Jokowi: Saya Bukan Marah-marah pada Menteri, Tapi Memotivasi 

Jokowi ingin menterinya bekerja keras lagi

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo memastikan, tegurannya kepada menteri saat sidang kabinet dan rapat terbatas beberapa waktu lalu bukan karena marah, melainkan sebagai bentuk motivasi agar para menteri bisa bekerja lebih keras lagi di tengah pandemik COVID-19 ini.

"Saya minta para menteri untuk bekerja keras, tapi kalau mintanya dengan nada yang berbeda untuk memotivasi para menteri bekerja lebih keras lagi, bukan marah, memotivasi agar lebih keras lagi bekerjanya," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (13/7/2020).

Baca Juga: Jokowi Minta Tes COVID-19 Digenjot, Beberapa Daerah Ini Jadi Prioritas

1. Jokowi prediksi puncak virus corona Agustus atau September

Jokowi: Saya Bukan Marah-marah pada Menteri, Tapi Memotivasi Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Senin (13/7/2020) (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Jokowi lalu mengatakan tentang prediksi puncak virus corona atau COVID-19 di Indonesia, yang akan jatuh pada Agustus atau September mendatang. Per Senin, 13 Juli 2020 saja, kasus virus corona di Indonesia mencapai 76.981 kasus.

"Kalau melihat angka-angka memang nanti perkiraan puncaknya ada di Agustus atau September, perkiraan terakhir. Tapi kalau kita tidak melakukan sesuatu, ya bisa angkanya berbeda," ujar Jokowi.

2. Jokowi jengkel pada kinerja menterinya dan ancam akan reshuffle

Jokowi: Saya Bukan Marah-marah pada Menteri, Tapi Memotivasi Presiden Jokowi di Kompleks Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (13/7/2020) (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Sebelumnya, Presiden Jokowi sempat merasa jengkel dengan kinerja para menterinya dalam menangani virus corona atau COVID-19. Dalam video berdurasi 10 menit itu, Jokowi mengungkapkan bahwa kinerja para menterinya tidak ada progres signifikan dan ia pun mengancam untuk melakukan reshuffle kabinet.

"Bisa saja membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya," ujar Jokowi dalam sebuah video yang diunggah di channel YouTube Sekretariat Presiden pada Minggu 28 Juni 2020.

Jokowi menilai nihilnya progres signifikan dari kinerja para menteri ini terlihat dari lambatnya belanja anggaran penanganan COVID-19. Salah satunya yang disinggung oleh mantan Wali Kota Solo ini soal anggaran penanganan COVID-19 sektor kesehatan sudah disiapkan Rp 75 triliun.  Dari angka tersebut, baru 1,53 persen yang sudah diserap.

"Segera keluarkan belanja itu secepat-cepatnya. Karena uang beredar akan semakin banyak, konsumsi masyarakat nanti akan naik. Saya beri contoh, bidang kesehatan itu dianggarkan Rp75 triliun, baru keluar 1,53 persen coba," tuturnya.

Selain bidang kesehatan, Jokowi juga menyoroti penyaluran bantuan sosial sebagai jaring pengaman sosial bagi masyarakat yang terdampak COVID-19. Menurut Jokowi, proses penyaluran bansos tersebut sudah 'lumayan', tapi dia meminta harusnya kinerja menterinya lebih dari itu.

"Bansos yang ditunggu masyarakat segera keluarkan. Kalau ada masalah lakukan tindakan-tindakan lapangan. Meskipun sudah lumayan, tapi baru lumayan. Ini extraordinary. Harusnya 100 persen," ungkap Jokowi.

Tak hanya itu, bidang ekonomi juga disinggung oleh Jokowi. Pria kelahiran Solo ini meminta agar seluruh stimulus yang sudah disiapkan segara direalisasikan. Khususnya, stimulus yang menyasar pelaku UMKM. 

"Usaha mikro, usaha kecil, menengah, usaha gede, perbankan, semuanya yang berkaitan dengan ekonomi. Manufaktur, industri, terutama yang padat karya. Beri prioritas pada mereka supaya gak ada PHK. Jangan sudah PHK gede-gedean, duit serupiah pun belum masuk ke stimulus ekonomi kita," kata Jokowi lagi.

3. Jokowi sempat singgung menterinya 3 bulan WFH seperti cuti

Jokowi: Saya Bukan Marah-marah pada Menteri, Tapi Memotivasi Persiapan Presiden Jokowi kunjungan kerja ke Kalimantan Tengah, Kamis (9/7/2020) (Dok. IDN Times/Biro Pers Kepresidenan)

Baru-baru ini Jokowi juga menyinggung bahwa menteri-menterinya tak memiliki rasa krisis di tengah pandemik COVID-19 saat ini. Pasalnya, ia merasa selama 3 bulan para menterinya bekerja dari rumah, tidak ada kinerja yang progresif.

"Jangan sampai 3 bulan yang lalu kita menyampaikan bekerja dari rumah, work form home. Yang saya lihat ini kayak cuti malahan. Padahal pada kondisi krisis kita harusnya kerja lebih keras lagi," kata Jokowi dalam rapat terbatas, Selasa 7 Juli 2020.

Baca Juga: Tegur Menteri Lagi, Jokowi: Segera Bertindak, Tidak Perlu Ada Laporan!

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya