[WAWANCARA KHUSUS] Cerita Giring 'Nidji' Terjun ke Dunia Politik

Apa yang mendorong Giring beralih ke politik?

Jakarta, IDN Times - Dunia politik kini menjadi pilihan 'menjanjikan' bagi banyak kalangan. Sebut saja kalangan selebriti. Sejumlah artis berbondong-bondong terjun ke politik sejak beberapa periode ini.

Pemilu 2019, Giring Ganesha atau yang lebih dikenal Giring 'Nidji' mencoba banting setir dari dunia musik ke politik. Dia rela meninggalkan kariernya sebagai musikus kondang, dan memulai karier politiknya di Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Pria 35 tahun ini mulai bergabung dengan PSI sejak 2017. Setelah bergabung di partai yang berisi politisi muda tersebut, Giring mencoba mencalonkan diri sebagai legislatif untuk DPR RI dapil Jawa Barat 1, yaitu Cimahi dan Kota Bandung. 

Tidak hanya itu, Giring juga mengincar salah satu kursi di Komisi X DPR RI, yang membidangi tentang pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata. Meski usianya relatif muda di dunia politik, dia tetap menunjukkan semangatnya untuk mendapatkan kursi di Senayan. 

Ingin mengenal lebih jauh dengan Giring, IDN Times mendapatkan kesempatan wawancara khusus. Lalu, apa alasan Giring banting setir ke dunia politik?

Baca Juga: 10 Potret Haru Kehamilan Hingga Melahirkan Anak ke-4 Giring

1. Apa yang mendorong Giring masuk ke politik?

[WAWANCARA KHUSUS] Cerita Giring 'Nidji' Terjun ke Dunia PolitikIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Hope, hope yang diberikan oleh our new leaders lah. Kayak Pak Jokowi, Ridwan Kamil, Ahok, Risma. They gave us hope. Zaman saya I don’t have any hopes about politics. 

I believe kalau semua orang cuma menggunakan kita saja saat mereka udah sampai di atas, habis itu mereka korup. Karena dua kali Pemilu saya ikutan, saya hope SBY, my first election. No no that’s my second election, I voted SBY, because I believe in him karena ada hope. 

Terus the second one I voted again buat dia, karena saya pikir bahwa ya dia oke lah dan ada hope. Tapi ternyata di second-nya ya kacau lah, ya korup lah. Ya tim-timnya sih. Tapi begitu ngelihat Jokowi kerja ada hasilnya, baik dari wali kota, habis itu sudah jadi gubernur Jakarta. 

Bayangin dulu zaman Sutiyoso aja sengketa masalah MRT, gak jadi-jadi, padahal bobrok tuh. Tiang-tiangnya masih ada di Senayan sekarang. Ada di-spute lah terus korupsi lah and everything. Tapi begitu Jokowi, langsung pada jadi, sudah mau selesai lagi sekarang. 

Jadi ada hope gitu, kalau misalnya orang lain, misalnya orang gak punya tendencies untuk cari duit, gak ada tendencies untuk menangin yang ini yang itu, akhirnya jadi-jadi aja kok.

2. Apakah tidak takut dengan citra politisi yang tidak bisa dipercaya masyarakat?

[WAWANCARA KHUSUS] Cerita Giring 'Nidji' Terjun ke Dunia PolitikIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Gak, image kepada partai politik dan DPR, ya. Tapi image kepada tokoh gak, kalau menurut saya, ya.

3. Berarti Giring tidak takut citranya akan dinilai sama dengan politisi lainnya yang dinilai negatif oleh rakyat?

Tinggal buktiin aja dong, politik ya politik, kerja ya kita kerja. Kenapa gak langsung masuk eksekutif aja, saya mau nunjukin gitu kalau misalnya saya udah masuk ke legislatif dan ternyata saya semua kerjanya bener terus saya gak korupsi, akan menjadi langkah lebih mudah lagi untuk masuk eksekutif karena orang lebih percaya ‘oh dia aja waktu itu kerja di DPR bersih-bersih aja kok’.

4. Kenapa tertarik bergabung dengan PSI?

Ya saya ditawarin. Cuma gak tahu kenapa, salah satu platform yang paling cocok sama saya ya PSI, dimana isinya profesional semua, dimana waktu mau masa penyaringan nya ada Mahfud MD, ada Mari Pangestu. Saya saja harus presentasi bagaimana cara melawan korupsi, disiarin live

Saya mending manggung depan 10 juta orang, tiba-tiba ini saya harus ngomong apa yang mau saya lakukan begitu nanti masuk ke DPR begitu kan, dan bagaimana cara saya melawan korupsi. Terus habis itu yang saya suka adalah belum apa-apa kita sudah tanda tangan. Tanda tangan sebuah kontrak bahwa kalau sampai nanti kita bolos, pokoknya lagi rapat di parlemen saya nya gak ada, itu saya bisa dipecat.

5. Apa yang akan dilakukan untuk bisa dekat dengan rakyat?

[WAWANCARA KHUSUS] Cerita Giring 'Nidji' Terjun ke Dunia PolitikIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Ya, saya kalau jujur di politik itu lebih suka turun langsung ke masyarakat, sih. Saya kalau ditanya gaya politiknya seperti apa sih? Gaya politik saya gaya silaturahmi. Saya yakin yang membuat bangsa ini hebat adalah silaturahmi. 

Ya lihat saja kalian semua pada nongkrong, kongkow-kongkow berjam-jam di cafe, di mal, itu kan juga bagian dari silaturahmi modern. Saya suka banget kalau lagi di dapil, udah, the whole day, dari pagi sampai malam pasti ketemu sama warga. 

Baca Juga: Tutup Tahun 2018, Jokowi Bakal Buka 13 Ruas Tol Baru

6. Golongan mana yang ditargetkan untuk sering berinteraksi saat blusukan?

Saya lebih menjurus ke ibu-ibu nya. Karena saya belajar dari ibu saya sih, bagaimana ibu saya kalau sudah turun buat Pak Jokowi sama Pak Ahok, waktu itu sih ya dia gila-gilaan, sih. 

Maksudnya umur sudah 60-an berapa, tapi dia turun langsung buat, benar-benar turun loh itu, gak cuma lewat sosial media aja, benar-benar berjuang buat Pak Jokowi sama Pak Ahok. Jadi saya lihat bahwa memang kekuatan ibu-ibu itu emang luar biasa sih.

7. Bagaimana cara Giring mendekatkan diri dengan millennials?

Dari kebudayaan lah pasti lah. Kaya, I don’t have any problem dengan deketin anak muda, karena saya seorang musisi. Saya musisi, entrepreneur, habis itu juga pemain film. Ya dari kebudayaan, kalau millennials dari main video game bareng, saya memiliki hubungan ya sangat baik dengan relawan saya. Saya sekarang sudah punya 100-an lebih relawan yang ada di dapilnya, dan cara paling simpel adalah ajak main, makan bareng, nongkrong bareng, sama main game bareng.

8. Selain blusukan, apakah Giring juga memanfaatkan media sosial untuk berkampanye?

[WAWANCARA KHUSUS] Cerita Giring 'Nidji' Terjun ke Dunia PolitikIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Juju saja ya, saya jujur, ya saya manfaatin. Tapi saya lebih yakin dan lebih efektif dan memang lebih capek. Memang lebih capek kalau kita blusukan. Tapi dampaknya lebih luar biasa. Saya bisa tahu problemnya, saya bisa melihat keadaan rumah mereka, saya bisa lihat gadget mereka pakai apa, saya bisa tahu motor mereka pakai nya yang mana. Bahwa sekarang kebutuhan primer untuk kelas bawah adalah handphone yang bagus sama motor. Bagi mereka kalau sudah punya dua hal ini, itu bagi mereka sudah aman.

9. Di DPR tertarik di komisi berapa?

(Komisi) X, karena ada pendidikannya. Jujur saja saya itu sangat concern dengan isu pendidikan di Indonesia.

10. Berarti sudah siap untuk mengritik menteri-menteri kabinet saat sudah menjadi anggota DPR RI?

Siap lah, even though nanti saya yakin Pak Jokowi menang ya, kabinet-kabinetnya saya support juga kan, ya. Tetap saja saya akan jagain dong, masalah anggaran akan saya jagain, jangan sampai buang-buang anggaran dong. Karena banyak sekali kayak anggaran-anggaran dibuang-buang tiba-tiba kirim alat. 

Saya diceritain kirim alat perahu karet ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, tapi begitu sudah sampai gak ngerti gimana cara makai nya. Atau aplikasi-aplikasi yang mendukung pendidikan, tapi karena internetnya gak ada, dibuat apa gitu di daerah-daerah ujung Indonesia.

11. Apa target Giring jika terpilih menjadi anggota DPR RI nanti?

[WAWANCARA KHUSUS] Cerita Giring 'Nidji' Terjun ke Dunia PolitikIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Ya kerja lah. Harus kerja, harus menggolkan regulasi-regulasi dan juga undang-undang, yang menurut saya paling akan saya sampaikan nanti saat kampanye. Dan yang paling penting adalah menjaga APBN, jangan sampai buang-buang untuk hal-hal yang gak penting, kita harus benar-benar berhemat. Pokoknya jangan sampai buang-buang lah. Ya perjuangkan aspirasi-aspirasi dapil saya.

12. Apa kekhawatiran terbesar Giring tentang situasi politik di Indonesia saat ini?

Ya itu, political identitas terus disintegrasi, habis itu paling yang saya khawatirin adalah ada orang yang bagus banget kerjanya secara merakyat dan segala-galanya. Datanya semua bagus gitu, tapi bentur-bentur juga dengan SARA, agama, dan identitas ya, itu yang saya paling worry sih sekarang. 

Makanya kemarin kan ketika di Pilkada terakhir yang Jawa Barat, dan yang lain yang seluruh Indonesia itu saya bersyukur ada beberapa tempat yang saya kira political SARA akan menang di situ, ternyata gak. Kayak contohnya Jawa Barat itu saya bersyukur banget, berarti sudah mulai gak bisa dipakai nih, sudah basi. 

Tetapi ada beberapa daerah juga masih dipakai gitu dan ternyata menang juga, kayak di Medan, gitu. Kan masih ngomongin agama ‘dia yang minum dari tanah ini yang makan dari tanah ini jangan pilih dari tanah sebelah’ kan lo gak lihat kinerjanya apa, itu yang saya ngeriin, entar terus kalau semua pakai political identity dan political SARA ya negara ini gak bakal maju-maju lah. Orang gak bakal dilihat dari kinerjanya, tapi cuma dari agama, sama sukunya aja, gitu.

13. Siapakah tokoh nasional favorit Giring?

[WAWANCARA KHUSUS] Cerita Giring 'Nidji' Terjun ke Dunia PolitikIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Bagi saya Pak Jokowi adalah pemimpin negara yang luar biasa. Satu Jokowi, kedua untuk di legislatif ada Mas Budiman Sudjatmiko, karena dulu Beliau adalah seorang aktivis dan begitu Beliau masuk ke parlemen dengan UU Desa nya, akhirnya berhasil menggolkan UU Desa nya. Dan sekarang sudah jutaan orang sudah menikmati UU Desa. 

Saya juga suka banget sama Kang Ridwan Kamil, saya suka bagaimana Beliau selalu mengedepankan politik kerja, dan juga Beliau membangun Kota Bandung dan sekarang Beliau terpilih jadi Gubernur Jawa Barat, dan Beliau sudah siap memimpin Jawa Barat, dan Beliau yakin dengan merangkul para millensials, dengan merangkul teknologi dan juga selalu membuat inovasi-inovasi agar kesejahteraan meningkat. Menurut saya sih itu luar biasa banget. 

Habis itu saya juga suka sama Ibu Risma, wali kota Surabaya. Moment saya jatuh cinta sama Ibu Risma ada momen dia lagi markir tiba-tiba ada satu timnya datang ngomong ada bom satu lagi. Dan di situ dia jatuh, dia menangis dan di situ kelihatan banget bahwa dia adalah pemimpin yang luar biasa banget bahwa dia habis itu, dia datengin warga satu-satu, ‘tolong nanti hati-hati jaga-jaga, kunci rumah mungkin terorisnya masih ada dimana-mana’ saya inget banget itu. Terlihat banget bahwa ia benar-benar melayani warga Surabaya.

14. Bagaimana tingkat kepuasan Giring terhadap kepemimpinan Jokowi-JK?

Sangat puas. Kalau kita bandingkan sama yang sebelumnya ya sangat puas lah. Karena jelas kerjanya, terus banyak yang sudah dilakukan. Kayak contohnya pembangunan lah yang pasti lah, kedua kalau saya sebagai seorang seniman, dulu seniman itu, musisi itu hanya dipakai untuk pas saat kampanye buat rame-ramein saja, terus sudah. 

Tapi, Pak Jokowi adalah presiden satu-satunya yang bikin badan ekonomi kreatif untuk mikirin tentang ekonomi kreatif. Dulu kan bingung kan mau kemana, mau ngomongin tentang royalti kemana, mau ngomongin tentang hak cipta kemana, iya kan. Sekarang udah ada Bekraf, semua lewat Bekraf.

Baca Juga: Dari Oky Asokawati hingga Manohara Pinot, NasDem 'Banjir' Caleg Artis

15. Apa yang masih perlu diperbaiki dari pemerintahan Jokowi-JK?

Ya banyak lah. Duh gak enak amat nih. Kalau misalnya kita ngomong ekonomi ya, kalau di dapil saya sih banyak cerita, gak tahu sih kalau di Jakarta, kalau di Bandung, di Cimahi, birokrasi masih kompleks. Orang mau bikin usaha itu lumayan susah birokrasinya, cuma kalau suruh bayar ini itu harus segera bayarnya. 

Jadi birokrasi di beberapa daerah masih tidak sesimpel, kalau dulu kan lumayan simple, ya. Dulu kan di Jakarta kan sempet semua birokrasi serba cepet, gitu. 

Terus kalau pendidikan menurut saya yang harus diperbaiki adalah ujian nasional gak usah ada lagi, karena dibilang ujian nasional untuk standarisasi. Tapi gimana kalau mau standarisasi, kalau misalnya sekolah, kualitas sekolahnya, jumlah dan kualitas gurunya dan kualitas gizi dari setiap daerahnya saja sudah gak sama. Terus harus menjawab soal-soal yang sama. Ya menurut saya gak fair lah, jadi menurut saya gak usah ada lah ujian nasional.

16. Punya solusi gak jika ujian nasional ditiadakan?

[WAWANCARA KHUSUS] Cerita Giring 'Nidji' Terjun ke Dunia PolitikIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Ada, ujian bakat. Dari kecil menurut saya negara dan keluarga sudah mengetahui ini anak bakatnya apa. Karena contohnya saya, saya dari kecil sudah tahu kalau saya bakatnya nyanyi. Penyanyi dan entertainer. Dan orangtua saya tahu, makanya saya setiap kali disuruh nyanyi, habis itu disuruh les nyanyi, disuruh tampil lah kalau ada acara keluarga, disuruh nyanyi sama bapak saya, karena dia tahu 'wah dia suaranya bagus nih anak ini'. 

Terus habis itu kakak saya yang kedua, yang saya omongin, yang punya sekolah seni dari kecil suka ngelukis, akhirnya kita tuh selalu dikenalin sama pelukis-pelukis, makanya kakak saya bisa belajar langsung sama Nyoman Gunarsa, sama Jeihan (Jeihan Sukmantoro). Dari kecil orangtua saya sudah tahu mau apa, akhirnya dari kecil saya dilatih, begitu dilatih akhirnya saya jadi kan? 

Coba bayangin semua keluarga Indonesia sama departemen pendidikan tahu gitu ‘kamu bakatnya apa? Kamu bakatnya apa?’ dari kecil gitu ‘oh ini cocoknya jadi jurnalis nih’ ya ngapain belajar kimia sama fisika? Ya menurut saya sih kayak gitu, jadi automaticly nanti kita gak buang-buang waktu, gak buang-buang resource, akhirnya anak-anak kita langsung tajem semua gitu habis lulus SMA.

17. Memasuki tahun politik Pilpres 2019 dan Pileg 2019, apa harapan Giring ke depan agar tidak ada lagi politik SARA dan identitas?

Sebenarnya politik SARA, politik identitas, sudah lama ditinggalkan. Buktinya aja di Pilkada kemarin cuma ada beberapa tempat saja yang masih efektif, ya. Pada akhirnya mereka belajar kok, demokrasi itu mahal nya di sini menurut saya. 

Demokrasi itu mahal nya orang harus belajar. Menurut saya demokrasi di Amerika kemarin lagi mahal-mahalnya karena kemarin presidennya Donald trump. Habis itu contohnya Brexit juga, itulah mahalnya demokrasi. 

Demokrasi kalau mau murah harus partisipasi dan harus dengan hati nurani yang benar juga. Dan sekarang kita bisa lihat bahwa orang lebih memilih orang yang hasil kerjanya kelihatan, itu sih, pada akhirnya itu. Sekarang memang lagi berproses saja. Ada aji mumpung nih pakai politik SARA, politik pecah belah bisa nih, tapi saya yakin nanti orang kena sendiri.

18. Apa harapan Giring untuk lima tahun ke depan?

Ya kalau harapan saya, kalau secara politik intinya sudah tidak ada lagi politik SARA. Kita bisa menemukan cara untuk memberikan konten-konten yang positif dan konten-konten yang tidak memecah-belah bangsa. 

Jadi akhirnya oknum-oknum yang kerjaan bikin hoaks, bikin konten-konten negatif, akhirnya capek sendiri, karena konten-konten yang positif, yang membangun jauh lebih banyak. Menurut saya sih itu sih. Jadi mudah-mudahan ke depan nya dunia digital, hoaks dan fitnah sudah gak da lagi lah.

19. Pesan buat millennials untuk Pilpres dan Pileg 2019?

[WAWANCARA KHUSUS] Cerita Giring 'Nidji' Terjun ke Dunia Politik

Kita tahu bahwa kadang-kadang kita pengen apatis. Tetapi kemarin saya baru dengar Pak Mahfud MD ngomong pas saat pemilu nanti bukan nya kita itu memilih orang terbaik, tapi jangan sampai yang jahat nanti yang memimpin, intinya itu. Jangan sampai orang yang salah deh yang mimpin. 

Kedua adalah pas tanggal 16 April jangan begadang, tidur lebih awal lah jam 10, jam 9. Karena paginya yuk kita ramai-ramai kita ke TPS dan kita para millennials yang menentukan nasib bangsa kita di lima tahun ke depan. Karena sejujurnya nanti di 2024 itu akan lebih krusial lagi untuk masa depan nya.

Yuk siapkan diri kita untuk menggunakan hak suara kita di Pilpres 2019, guys.

Baca Juga: [WAWANCARA KHUSUS] Cerita Risma Soal Tabebuya, Bunga "Sakura Surabaya"

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya