Pemerintah Razia Buku 'Kiri' dan Komunisme, Ini Alasannya

PKI pernah memberontak tiga kali di Indonesia

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Riyacudu mendukung usulan Jaksa Agung Muhammad Prasetyo, untuk merazia buku yang mengandung ajaran komunisme dan ideologi terlarang lainnya secara besar-besaran.

Menurut Ryamizard, yang dikhawatirkan dari komunis adalah ketika mereka memberontak. Sehingga buku dengan paham komunis dikhawatirkan membawa pengaruh bagi masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Dilarang Tertawa! Tiongkok Haramkan Parodi Soal Komunisme

1. Ryamizard tidak setuju terhadap komunis yang merencanakan pemberontakan

Pemerintah Razia Buku 'Kiri' dan Komunisme, Ini AlasannyaIlustrasi/Pexels.com

Ryamizard mengatakan pihaknya sangat menentang adanya komunis di Indonesia. Terutama bagi para komunis yang merencanakan pemberontakan.

"Itu komunis gak boleh lagi. Kalau mereka tidak berbuat apa-apa, gak ada masalah. Ini, rapat sana, rapat sini. Bukan kita gak tahu rapat apa. Itu mau apa? Biasa saja lah. Kenapa rapat di tempat makan, kayak serius. Sudah lah," kata Ryamizard di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (24/1).

2. Ryamizard tidak ingin pemberontakan PKI terjadi lagi

Pemerintah Razia Buku 'Kiri' dan Komunisme, Ini Alasannyappid.perpusnas.go.id

Ryamizard mengatakan pemerintah sangat tidak setuju dengan pemberontakan yang dilakukan komunis. Sebab, pemberontakan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) pernah terjadi di Indonesia, salah satunya terjadi pada 1948.

"Saya sudah sampaikan kemarin, tidak usah suka komunis. Komunis di Rusia, China, teman semua kok. Gak ada masalah. Yang kita gak suka itu yang berontak. Kita tiga kali loh, tahun 1926, 1948, 1965," papar dia.

3. Dendam bisa memicu kembalinya komunis

Pemerintah Razia Buku 'Kiri' dan Komunisme, Ini AlasannyaIlustrasi/Pixabay.com

Meski komunis tidak lagi memiliki kekuatan di Indonesia, kata Ryamizard, dendam jangan dianggap remeh. Terutama bila kelompok komunis kembali besar, dianggapnya begitu berbahaya bagi Indonesia.

"Ini masalah dendam. Dendam itu. Ini kita kecilkan lagi, kalau gede susah lagi. Belum lagi paham radikal. Sama itu. Saya ngerti. Bahaya negara ini," ungkap dia.

Baca Juga: Ratna, Penolak Tambang Banyuwangi yang Dituduh Komunis

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya