10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri Asing

Mereka ada yang wafat di negeri orang

Jakarta, IDN Times - Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah. Mereka harus melewati lika-liku perjuangan hingga menumpahkan darah. Mereka disiksa hingga diasingkan pemerintah Hindia Belanda.

Hampir semua tokoh pergerakan harus rela menjalani pengasingan dari pemerintah Belanda, karena mereka dianggap melawan pemerintahan kolonial. Siapa saja pahlawan nasional yang pernah diasingkan Belanda?

Baca Juga: Kisah Nitri, Ajudan Sukarno dari Bali yang Menyiapkan Sarapan Favorit

1. Sukarno diasingkan karena dianggap menentang pemerintah Belanda

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri AsingPresiden pertama RI Sukarno (Repro Buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat)

Siapa yang tak kenal Bung Karno. Keberaniannya pada kolonial bahkan diakui dunia. Karena itu, ia beberapa kali diasingkan pemerintahan Belanda lantaran dianggap menantang mereka.

Pada 29 Desember, Sukarno bersama Gatot Mangkupradja, Maksun, dan Supriadinata ditangkap pemerintah Belanda karena dicurigai melakukan kegiatan menentang kolonial.

Mereka dijatuhi hukuman empat tahun penjara di Bandung, Jawa Barat. Kendati, masa hukuman Sukarno di ruang TA 01 lantai 2, Penjara Sukamiskin, Bandung, tidak sampai empat tahun.

Lalu, pada Juli 1933, Sukarno yang menjadi anggota Partai Indonesia (Partindo) ditangkap kembali oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan tuduhan agitasi anti-pemerintah, sehingga dibuang lagi ke Ende, Flores.

Di sana, Sukarno menderita malaria akut yang hampir membunuhnya. Thamrin yang mengajukan protes ke Volksraad berujung pada perhatian Den Haag, hingga akhirnya Sukarno dipindahkan ke Bengkulu pada 1937-1938.

Tak hanya itu, pada 19 Desember 1948, Yogyakarta yang kala itu menjadi ibu kota Indonesia berhasil ditaklukkan Belanda dengan Operasi Kraai atau Agresi Militer Belanda II. Presiden Sukarno dan wakilnya Bung Hatta ditangkap pada saat itu.

Setelah 12 hari sejak 22 Desember 1948, mereka diasingkan di rumah bekas perwira militer Belanda di Berastagi. Di sini lah Sukarno bertemu Syahrir dan Haji Agus Salim, saat dipindahkan ke Parapat, Sumatra Utara. Di tepi Danau Toba ini, Sukarno menghabiskan waktu pengasingan sekitar dua bulan.

2. Mohammad Hatta diasingkan karena melakukan aktivitas politik

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri AsingRumah pengasingan Bung Hatta di Banda Neira sisi belakang. (IDN Times/Istimewa)

Selain Sukarno, Mohammad Hatta juga pernah mengalami pengasingan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Bung Hatta melakukan aktivitas politik sejak masih di bangku kuliah di Handels Hooge School Rotterdam, Belanda.

Bung Hatta menjadi ketua Perhimpunan Indonesia sejak 1926-1930. Akibat aktivitasnya, ia sempat diasingkan di penjara Den Haag pada November 1927 dan dibebaskan Maret 1928.

Lalu, aktivitas tersebut menjadi inspirasi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kembali ke Indonesia pada 1932, Hatta mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia.

Akibatnya, Bung Hatta ditahan di penjara Glodok dan penjara Gang Tengah (Rutan Salemba), Batavia. Pada awal 1935, ia juga dibuang ke Boven Digoel, Papua. Pada 1936-1942, ia dipindahkan ke Banda Neira dan Sukabumi.

3. Cut Nyak Dien, pejuang perempuan yang gigih dan pemberani

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri Asing(Kediaman Cut Nyak Dien Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar) ANTARA FOTO/Ampelsa

Cut Nyak Dien dibesarkan ketika hubungan antara Kerajaan Aceh dan Belanda menegang. Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, suami pertamanya yang kemudian gugur dalam pertempuran Gle Tarum pada 1978. Dia menikah lagi dengan Teuku Umar pada 1980 dan gugur pada pertempuran di Meulaboh pada 1899.

Cut Nyak Dien akhirnya melanjutkan perjuangan sendiri dengan bergerilya. Selama enam tahun, Belanda tidak mampu menangkapnya. Panglima perang Pang Laot yang merupakan kepercayaan Cut Nyak Dien, melapor ke Belanda karena kasihan melihat kondisi kesehatan Cut Nyak Dien yang semakin tua, rabun, dan encok.

Belanda akhirnya menangkap dan mengasingkan Cut Nyak Dien jauh dari Aceh, yakni di Sumedang, Jawa Barat. Hingga akhir hayatnya, tidak ada yang mengetahui siapa itu Cut Nyak Dien di Sumedang selain perempuan tua, rabun, sakit encok, serta berpakaian lusuh dengan tasbih dan taat beribadah.

4. Tan Malaka diasingkan ke Belanda

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri Asing(Kediaman Tan Malaka di Payakumbuh, Sumatera Barat) infosumbar.net

Tan Malaka adalah pria kelahiran Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1987 yang memiliki nama asli Ibrahim. Ia kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di Belanda dan menjadi salah satu penentang kolonial Belanda.

Beberapa perlawanan yang dilakukan melalui tulisan di media seperti pamflet dan surat kabar Sumatera Pos. Bahkan, ia menyebut dirinya menjadi anggota Volkstraad. Alhasil, ia diasingkan ke Belanda pada 1922 dengan tuduhan terlibat berbagai aksi buruh.

Setelah 20 tahun diasingkan ke Belanda, ia kembali ke Indonesia, tepatnya pada 1942, bersamaan dengan penjajahan Jepang di Indonesia. Ia juga salah satu pejuang yang melawan penindasan Jepang saat berkuasa di Indonesia.

Tan Malaka juga pernah menentang Komunis Internasional (Komintern) untuk wilayah Asia Timur, karena tidak setuju dengan pendapat Komintern yang mengesampingkan peran Pan-Islamisme--perjuangan untuk pembebasan nasional.

Setelah Indonesia merdeka, Tan Malaka kembali ke Tanah Air untuk berpartisipasi dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Dia menjadi ketua Partai Murba (partai proletar), yang dibentuk pada 1948 untuk mengorganisasi kelas pekerja oposisi terhadap pemerintahan Sukarno.

5. KH Ahmad Rifai diasingkan namun tetap melawan Belanda

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri Asing(Makam KH Ahmad Rifai di Minahasa) pprifaiyah.or.id

KH Ahmad Rifai adalah ulama kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 13 November 1985 yang tidak hanya menyebarkan Islam, tapi juga menyerukan semangat anti-kolonialisme. Ulama ini sempat diasingkan dalam penjara di berbagai tempat, mulai dari Kendal, Semarang, hingga Wonosobo, Jawa Tengah.

Pada 1859, Ahmad Rifai diasingkan ke Ambon. Dalam pengasingan, sang Kiai tetap dapat melakukan perlawanan. Bahkan, ia mampu memberikan komando kepada santrinya di pulau Jawa melalui surat rahasia yang dibawa pedagang Semarang ke Ambon.

Ahmad Rifai memberikan komando untuk tidak taat pada seluruh perintah Belanda. Pada 1863, Rifai diasingkan ke Manado. Di sana ia menikah dengan perempuan Minahasa hingga wafat pada 1870.

6. Sultan Mohamad Asgar dari Maluku Utara diasingkan ke Cianjur hingga akhir hayatnya

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri Asing(Sisa benteng Kerajaan Jailolo di Maluku Utara) arkenas.kemdikbud.go.id

Jailolo adalah nama sebuah kesultanan yang pernah berdiri di Maluku Utara. Pada masa itu, Kesultanan Jailolo berada di bawah kendali pemerintah Hindia Belanda. Karena itu, semua keputusan harus melalui persetujuan pemerintah Belanda terlebih dahulu.

Awalnya, hubungan Jalolo dan Belanda berjalan baik, namun semua berubah pada Agustus 1832. Ketika itu, Belanda menolak permintaan Sultan Mohamad Asgar untuk memindahkan pusat pemerintahan dari Seram Pasir ke Pulau Obi.

Alhasil, hubungan keduanya bergejolak. Belanda memutuskan membubarkan kesultanan dan mengasingkan Sultan Mohamad Asgar beserta keluarganya ke Cianjur, Jawa Barat.

Pada 1844, terbit keputusan agar tahanan politik bisa pulang kembali ke Maluku. Sayangnya, Sultan Mohammad Asgar tidak masuk dalam daftar pengampunan, sehingga ia tetap tinggal di Cianjur hingga akhir hayatnya pada 1846. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cianjur. 

7. Pangeran Hidayatullah dari Banjarmasin yang dibuang ke Cianjur karena menentang Belanda

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri Asing(Makam Pangeran Hidayatullah di Cianjur, Jawa Barat) historia.id/Hendi Jo

Satu lagi pejuang nasional yang dibuang ke Cianjur, Jawa Barat, adalah Pangeran Hidayatullah asal Martapura, Kalimantan Selatan. Meski tidak banyak diketahui masyarakat, namun ia dikenal sebagai sosok yang paling berbahaya bagi Belanda. Ia dijebak pemerintah Belanda dan dibuang ke Kota Cianjur.

Di kota ini, tak ada yang mengenalinya selain Bupati Cianjur dan keluarganya. Akhirnya masyarakat hanya mengenalnya sebagai ulama yang selalu memakai jubah kuning saat sembahyang di Masjid Agung Cianjur.

Pangeran Hidayatullah sempat menikah dengan seorang bangsawan setempat yaitu Nyai Etjeuh. Dia akhirnya meninggal dunia usia 82 tahun, pada 24 November 1904 dan dimakamkan di Sawahgede, Cianjur.

8. Sultan Ibrahim Chalilludin diasingkan ke Lampung dan Banjarmasin

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri Asing(Keberadaan Kerajaan Paser Balengkong di Kabupaten Paser, Kaltim) Google Map

Tokoh Islam lainnya yang diasingkan karena melawan Belanda adalah Sultan Ibrahim Chalilludin dari Kerajaan Paser Balengkong yang terletak di Kalimantan Timur. Sultan Ibrahim dipaksa turun dari tahtanya oleh Belanda dan membubarkan kesultanannya.

Kendati, kharisma Sultan Ibrahim tidak memudar. Terbukti, banyak masyarakat ikut bergabung di Sarekat Islam (SI). Belanda ketar-ketir, karena organisasi ini bakal senjata perlawanan. Dugaan Belanda benar, setelah Sultan Ibrahim bergabung di SI, mulai muncul pemberontakan-pemberontakan yang menyerang Belanda.

Sultan Ibrahim beserta keluarganya kemudian ditangkap dan diasingkan ke Banjarmasin selama tiga tahun, hingga dipindahkan ke Teluk Betun, Lampung. Pada 1928, ia diasingkan ke Batavia dan Cianjur, hingga meninggal dunia di kota tersebut.

Karena letak makamnya yang berdekatan dengan Pangeran Hidayatullah, sebagian orang mengira makam tersebut masih keluarga dengan pangeran dari Banjar tersebut. Padahal makam tersebut adalah milik Sultan Ibrahim Chalilludin, Sultan terakhir dari Kesultanan Paser Balengkong.

9. Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur hingga Minahasa

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri Asing(Makam Imam Bonjol di Minahasa, Sulawesi Utara) cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Pahlawan nasional yang memiliki nama asli Muhammad Shahab atau Petto Syarif lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol. Imam Bonjol dikenal sebagai pemimpin gerakan dakwah di Sumatera dan menentang penjajahan Belanda.

Ketika terjadi perang Paderi, Imam Bonjol ikut terlibat di dalamnya. Dengan bantuan Belanda, Imam Bonjol akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian, ia  dipindahkan ke Ambon dan terakhir ke Lotak, Minahasa, Sulawesi Utara, hingga ia wafat pada usia 92 tahun.

10. Pangeran Diponegoro diasingkan ke Ungaran

10 Pahlawan yang Diasingkan Belanda ke Pelosok Hingga Negeri Asing(Makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Sulawesi Selatan) IDN Times/Achmad Hidayat Alsair

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwono III, raja ketiga Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama RA Mangkarawati--seorang garwa ampeyan atau istri selir yang berasal dari Pacitan.

Pangeran Diponegoro mengalami pengasingan lantaran menentang pemerintahan kolonial Belanda, yang berawal ketika Belanda mematok tanah milik Diponegoro yang berada di Desa Tegalrejo.

Kala itu, Pangeran Dipenogoro memang sudah muak dengan ulah Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat, dan mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.

Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran sang paman, GPH Mangkubumi, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo dan membuat markas di sebuah gua bernama Selarong.

Kemudian, Pangeran Diponegoro menyerukan perang melawan Belanda. Semangat perang sabil yang dikobarkan membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu.

Alhasil, Belanda harus membayar mahal karena belasan ribu tentaranya tewas. Bahkan, biaya perang yang dikeluarkan diperkirakan mencapai 25 juta Gulden atau setara US$ 2,2 miliar saat ini. Belanda geram dan menangkap Pangeran Diponegoro.

Setelah diperdaya dalam perundingan dengan Letnan Jenderal Hendrik Merkus De Kock di Magelang pada 28 Maret 1830, pihak Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, Jawa Tengah, kemudian dibawa ke Gedung Karsidenan Semarang hingga ke Batavia menggunakan Kapal Pollux pada 5 April 1830.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Surabaya Disebut Kota Pahlawan, Bikin Bangga!

Topik:

  • Rochmanudin
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya