Ahli Epidemiologi: Indonesia Belum Siap untuk Skenario New Normal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemerintah tengah mempersiapkan skenario new normal atau normal baru di tengah pandemik virus corona atau COVID-19. Persiapan skenario new normal tersebut menyusul peringatan World Health Organization (WHO) tentang virus corona yang kemungkinan tak akan hilang.
Namun, melihat jumlah kasus yang terus meningkat, ahli epidemiologi dari Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa Indonesia belum siap menerapkan skenario new normal.
"Artinya pada saat ini kita belum pada tahap kesiapan yang diharapkan," kata Dicky saat dihubungi IDN Times, Sabtu (23/5).
1. Pola aturan baru dalam new normal harus bisa disosialisasikan pada masyarakat
Dicky menyampaikan, jika pemerintah ingin menerapkan skenario new normal, maka harus membuat pola aturan baru dalam masyarakat. Seperti saat bersosialisasi, bekerja, dan beraktivitas. Hal itu tentunya perlu diedukasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat dan jajaran lembaga pemerintahan di berbagai tingkatan.
"Ini proses yang perlu waktu dan juga strategi yang tepat. Sementara itu intervensi utamanya seperti testing tracing tidak bisa dikendurkan, malah harus ditingkatkan, kualitas dan kuantitasnya," jelas Dicky.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Aturan New Normal dan Segera Diputuskan Jokowi
2. Harus ada fase-fase dan indikator yang tepat untuk skenario new normal
Dicky menyebut, masyarakat masih belum siap untuk mengikuti skenario new normal. Menurut dia, kurangnya sosialisasi dari pemerintah menjadi salah satu faktor ketidaksiapan masyarakat.
"Kita juga harus belajar sangat dari Brazil, negara tropis yang saat ini akan menyusul USA dalam jumlah kasus dan kematian. Juga harus dibuat fase-fasenya dan indikatornya. Sehingga jelas, terarah, dan terukur," ucapnya.
3. Perubahan perilaku masyarakat berkontribusi 80 persen pada pandemik
Dicky melanjutkan, perubahan perilaku masyarakat berkontribusi 80 persen terhadap pengendalian suatu pandemik. Sehingga, memang perlu upaya masif untuk sosialisasi agar pemerintah bisa menerapkan skenario new normal.
"Perlu upaya lebih masif dan tepat dalam promosi kesehatan ini, dengan strategi komunikasi yang tepat. Didukung penguatan program intervensi testing tracing," kata dia.
Baca Juga: Pedoman New Normal dari WHO Saat Pandemik COVID-19, Begini Isinya