BMKG Pastikan Indonesia Tidak Akan Dilanda Gelombang Panas

Benua Eropa tengah dilanda fenomena gelombang panas

Jakarta, IDN Times - Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal memastikan, Indonesia tidak akan dilanda fenomena gelombang panas seperti yang tengah dialami sejumlah negara di benua Eropa saat ini.

Menurut Herizal, yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian.

"Di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena cuaca yang dikenal dengan gelombang panas tersebut," ujar Herizal, seperti dilansir ANTARA, Minggu (1/8/2021).

Gelombang panas atau dikenal dengan "heatwave" merupakan fenomena cuaca dimana suhu udara panas terjadi lebih tinggi 5 derajat Celcius dari rata-rata suhu maksimum harian di wilayah setempat, dan berlangsung selama lima hari atau lebih secara berturut-turut.

Baca Juga: Hampir 200 Orang di Amerika Serikat Meninggal Akibat Gelombang Panas

1. Pada pekan pertama Agustus, suhu diprediksi bisa mencapai 40-45 derajat Celcius di Eropa

BMKG Pastikan Indonesia Tidak Akan Dilanda Gelombang PanasIlustrasi terik matahari (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Menurut Herizal, fenomena gelombang panas biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Amerika, Eropa, dan Australia. Juga terjadi di wilayah yang memiliki massa daratan yang luas.

Secara dinamika atmosfer, lanjut Herizal, fenomena gelombang panas dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah yang disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer, yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak pada wilayah yang luas, misalnya saat terbentuknya sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan bertahan cukup lama

Disebutkan Herizal, Badan Meteorologi Dunia melaporkan, kejadian gelombang panas di wilayah Amerika Utara memecahkan beberapa rekor suhu tertinggi, seperti di wilayah British Columbia Kanada setinggi 49,6 derajat Celcius dan 47,7 derajat Celcius di Phoenix Arizona pada pertengahan bulan Juni 2021. Fenomena ini telah membawa dampak luas pada kehidupan manusia maupun ekosistem.

Pada pekan pertama Agustus 2021, sedang berlangsung kejadian gelombang panas di Eropa yang diprediksi bisa mencapai suhu 40 hingga 45 derajat Celcius di wilayah Eropa Selatan.

2. Faktor-faktor penyebab Indonesia tidak dilanda fenomena gelombang panas

BMKG Pastikan Indonesia Tidak Akan Dilanda Gelombang PanasIlustrasi (IDN Times/Anata)

Sementara Indonesia, "secara geografis berada di wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi," papar Herizal.

Selain itu, wilayah Indonesia juga memiliki karakteristik perubahan cuaca yang cepat.

"Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, dapat dikatakan bahwa wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena cuaca yang dikenal dengan gelombang panas," ujarnya.

Di wilayah tropis, kata Herizal, gelombang panas umumnya terjadi karena dipicu oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari.

3. Masyarakat tetap antisipasi perubahan cuaca dengan meningkatkan daya tahan tubuh

BMKG Pastikan Indonesia Tidak Akan Dilanda Gelombang PanasIDN Times/Vanny El Rahman

Sampai akhir Juli 2021, sebagian besar wilayah Indonesia atau lebih dari 73 persen zona musim berada pada musim kemarau. "Walaupun hujan secara sporadis masih berpeluang terjadi di sebagian wilayah, secara umum situasi awan akan cukup rendah pada siang hari.

Berdasarkan siklus tahunan, kata Herizal, posisi semu matahari berada di Belahan Bumi Utara (BBU) pada Maret sampai pertengahan September.

"Pada periode ini angin timuran yang identik dengan musim kemarau terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia," katanya.

Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum pada 30 Juli 2021 tercatat antara 24,0-35,5 derajat Celcius. "Suhu maksimum sekitar 24 derajat Celcius terjadi di bagian tengah Papua dan maksimum mencapai 35,5 derajat Celcius terjadi di Kalimarau, Berau," katanya.

Kondisi suhu maksimum dengan kisaran tersebut, menurut Herizal, masih berada pada kondisi normal, dimana perubahan suhu maksimum harian masih dapat terjadi dalam skala waktu harian, bergantung pada kondisi cuaca atau awan di suatu wilayah.

Herizal mengimbau masyarakat tetap mengantisipasi perubahan cuaca dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan.

Baca Juga: 5 Negara Ini Pernah Diterjang Gelombang Panas Ekstrem 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya