Kamu Mau Mudik Idul Adha? Pikir-Pikir Lagi Deh dan Cek Risikonya

Banyak daerah tujuan mudik masih tinggi kasus virus corona

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengimbau masyarakat yang ingin mudik saat Lebaran Idul Adha, agar dipertimbangkan kembali. Sebab, wilayah-wilayah yang kebanyakan menjadi tujuan mudik lebaran adalah wilayah dengan penyebaran kasus virus corona terbanyak.

"Dalam rangka menjalankan ibadah perayaan Idul Adha, terutama yang akan melakukan mudik, mohon agar dipertimbangkan dan dihindari apabila tidak terlalu perlu, karena penyumbang kasus besar adalah juga daerah-darah tujuan dan asal mudik," ucap Wiku dalam keterangan pers yang disiarkan langsung di channel YouTube BNPB Indonesia, Kamis (30/7/2020).

1. DKI Jakarta masih menjadi penyumbang terbanyak kasus COVID-19

Kamu Mau Mudik Idul Adha? Pikir-Pikir Lagi Deh dan Cek RisikonyaSuasana Kebun Raya Bedugul di Era New Normal (Dok.IDN Times/Istimewa)

Wiku memaparkan tentang perkembangan kasus COVID-19 terbaru di Indonesia. Menurut data yang masuk pada Selasa 29 Juli 2020, kata dia, DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan penyebaran kasus virus corona terbanyak.

"Lima provinsi penyumbang kasus terbesar di Indonesia per 29 Juli adalah DKI Jakarta dengan jumlah 577, Jawa Timur dengan jumlah 359, Jawa Tengah dengan jumlah 313, Sumatera Utara 241, dan Sulawesi Selatan dengan jumlah 128. Ini adalah daerah yang kebetulan daerah mudik, dan ini adalah kasus dalam satu hari," sebut dia.

Baca Juga: Puncak Arus Mudik Idul Adha Diperkirakan Terjadi Sore Ini

2. Tingkat kasus positif di Indonesia per 29 Juli 2020 sebesar 13,3 persen

Kamu Mau Mudik Idul Adha? Pikir-Pikir Lagi Deh dan Cek RisikonyaProfesor Wiku Adisasmito. Dok. Gugus Tugas

Selama tiga minggu terakhir ini, lanjut Wiku, jumlah orang yang diperiksa dan positif virus corona semakin meningkat. Kemudian, ia menyampaikan bahwa tingkat positif atau positivity rate per hari pada 29 Juli 2020 yaitu 13,3 persen.

"(Sebanyak) 13,3 persen ini pada 29 Juli, lebih tinggi standar WHO yaitu 5 persen. Jadi ini adalah peringatan perlunya kewaspadaan bagi kita bersama bahwa kita harus mampu menurunkan tingkat penularan yang ada di masyarakat," kata dia.

"Apabila tingkat penularannya menurun, maka posivity rate atau jumlah yang dites dan positif juga akan menurun. Mohon ini menjadi perhatian semua pihak, bukan hanya pemerintah, tapi juga seluruh masyarakat, karena keberhasilan kita disumbang oleh kita juga," kata Wiku, menambahkan.

3. Usia 31-45 tahun menjadi penyumbang terbanyak kasus positif virus corona

Kamu Mau Mudik Idul Adha? Pikir-Pikir Lagi Deh dan Cek RisikonyaKetua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, Prof drh Wiku Adisasmito MSc PhD. IDN Times/Anggun Puspitoningrum

Wiku menerangkan kasus positif virus corona terbanyak disumbang masyarakat di rentang usia 31-45 tahun. Karena itu, ia mengimbau agar masyarakat saling melindungi keluarganya dari ancaman COVID-19.

"Kasus positif dikontribusikan oleh masyarakat dengan usia antara 31 sampai 45 tahun sebesar 31,3 persen. Jadi yang positif dari usia 31 sampai 45 tahun kontribusinya adalah 31,3 persen," kata dia.

Sementara, kasus yang meninggal dunia terbanyak adalah usia di atas 45 tahun, dengan persentase sebesar 78 persen. "Jadi ini adalah sangat tinggi dari usia rentan yang potensi meninggal, yaitu pada usia di atas 45 tahun," kata dia.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Nambah 2.381 Sehari, Menhub Gak Larang Mudik Idul Adha

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya