Pelaku Teror Bom di Surabaya Diduga Satu Keluarga, Ini Identifikasinya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Polri akhirnya berhasil mengidentifikasi pelaku pemboman tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5). Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan ada dugaan pelaku merupakan satu keluarga.
Mereka terdiri dari suami-isteri dan empat anaknya. Keluarga itu kemudian berpencar ke tiga gereja lalu melaksanakan perannya masing-masing.
Bagaimana pembagian peran tersebut?
1. Polri berhasil mengindentifikasi pelaku teror adalah satu keluarga
Tito mengungkapkan, sejak pagi tadi, timnya sudah mulai bergerak dan mengidentifikasi satu persatu pelaku yang berada di lokasi kejadian. Setelah mengumpulkan bukti-bukti dan hasil, aparat kepolisian pun berhasil mengindentifikasi pelaku teror bom gereja tersebut.
"Dari tadi pagi kita bergerak, tim yang sudah ada Alhamdulillah berhasil mengidentifikasi pelaku-pelakuya," kata Tito di RS Bhayangkara, Surabaya, pada sore tadi.
Tito menambahkan, aparat kepolisian juga menduga jika para pelaku aksi teror tersebut adalah satu keluarga.
"Jadi pelaku ini diduga adalah satu keluarga," katanya lagi.
Baca juga: Jokowi: Terorisme Adalah Kejahatan yang Tidak Terkait Agama Apa Pun
2. Pelaku teror bom di Gereja Pantekosta adalah kepala keluarga
Editor’s picks
Ia pun menjelaskan satu persatu identifikasi dari para pelaku bom di Surabaya. Menurut laporan yang ia terima, pelaku teror bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, yang berlokasi di jalan Arjuno no.90, adalah ayah dari keluarga tersebut. Tito mengatakan jika pelaku bernama R. Dita Oepriarto.
"Yang melakukan serangan di gereja Jalan Arjuna, yang menggunakan (mobil) avanza, diduga keras itu adalah bapaknya bernama Dita. Dita Oepriarto. Diduga keras," kata Tito memberikan penjelasan.
3. Pelaku di GKI Diponegoro isteri dan dua anak perempuannya
Kemudian, untuk pelaku di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro (GKI Diponegoro), lanjut Tito, diduga keras adalah isterinya. Sang isteri diketahui bernama Puji Kuswati. Konyolnya, saat beraksi, Puji turut mengajak dua anak perempuannya menjadi pelaku bom bunuh diri.
"Isterinya yang diduga meninggal bernama Puji Kuswati. Kemudian yang perempuan (anaknya) bernama Fadhila Sari umur 12 tahun dan Famela Rizqita. Mereka kelahiran Surabaya semua, kecuali Puji Kuswati kelahiran Banyuwangi. Famela Rizqita umur 9 tahun," kata dia.
4. Pelaku bom di Gereja Santa Maria adalah kedua anak laki-laki Dita
Lebih lanjut, Tito menjelaskan pelaku aksi teror di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel. Menurut Tito, pelaku aksi teror di gereja tersebut adalah dua orang laki-laki dan diduga adalah anak dari Dita dan Puji.
"Yang ketiga di Gereja ST Maria adalah 2 orang laki-laki, diduga adalah putera dari Dita ini. Yang satu namanya Yusuf Fadhil, usianya 18 tahun, dan Firman Halim yang usianya 16 tahun. Semua adalah serangan bom bunuh diri. Cuma jenis bomnya yang berbeda," kata Tito.
Ia menjelaskan bom yang digunakan dalam beraksi dimulai dari bom mobil hingga rompi.
Baca juga: Kata Mereka yang Selamat dari Bom Gereja Surabaya