ANTARA akan Bangun Kompleks Jurnalistik Modern di Kawasan Bersejarah

Didirikan dengan tujuan menjadi ikon jurnalisme

Jakarta, IDN Times - Perum LKBN ANTARA akan membangun sebuah kompleks jurnalistik modern di kawasan bersejarah Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Kompleks tersebut diharapkan menjadi wajah jurnalisme perjuangan dan komunitas dalam mewarnai perkembangan dunia jurnalistik Indonesia.

"Ground breaking akan dilakukan pada 13 Desember 2022, bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-85 Kantor Berita ANTARA," kata Direktur Utama Perum LKBN ANTARA, Meidyatama Suryodiningrat, di Jakarta, Minggu (16/10/2022), terkait rencana perpindahan kantor pusat Perum LKBN ANTARA dari Wisma ANTARA ke Kompleks Pasar Baru.

Baca Juga: 5 Perbedaan Informasi Produk Jurnalistik dan Media Sosial

1. Pendiri LKBN ANTARA menjadi inspirasi desain kompleks modern jurnalistik

ANTARA akan Bangun Kompleks Jurnalistik Modern di Kawasan Bersejarahilustrasi jurnalis (IDN TImes/Arief Rahmat)

Perum LKBN ANTARA didirikan pada 13 Desember 1937 oleh empat sekawan yaitu Adam Malik, AM Sipahoetar, Soemanang, dan Pandoe Kartawigoena. Didirikannya ANTARA sebagai sarana menyuarakan perlawanan dan perjuangan melawan penjajah.

Pemikiran modern dan visioner dari empat sekawan saat mendirikan ANTARA itu menjadi inspirasi dari desain kompleks jurnalistik modern tersebut yang merupakan revitalisasi gedung bersejarah dari Perum LKBN ANTARA.

Gedung tersebut terletak di Jalan Antara, Pasar Baru, yakni lokasi yang pada 77 tahun lalu menjadi lokasi untuk menyelinapkan berita 'Indonesia Merdeka' agar disiarkan markonis ke seluruh penjuru oleh jurnalis ANTARA.

“Perum LKBN ANTARA ‘kundur’ dengan membangun ikon baru yang mencerminkan transformasi sebuah kantor berita abad 21,” kata Meidyatama.

Baca Juga: Inilah Sandi, Pembongkar Korupsi di Damkar Depok yang Dulunya Jurnalis

2. Didirikan dengan tujuan menjadi ikon jurnalisme

ANTARA akan Bangun Kompleks Jurnalistik Modern di Kawasan BersejarahUnsplash/Mel Poole

Ia menambahkan, ikon baru itu juga diharapkan menegaskan marwah pengabdian untuk Indonesia yang sudah ditunjukkan ANTARA sejak sebelum berdirinya Indonesia sebagai negara Republik.  

Perjalanan panjang ANTARA selama 85 tahun dengan mengabadikan setiap peristiwa yang mendewasakan Indonesia akan memperoleh tempat terhormat dalam detail desain kompleks jurnalistik modern. Hal itu akan merujuk pada fungsi yang ramah publik dan lingkungan.

“Kami bercita-cita bahwa kompleks jurnalistik modern di Jalan Antara ini menjadi ikon jurnalisme dan pemicu revitalisasi kawasan historis Pasar Baru,” katanya.

Selain itu, ikon baru tersebut juga dipastikan akan menjadi representasi sebuah upaya pelestarian sejarah. Baik itu secara fisik maupun filosofis, dalam arsitektur kontemporer yang menggarisbawahi transisi bangunan bersejarah menuju bangunan kontemporer.

Terlebih, lokasi gedung tersebut terletak di salah satu kawasan dengan banyak simbol sejarah atau budaya Jakarta. Mulai dari Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Gedung Kesenian Jakarta, hingga kompleks Pos Bloc.

Baca Juga: Kumpulkan Karya Terbaik, Pertamina Gelar Anugerah Jurnalistik ke-19

3. Gedung ANTARA lama dijual ke BRIS

ANTARA akan Bangun Kompleks Jurnalistik Modern di Kawasan Bersejarahilustrasi dunia jurnalistik dengan teknologi immersive (IDN Times/Bayu D. Wicaksono)

Proses revitalisasi gedung bersejarah ANTARA tersebut dilakukan setelah penjualan Wisma Antara ke PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI oleh PT Mastindo Mulia dan Perum LKBN ANTARA pada 19 September 2022.

“Penjualan ini terjadi setelah mendapat persetujuan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang  dituangkan dalam persetujuan Kementerian Badan Usaha Milik Negara dengan surat Nomor S-241/MBU/DHK/08/2022 tertanggal 2 Agustus 2022,” kata Meidyatama.

Baca Juga: Puluhan Pelajar dan Mahasiswa Ikut Pelatihan Jurnalistik JPC

4. Kompleks jurnalistik modern ini akan terdiri dari dua bagian

ANTARA akan Bangun Kompleks Jurnalistik Modern di Kawasan BersejarahIlustrasi pers (IDN TImes/Arief Rahmat)

Menurut Meidyatama, kompleks jurnalistik modern tersebut akan terdiri dari dua bagian, yaitu gedung bekas Aneta yang sudah tidak difungsikan selama 30 tahun terakhir dan gedung Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA) yang selama ini difungsikan sebagai tempat pameran atau apresiasi seni komunitas foto jurnalistik, dan lainnya.

Eks gedung Aneta tersebut akan direvitalisasi sebagai sebuah ruang redaksi konvergensi. Ruangan itu tidak hanya akan menjadi tempat diabadikannya perjalanan bangsa Indonesia kepada publik, tetapi juga menjadi sebuah laboratorium pembelajaran bagi seluruh pihak yang peduli dengan perkembangan jurnalisme Indonesia.

Sementara itu, gedung GFJA diproyeksikan untuk mewadahi diskusi dan dialog komunitas. Baik itu tentang jurnalisme dan segala tantangannya di masa depan maupun sarana menjembatani lahirnya gagasan atau pemikiran yang akan membawa perbaikan bangsa. Dengan demikian, gedung tersebut juga tidak hanya menjadi musem dan galeri untuk menampilkan hasil karya jurnalistik dan seni saja. 

Sebelumnya, selain menempati gedung GFJA di kawasan Pasar Baru, sebagian besar operasional Perum LKBN ANTARA berada di Wisma Antara yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Teknologi Immersive dalam Masa Depan Ekosistem Jurnalistik Indonesia

5. Wisma Antara dikelola oleh PT ANPA Internasional

ANTARA akan Bangun Kompleks Jurnalistik Modern di Kawasan Bersejarahpotret gedung pencakar langit (freepik/Diana Grytsku)

Adapun Wisma Antara dikelola oleh PT ANPA Internasional yang sahamnya dimiliki oleh Perum LKBN ANTARA sebesar 20 persen dan PT Mastindo Mulia sebesar 80 persen.

Nilai saham 20 persen itu sebelum dikembalikan ke Perum LKBN ANTARA pada tahun 2017 melalui RUPSLB dimiliki oleh PT Akuel yang merupakan anak perusahaan Perum LKBN ANTARA.

Kemudian pada 1972, PT Akuel yang dalam perjanjian disebut sebagai PT ANTAR membentuk joint venture dengan BV Pabema. Di dalam perjanjian itu tidak menampilkan skema build operate transfer (BOT) atau bangun guna serah.

Pada 2013, BV Pabema menawarkan 80 persen sahamnya kepada PT Akuel, tetapi  karena beberapa hal, minat Perum LKBN ANTARA sebagai induk untuk membeli saham tersebut tidak dapat terlaksana.

PT Mastindo Mulia pun kemudian mengakuisisi 80 persen pada 2014, setelah mendapat persetujuan perwakilan Perum LKBN Antara dalam RUPS-LB PT ANPA.

Baca Juga: Dewan Pers Terima 401 Pengaduan Jurnalis Sepanjang Semester I 2022

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya