Heboh Limbah Medis, BRIN: Baru 4,1 Persen RS Punya Insinerator Berizin

Kapasitas pengolahan limbah medis masih minim

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, kapasitas pengolahan limbah medis COVID-19 yang dimiliki Indonesia tidak sebanding dengan peningkatan limbah itu sendiri. Bahkan, menurut dia, baru 4,1 persen rumah sakit yang memiliki fasilitas insinerator yang berizin.

“Kemudian di seluruh Indonesia baru ada 20 pelaku usaha pengolahan limbah, yang terpenting adalah disampaikan Ibu Menteri LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutanan), hampir semuanya itu masih terpusat di Pulau Jawa. Jadi distribusi yang belum merata,” kata Laksana dalam keterangan pers yang disiarkan langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (28/7/2021).

Insinerator adalah alat untuk membakar limbah dan sebenarnya sudah ada di banyak fasilitas kesehatan. Hanya saja, masih ada alat yang belum mendapatkan izin operasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sehingga relaksasi perizinan dilakukan.

Baca Juga: Ngeri! Limbah Medis COVID-19 Pada 27 Juli 18.460 Ton, Mau Diapain?

1. BRIN sudah kembangkan teknologi pengolahan limbah medis berskala kecil dan mobile

Heboh Limbah Medis, BRIN: Baru 4,1 Persen RS Punya Insinerator BerizinIlustrasi Sampah Medis (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Untuk mengatasi minimnya pengolahan limbah medis COVID-19, Laksana menyampaikan, BRIN telah mengembangkan beberapa teknologi. Dia menuturkan, teknologi tersebut bisa digunakan untuk pengolahan limbah skala kecil dan sifatnya mobile, sehingga bisa menjangkau daerah-daerah yang relatif penduduknya sedikit dan skala limbahnya tidak besar.

“Sehingga kalau kita harus membangun insinerator besar itu tentu akan jauh lebih mahal dan juga menimbulkan masalah terkait dengan pengumpulan. Karena pengumpulan dari limbah ke insenerator yang terpusat itu juga menimbulkan biaya tersendiri,” jelas dia.

2. BRIN kembangkan teknologi daur ulang limbah medis yang bisa tingkatkan nilai tambah

Heboh Limbah Medis, BRIN: Baru 4,1 Persen RS Punya Insinerator BerizinIlustrasi Sampah Medis (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Selain itu, ujar Laksana, BRIN juga telah menyiapkan beberapa teknologi untuk daur ulang limbah medis yang berpotensi memunculkan nilai tambah. Menurutnya, daur ulang tersebut juga akan meningkatkan kepatuhan fasilitas kesehatan yang menghabiskan limbah.

“Karena ada insentif finansial dari sisi bisnis akibat daur ulang tersebut, dan tentu itu akan berpotensi juga mengurangi biaya pengolahan limbah secara keseluruhannya,” ujar dia.

3. BRIN kembangkan alat penghancur jarum suntik yang bisa hasilkan residu berupa stainless steel murni

Heboh Limbah Medis, BRIN: Baru 4,1 Persen RS Punya Insinerator BerizinKepala BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc. (ANTARA/Vima P Setyorini)

Selain itu, BRIN juga telah mengembangkan alat penghancur jarum suntik yang bisa menghasilkan residu berupa stainless steel murni. Selain itu, daur ulang juga dilakukan untuk Alat Pelindung Diri (APD) dan masker yang berbahan polipropilena.

“Dengan ini kami berharap itu bisa meningkatkan motivasi untuk mengumpulkan dan mengolah limbah yang meningkatkan kepatuhan, dan di sisi lain itu berpotensi juga menjadi bisnis bagi para pelaku usaha di daera-daerah, khususnya para pelaku usaha skala kecil,” ujar Laksana.

Baca Juga: KLHK Ancam Jatuhkan Sanksi Pemda yang Buang Sampah Medis ke TPA

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya