ibadah haji

Kisah di Balik Penyelenggaraan Ibadah Haji IndonesiaSuasana Masjid Nabawi, Madinah yang dipenuhi oleh Jamaah di tengah musim haji (IDN Times/Umi Kalsum)

Selain itu, Nafit menjelaskan, pihaknya menyiapkan tim skoci jika ada kejadian di luar batas skenario manusia. Tim ini bekerja dan bertugas tanpa melaksanakan ibadah haji. 

Alumni Universitas Negeri Jember ini juga bercerita, pengalamannya menjadi petugas haji sudah delapan kali. Namn, ia baru melaksanakan dua kali ibadah haji, pada 2008 dan 2012. Selebihnya, ia dedikasikan untuk melayani jemaah haji.

“Saya hanya dua kali melaksanakan ibadah haji, dan ini adalah risiko sebagai petugas haji yang harus mengedepankan layanan kepada jemaah,” kata Nafit.

Pengalaman Nafit juga dirasakan rekan-rekannya yang rela tidak berhaji. Mereka semualah yang selalu mengutamakan jemaah agar bisa melaksanakan ibadah haji.

“Jadi yang di kantor sini biasanya jauh dari hiruk pikuk seperti di bandara dan di Makkah sana, dan jika pun ada petugas atau panitia penyelenggara ibadah haji bisa beribadah haji, itu adalah bonus dan panggilan dari-Nya,” pungkas Nafit.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya