Ramai Isu Dosen Asing Masuk ke Indonesia, Ini Penjelasan Menristekdikti

Jumlah dosen asing di kampus Indonesia kurang dari 200

Bandung, IDN Times – Isu Tenaga Kerja Asing (TKA) tengah menjadi sorotan publik. Kabar mengenai pemerintah yang akan mengimpor 200 dosen asing pun ikut beredar.

Menanggapi hal tersebut Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan jika itu bukanlah impor TKA, melainkan hanya untuk berkolaborasi dengan dosen di Indonesia.

1. Pemerintah ingin dosen dalam negero berkolaborasi dengan dosen asing

Ramai Isu Dosen Asing Masuk ke Indonesia, Ini Penjelasan MenristekdiktiANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Nasir pun menegaskan mengenai isu dosen asing yang beredar di masyarakat. Ia mengatakan, yang dimaksud mendatangkan dosen asing tersebut, bukan untuk menggantikan dosen-dosen yang ada di Indonesia, melainkan untuk berkolaborasi bersama agar pendidikan Indonesia bisa naik di tingkat dunia.

“Maksud saya, supaya bisa berkolaborasi, bisa membimbing mahasiswa atau bisa melakukan penelitan bersama dengan dosen Indonesia dan bisa melakukan inovasi bersama dengan dosen Indonesia. Kalau ini bisa dilakukan, reputasi perguruan tinggi Indonesia akan meningkat secara otomatis melalui kolaborasi tadi,” ujar Nasir di Kampus Iwa Koesoemasoemantri Universitas Padjajaran, Dipati Ukur, Bandung, Rabu (2/5).

Baca juga: SBY: Berbahaya Kalau Datang Tenaga Kerja Asing Besar-besaran

Ia pun mengungkapkan jika dosen asing yang datang ke Indonesia sudah berjalan dengan baik. Ada beberapa perguruan tinggi juga yang sudah bekerja sama, salah satunya adalah Universitas Padjajaran. 

2. Syarat Indonesia masuk kelas dunia dengan kolaborasi

Ramai Isu Dosen Asing Masuk ke Indonesia, Ini Penjelasan Menristekdiktiyouthmanual.com

Rencana kolaborasi mendatangkan dosen asing yang dirancang oleh Kemenristekdikti ini, dijelaskan Nasir, tidak bisa disebut sebagai impor. Menurutnya, syarat Indonesia bisa masuk ke kelas dunia adalah dengan melakukan kolaborasi bersama asing.

“Ada syarat yang harus dipenuhi untuk perguruan tinggi masuk kelas dunia. Satu, namanya staff mobility. Pertukaran dosen. Dosen Indonesia ke luar negeri, dosen luar negeri ke Indonesia. Dalam rangka kolaborasi. Kalau tidak dilakukan itu, tidak bisa,” terang dia.

3. Dosen asing tidak dalam posisi menggeser dosen dalam negeri

Ramai Isu Dosen Asing Masuk ke Indonesia, Ini Penjelasan MenristekdiktiIlustrasi tenaga kerja asing. pixabay.com

Nasir menerangkan, walaupun harus berkolaborasi, namun dosen asing yang masuk ke Indonesia tidak bisa lama tinggal di Indonesia. Kebanyakan, setiap satu bulan, mereka akan kembali lagi ke negaranya karena masalah biaya.

“Tadinya kalau orang tinggal di Indonesia untuk berkolaborasi, satu tahun, mereka gak bisa. Satu bulan keluar lagi. Itu cost-nya mahal. Bagi perguruan tinggi pun akan juga berat,” kata Nasir.

Nasir melanjutkan, jumlah dosen asing yang saat ini berada di Indonesia juga jumlahnya masih kecil. Ia menyebut kurang dari 200 dosen asing ada di Indonesia.

“Masih di bawah 200. Masih banyak kita yang ke luar negeri. Maka saya mohon, dengn adanya TKA yang lagi geger. Itu sebenarnya gak ada. Tapi menyederhanakan,” ujarnya.

4. Pemerintah targetkan datangkan 5-10 dosen asing di setiap universitas

Ramai Isu Dosen Asing Masuk ke Indonesia, Ini Penjelasan Menristekdiktiengageny.org

Nasir pun menyampaikan, target pemerintah untuk mendatangkan dosen asing ke masing-masing universitas sekitar 5 sampai 10 dosen asing di setiap universitas. Namun, tambahnya, mendatangkan dosen asing, tidak berarti menyingkirkan dosen dalam negeri.

“Apakah itu akan mendesak dosen dalam negeri? Gak ada. Berkolaborasi pasti akan sinergi. Tidak berarti ini adalah mutually exclusive, ini masuk ini hilang, tapi berkolaborasi ya,” ungkap dia.

5. Respons dosen dalam negeri berbeda-beda

Ramai Isu Dosen Asing Masuk ke Indonesia, Ini Penjelasan Menristekdiktien.via.dk

Terkait dengan mendatangkan dosen asing ke Indonesia, Nasir pun memaparkan bahwa respons para dosen dalam negeri berbeda-beda. Dan menurut dia, mereka menjadikan hal tersebut positif atau negatif akan bergantung pada cara mereka memandangnya.

“Kalau yang dihembuskan adalah TKA, pasti akan negatif. Gak ada yang bicara postif. Tapi kalau bicaranya kolaborasi, tentu mereka sangat tertarik. Kalau kolaborasi untuk Indonesia menjadi lebih baik, itu yang diinginkan,” ucap Nasir.

Baca juga: Ayu Purwarianti Dosen Teknologi Informatika yang Terjun ke Industri Digital

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya