Partai Berkarya: Kritik Kami Tidak Meniup Genderang Perang

Soeharto disebut bapak korupsi, ini kata Partai Berkarya

Jakarta, IDN Times - Masih banyaknya cercaan yang dilayangkan kepada Presiden ke-2 RI Soeharto, tak membuat Partai Berkarya gentar dan surut. Sekretaris Jenderal Partai Berkarya Priyo Budi Santoso bahkan mengungkapkan akan terus menggelorakan nama Soeharto menjadi simbol Partai Berkarya.

Meski Soeharto masih terus mendapatkan cercaan, Priyo mengaku bahwa Partai Berkarya tidak tergoda untuk membuka "kebusukan" dari pemimpin-pemimpin Indonesia.

Baca Juga: Pengagum Soeharto Laporkan Ahmad Basarah ke Polda Metro Jaya

1. Berkarya tetap yakin masyarakat masih anggap Soeharto pemimpin dengan banyak jasa

Partai Berkarya: Kritik Kami Tidak Meniup Genderang PerangInstagram.com/Soeharto_instagram_fanpage

Walaupun masih banyak stigma negatif dilayangkan kepada Soeharto, Priyo menyampaikan bahwa citra Soeharto di mata sebagian masyarakat tetap seorang pemimpin yang baik. Dan Soeharto disebut sebagai pemimpin yang memiliki banyak jasa.

"Kami tetap yakin Pak Harto dikenal sebagai apa? Orang yang jujur akan mengatakan bahwa Pak Harto adalah pemimpin yang tegas menumpas PKI, komunisme di Indonesia. Dan beliau adalah bapak pembangunan dengan sederet jasa besar," ujar Priyo di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (4/12).

Baca Juga: Sekjen Partai Berkarya: Ideologi Kami Soeharto

2. Soeharto disebut 'bapak korupsi,' Partai Berkarya mengaku tak ingin balas mencerca

Partai Berkarya: Kritik Kami Tidak Meniup Genderang PerangIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ahmad Basarah yang menyebut bahwa Soeharto adalah 'bapak korupsi.' Priyo mengaku partainya tak ingin membalas cercaan tersebut. 

"Kami juga menghormati Bung Karno sebenarnya. Meskipun ada yang mencerca Pak Harto dengan sangat berlebihan itu, kami tidak tergoda untuk melakukan hal yang sama. Untuk membuka borok-borok para pemimpin lain," jelas Priyo.

Kemudian, ia menyampaikan tidak ingin juga membuka 'borok' pada pemerintahan Megawati saat itu.

"Kami gak enak membuka pada zaman pemerintahannya Ibu Megawati. Ada sekian berapa banyak dari perusahaan-perusahaan negara yang dijual kepada asing. Masalah BLBI, macam-macam tapi kami tidak tertarik untuk menyampaikan lagi," tambahnya.

Baca Juga: Lebih Besar dari Korupsi e-KTP, Ini 7 Fakta Tentang Kasus BLBI

3. Berkarya juga mengaku tak ingin membongkar keburukan masa pemerintahan Soekarno

Partai Berkarya: Kritik Kami Tidak Meniup Genderang Perangcommons.wikimedia.org/Frans Mendur

Selain itu, Priyo menyebut tidak enak juga membongkar permasalahan pada masa pemerintah Bung Karno. Termasuk, lanjutnya, ketika banyak ulama-ulama yang dikriminalisasi, dan ada tudingan pengkhianatan pemberontakan PKI.

"Keterlibatan istana (saat masa Soekarno) seperti apa. Tapi kami tidak tertarik. Kami meyakini Bung Karno adalah bapak bangsa yang harus dihormati," ucap dia.

4. Kritikan Berkarya terhadap pemerintahan Jokowi hanyalah kritikan biasa

Partai Berkarya: Kritik Kami Tidak Meniup Genderang PerangANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Selanjutnya, Priyo akui Berkarya juga tidak ingin menyerang pemerintahan Jokowi begitu brutal. Selama ini, tambah dia, kritikan Partai Berkarya kepada pemerintahan Jokowi hanyalah kritik biasa. "Tidak meniupkan genderang perang," papar Priyo.

Menurut dia, partainya pun masih menghormati Jokowi sebagai sebagai presiden yang juga punya prestasi dalam membangun infrastruktur. "Tapi bahwa zamannya susah, ekonomi susah, nyatanya kami akan mengkritik itu," kata dia. 

Baca Juga: Nama Koalisi Prabowo Dianggap Berbau Orba, Sekjen Berkarya Heran

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya