Musim Hujan, Ular Kobra dan Sanca Banyak Ditemukan di Depok
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Depok, IDN Times – Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, Jawa Barat, menerima banyak pengaduan soal temuan ular selama November 2020. Jumlah pengaduan ini meningkat, dibandingkan pada Oktober.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok Denny Romulo mengatakan, tidak hanya ular, masyarakat juga mengadukan penemuan satwa lainnya seperti monyet dan biawak.
“Selama November mencapai 31 kasus penanganan satwa,” ujar Denny, Selasa (1/12/12).
Sementara pada Oktober, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok menangani 20 laporan kasus satwa. Satwa paling banyak ditemukan di tengah permukiman warga.
1. Paling banyak laporan soal ular kobra dan sanca yang tengah berkembang biak saat musim hujan
Denny menjelaskan, laporan yang kerap diterima adalah penemuan ular kobra dan ular sanca.
“Ular kobra dan sanca yang banyak karena pada musim penghujan ular berkembang biak,” terang Denny.
Dia menuturkan, dalam satu hari saja anggotanya pernah menangani dua temuan ular yang cukup fantastis. Seperti di wilayah Kecamatan Bojongsari, anggotanya berhasil mengevakuasi dua ular sanca dengan panjang tiga meter bersama 10 butir telur. Di waktu yang sama, anggotanya berhasil mengevakuasi satu ekor ular kobra beserta enam anaknya.
2. Laporan temuan ular paling banyak dari wilayah Kecamatan Cilodong dan Sukmajaya
Editor’s picks
Denny mengatakan, laporan paling banyak datang dari wilayah Kecamatan Cilodong dan Sukmajaya. Namun, kata Denny, hampir semua wilayah di Kota Depok anggotanya pernah melakukan penanganan satwa.
“Kalau yang banyak laporannya di Kecamatan Cilodong dan Sukmajaya, tapi gak tahu berapa jumlah tepatnya,” kata Denny.
Temuan ular di permukiman masyarakat, lanjut Denny, tidak lepas dari perubahan ekosistem maupun habitatnya. Menurutnya, salah satu faktor pendukung ular ditemukan di permukiman masyarakat yaitu perubahan alih fungsi lahan.
“Dulu lahan yang sebelumnya perkebunan atau lahan kosong, kini dibangun menjadi perumahan atau untuk kepentingan lain pemilik lahan,” ujar Denny.
3. Ular senang berkembang biak di tempat-tempat seperti tumpukan barang bekas
Denny mengatakan, ular maupun satwa yang berhasil dievakuasi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, akan dilepaskan kembali ke habitatnya. Hal itu dilakukan guna mencegah berkurangnya populasi satwa dan mengembalikan kembali ke habitatnya yang jauh dari permukiman masyarakat.
“Kita lepas kembali karena kita tidak memiliki penangkaran,” ucap Denny.
Dia meminta masyarakat dapat membersihkan lingkungan guna mencegah ular berkembang biak di sekitar rumah. Menurutnya, ular senang berkembang biak di tempat hewan itu merasa terlindungi dan jauh dari gangguan manusia. Hal ini dia katakan, karena pernah anggotanya mengevakuasi ular yang bersarang di tumpukan barang bekas.
“Sebaiknya jangan menimbun barang bekas di dekat rumah, dikhawatirkan menjadi sarang ular,” ujar Denny.
Laporan Dicky
Baca Juga: Selama Oktober, 113 Ekor Ular Berbisa Meneror Warga Bojonegoro