Survei, Apa Saja Program Kemendikbudristek yang Dinilai Manfaat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Dalam periode kedua masa jabatan Presiden Joko "Jokowi" Widodo, kualitas pendidikan Indonesia nampak kian digenjot. Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan kemudian menggabungkan Riset dan Teknologi di bawah koordinasinya.
Sejauh ini, kurang dari tiga tahun, beberapa program telah djalankan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sebut saja seperti asesmen nasional, BOS langsung ke sekolah, Merdeka Belajar, dan PPDB Fleksibel.
Indikator Politik Nasional Indonesia pada Minggu, 19 Juni 2022, kemudian merilis survei nasional “Arah Baru Pendidikan Indonesia: Sikap Publik terhadap Kebijakan Kemendikbudristek”, untuk menilai sejauh mana program-program tersebut bermanfaat untuk publik.
Baca Juga: Menko PMK Ingin Kualitas Pendidikan Vokasi Meningkat
1. Program PTM usai pandemi dinilai sangat bermanfaat
Mayoritas masyarakat menilai kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) pascapandemi COVID-19 dinilai sangat bermanfaat. Dalam rilis survei nasional Indikator Politik Indonesia, 42,8 responden umum menilai PTM sangat bermanfaat dan 46,5 persen cukup bermanfaat, dan hanya 3,8 persen menilai kurang bermanfaat dan 1,3 persen tidak bermanfaat.
"PTM setelah pandemi, Kemendikbud kembali mendorong sekolah dan kampus untuk melakukan pembelajaran tatap muka, di sini dinilai oleh mayoritas warga bermanfaat," ujar peneliti senior Indikator Politik Indonesia Rizka Halida.
Selain itu bantuan subsidi kuota data, bantuan uang kuliah tunggal (UKT), bantuan subsidi upah pendidik dan tenaga kependidikan non PNS, 15 ribu relawan mahasiswa juga dinilai sangat bermanfaat.
Sedangkan program yang cenderung dinilai cukup bermanfaat adalah bantuan untuk pelaku budaya, Guru Penggerak, Matching Fund Vokasi, Sekolah Penggerak, dan Platform Merdeka Mengajar.
Sementara PPDB dengan membuka hingga maksimal 30 persen kuota untuk jalur prestasi, Asesmen Nasional, SKB Tiga Menteri tentang Penggunaan Seragam dan Atribut di lingkungan sekolah, penolakan Bahasa Melayu sebagai bahasa ASEAN, dan Hak Belajar Tiga Semester meski dinilai bermanfaat, masih ada yang menilai kurang bermanfaat.
Baca Juga: Asuransi Pendidikan dan Tabungan Pendidikan, Apa Bedanya?
2. Lebih dari 10 program manfaatnya besar, namun perlu sosialisi lebih lanjut
Meski demikian, terdapat program-program yang manfaatnya dirasa besar tetapi perlu sosialisasi lebih banyak untuk meningkatkan pengetahuan warga. Di antaranya program:
- Organisasi Penggerak
- Guru Penggerak
- Bantuan dana transformasi untuk PTN dan PTS berdasar capaian IKU
- Sekolah Penggerak
- SMK Pusat Keunggulan
- Perluasan Beasiswa LPDP
- Permen PPKS (Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual)
- Kurikulum Merdeka
- Platform Merdeka Mengajar
- Pengiriman dana BOP
- Revitalisasi Bahasa Daerah
- Dana Abadi Kebudayaan
- Program ASN PPPK
- Gamelan sebagai warisan budaya takbenda dunia
- UKT atau subsidi uang kuliah
- Bantuan subsidi upah
- Penerimaan relawan mahasiswa
- Bantuan untuk pelaku budaya.
Karena belum terlalu lama digulirkan, masih perlu penelitian lanjut tentang dampak dari program-program ini di lapangan. Misalnya, apakah PPKS sudah mulai diterapkan oleh sekolah-sekolah di luar kota besar, atau Matching Fund vokasi sudah dimanfaatkan oleh politeknik.
Kampanye program-program Kemendikbudristek masih sangat perlu ditingkatkan, dengan intensitas atau penekanan lebih banyak kepada program-program yang paling besar sentuhannya dengan masyarakat umum. Terutama untuk meningkatkan partisipasi warga pada berbagai program tersebut, karena partisipasi warga sangat menentukan kesuksesan program-program Kemendikbudristek.
3. Warga menilai Nadiem bisa membawa pendidikan Indonesia menjadi lebih baik
Dengan program-program Kemendikbud tersebut, saat ini Mendikbud Nadiem Makarim mulai dikenal oleh makin banyak warga. Dan di antara yang tahu Nadiem Makarim, cukup banyak yang suka padanya. Warga juga menilai positif kinerja Nadiem Makarim, program-program yang dicanangkannya, serta percaya bahwa ia bisa membawa pendidikan Indonesia menjadi lebih baik.
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 1.520 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.520 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) ±2.6% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.