Pengaruh Cuaca, Jemaah Haji Lansia Rentan Kena Infeksi Paru-paru

Infeksi paru-paru jadi penyebab terbanyak jemaah dirawat

Jeddah, IDN Times - Pelaksanaan haji 2023 mengusung tagline 'Haji Ramah Lansia'. Hal ini karena sepertiga jemaah haji saat ini merupakan lanjut usia (lansia).

Banyaknya jemaah haji lansia ini menjadi tantangan tersendiri bagi bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi jemaah, terutama pelayanan kesehatan bagi lansia. Sebab, jemaah lansia perlu mendapatkan perhatian khusus.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKKIH) Makkah Arfik Setyaningsih mengatakan, kondisi kekebalan atau daya tahan tubuh lansia berbeda dengan daya tahan tubuh orang dewasa pada umumnya.

 

 

Baca Juga: Tips Mencegah dan Mengatasi Demensia pada Jemaah Haji Lansia 

1. Jemaah haji lansia rentan terkena penyakit, terutama infeksi paru-paru

Pengaruh Cuaca, Jemaah Haji Lansia Rentan Kena Infeksi Paru-paruJemaah haji yang sakit saat haji 2023. (IDN Times/Sunariyah)

Ia juga menjelaskan, perubahan imunitas jemaah haji lansia dapat dipengaruhi oleh proses penuaan, banyaknya penyakit kronis atau penyakit penyerta dan faktor eksternal seperti stres, kelelahan, dehidrasi, dan penyesuaian iklim.

Hal itu menyebabkan jemaah haji lansia di Arab Saudi rentan terkena penyakit, salah satunya infeksi paru-paru, yang hingga saat ini menjadi penyebab terbanyak jemaah dirawat di KKHI Makkah.

Arfik juga menyampaikan bahwa penyakit kronis yang sudah diderita jemaah haji lansia seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit paru kronis, penyakit jantung, stroke, pikun atau demensia dapat memperburuk kondisi lansia yang mengalami infeksi paru.

“Penanganan infeksi paru pada lansia, dokter geriatri akan berkolaborasi dengan dokter spesialis paru, dan dokter spesialis lainnya jika ada penyakit kronis lain untuk menetapkan tujuan terapi kepada pasien tersebut. Contohnya saat terjadi infeksi paru-paru maka akan kami berikan antibiotik, obat batuk, oksigenasi dan lain-lain,” ujarnya.

2. Sakit infeksi paru tidak selalu ditandai batuk

Pengaruh Cuaca, Jemaah Haji Lansia Rentan Kena Infeksi Paru-paruAngin bertiup kencang di Bandara AMMA Madinah (IDN Times/Sunariyah)

Gejala infeksi paru pada lansia tidak spesifik berupa batuk, karena masalah perubahan imunitas. Pada lansia keluhan umumnya dapat diawali dengan penurunan nafsu makan, lemas, kurang energik, tidak mau berinteraksi atau menyendiri, sering jatuh, rasa dingin, gangguan kencing, napas terasa berat, mudah lelah, mendadak lupa bahkan penurunan kesadaran.

“Beberapa pasien lansia yang kami rawat tidak selalu batuk, namun hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien terkena infeksi paru-paru,” ucap Arfik.

Selain infeksi paru, Arfik menjelaskan, jemaah haji lansia sering menderita pikun atau penurunan daya ingat. Kondisi ini sering dialami jemaah haji lansia yaitu gelisah, marah-marah hingga mengamuk, tersesat, gangguan tidur, ada juga yang menjadi pendiam dan menyendiri, serta kebingungan.

“Banyak ditemui kasus jemaah lansia pikun di Tanah Suci, di mana sebelumnya di Tanah Air tidak mengalami hal ini. Gangguan pikun akut yang dialami jemaah haji, dalam bahasa medis dikenal dengan istilah delirium,” tutur Arfik.

Baca Juga: Jemaah Haji Alami Demensia Saat Tiba di Madinah, Ini Gejalanya

3. Banyak lansia alami demensia, perlu monitoring khusus

Pengaruh Cuaca, Jemaah Haji Lansia Rentan Kena Infeksi Paru-paruJemaah haji yang sakit saat haji 2023. (IDN Times/Sunariyah)

Ada juga kondisi yang sifatnya kronis yang lebih dikenal dengan istilah demensia. Biasanya penyakit ini sudah lama diidap pasien, namun sering tidak dikenali gejalanya oleh keluarga maupun tenaga Kesehatan. Perburukan kondisi sering dialami jemaah haji saat sudah tiba di Tanah Suci.

Menurut Arfik, kondisi penurunan daya ingat disebabkan karena jemaah lansia mengalami disorientasi atau gangguan penyesuaian yang bisa disebabkan oleh perbedaan cuaca yang ekstrem, suasana pesawat terbang, hotel, masjid dan lingkungan di Tanah Suci, dan orang sekitar seperti tidak adanya pendampingan dari keluarga, gagal adaptasi dengan rombongan kloter.

Selain itu, kondisi dehidrasi, gangguan elektrolit, infeksi, gangguan atau kekurangan nutrisi, penyakit kronis yang tidak terkontrol baik, banyaknya konsumsi obat yang tidak tepat indikasinya, gangguan penglihatan dan pendengaran, juga dapat mencetuskan kondisi tersebut.  

Karena itu, Arfik menekankan, jemaah usia lanjut yang mulai pikun harus ada monitoring sendiri. Jemaah haji lansia dengan penurunan daya ingat dan memiliki penyakit penyerta perlu pendampingan yang lebih ketat. 

“Jemaah haji lansia yang mulai mengalami penurunan daya ingat, penting untuk selalu didampingi dan dimonitor tersendiri terkait kondisinya serta pemeriksaan dokter ahli,” tutur Arfik.

Selain pendampingan, jemaah haji lansia dengan gangguan penurunan daya ingatan juga perlu bersosialisasi dan sering diajak bicara agar dapat merangsang stimulasi kognitifnya. Jemaah haji kansia ini juga perlu dihindarkan dengan faktor pemicu, karena penurunan daya ingat dapat timbul kembali.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya