Pakar UGM Klaim Belum ada Studi AC Tingkatkan Risiko Penularan  Corona

Virus hanya mampu bertahan 30 menit  di udara

Sleman, IDN Times - Pakar Epidemiologi Penyakit Infeksi UGM, Prof. Hari Kusnanto Josef menyebutkan jika sampai saat ini belum ada studi yang membenarkan jika ruangan ber AC dapat peningkatan risiko penyebaran COVID-19. Pernyataan itu disampaikan Hari menanggapi munculnya kecemasan jika ruangan ber-AC dapat peningkatan risiko penyebaran COVID-19. 

"Secara teoritis kemungkinan bisa, tetapi sampai sekarang belum ada penelitian terkait penularan COVID-19 dari penggunaan AC,” katanya saat dihubungi Kamis (9/4).

1. Studi pengaruh penggunaan AC baru dilakukan untuk SARS

Pakar UGM Klaim Belum ada Studi AC Tingkatkan Risiko Penularan  CoronaPixabay/MichalJarmoluk

Hari menambahkan memang ada sejumlah studi yang mengungkapkan jika virus corona cenderung stabil pada lingkungan dengan suhu udara dingin dan kering. Namun, untuk studi mengenai pengaruh penggunaan AC terhadap penularan corona baru sebatas dilakukan pada SARS. Hasilnya menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan AC dengan penularan SARS.

“Kalau SARS sudah ada penelitiannya, ada penularan dari AC namun jarang sekali kejadiannya. Saat itu di Hotel Metro Hong Kong,” ujarnya.

Baca Juga: DERU UGM Produksi APD Face Shield Pakai 3D Printer

2. Studi untuk COVID-19 belum terbukti

Pakar UGM Klaim Belum ada Studi AC Tingkatkan Risiko Penularan  Coronapixabay/coyot

Hari menyebutkan, sebelumnya di Wuhan ada keluarga yang diketahui positif COVID-19 makan di sebuah restoran ber-AC. Setelah dilakukan contact tracing dan pengujian terhadap orang-orang yang saat itu juga tengah berada di restoran, tidak ditemukan adanya penularan virus corona. Baik pengunjung maupun staf restoran dinyatakan negatif COVID-19.

Meskipun belum terbukti, Hari menyarankan agar masyarakat untuk tetap membuka jendela-jendela agar sirkulasi dan ventilasi meningkat.

“Di ruang tertutup dengan sirkulasi minim berisiko besar menyebarkan virus, terlebih ruang sempit dan AC hidup terus. Karenanya, diusahakan jendela-jendela dibuka sehingga ada pergantian udara, tidak hanya muter terus udaranya,” katanya.

3. Virus tidak mampu bertahan lama di udara

Pakar UGM Klaim Belum ada Studi AC Tingkatkan Risiko Penularan  CoronaSeorang dokter menunjukkan alat tes swab virus Corona berupa Polymerase Chain Reaction diagnostic kit (PCR) di Laboratorium Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4/2020). Alat tersebut nantinya dapat melakukan tes virus corona hingga 1.300 sampel tiap harinya (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Hari menerangkan virus tidak memiliki kemampuan bertahan hidup lama di udara. Virus rata-rata di udara hanya bisa bertahan 30 menit, tidak seperti di permukaan benda yang mampu bertahan selama berhari-hari.

Dia menyebutkan jika masyarakat sebenarnya tidak perlu khawatir untuk memakai AC di rumah, selama tidak ada keluarga yang positif ataupun melakukan kontak dengan yang terinfeksi COVID-19.

"Yang terpenting untuk mengurangi penyebaran COVID-19 adalah dengan melakukan physical distancing dengan berdiam diri di rumah, rajin mencuci tangan dengan sabun, dan gunakan masker jika terpaksa keluar rumah," ujarnya.

 

Baca Juga: DIY Tambah 2 Laboratorium Pemeriksa Spesimen Terduga Corona 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya