Wiranto Bantah Dalang Kerusuhan 21-22 Mei Karangan Pemerintah

Wiranto sebut pengungkapan dalang dari pengakuan saksi

Jakarta, IDN Times - Menko Polhukam Wiranto menegaskan bahwa pengungkapan dalang kerusuhan 21-22 Mei bukanlah skenario yang dibuat oleh pemerintah. Menurutnya, adanya nama Kivlan Zein yang disebut sebagai dalang, dan skenario pembunuhan pejabat negara, berdasarkan kesaksian tersangka.

Dia pun membantah, pengungkapan dalang dan rencana pembunuhan tersebut untuk mencari popularitas.

1. Penetapan Kivlan sebagai tersangka dibantah Wiranto sebagai skenario pemerintah

Wiranto Bantah Dalang Kerusuhan 21-22 Mei Karangan PemerintahANTARA FOTO/Reno Esnir

Untuk kasus Kivlan Zein sendiri, Wiranto menjelaskan sudah ada empat saksi yang memberikan pernyataan. Kesaksian tersebut sudah di berita acara pemeriksaan yang disumpah.

"Bukan karangan kami (pemerintah). Paling tidak kan sudah bisa menetralisir bahwa 'ah ini Wiranto lebay', karangan pemerintah, karangan aparat keamanan untuk mencari popularitas, Masya Allah saya katakan," kata Wiranto di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (12/6).

2. Wiranto ingin masyarakat menyimpulkan sendiri dari hasil penyelidikan dan penyidikan

Wiranto Bantah Dalang Kerusuhan 21-22 Mei Karangan PemerintahIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Namun, Wiranto enggan membahas adanya spekulasi yang berkembang di masyarakat itu lebih jauh. Ia pun membiarkan masyarakat menyimpulkan sendiri dari hasil penyidikan dan penyelidikan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum.

"Sekarang tinggal bagaimana nanti proses selanjutnya, atau dilimpahkan ke kejaksaan, kemudian masuk pengadilan. Apakah ada pengakuan antara kesaksian para eksekutor, para petugas-petugas yang ditugasi untuk mencari senjata, mencari algojo, itu nanti sinkron apa gak," ujar Wiranto.

Baca Juga: Korban Tewas Kerusuhan 22 Mei Jadi 9 Orang, Diduga Perusuh

3. Polri akan terus mengembangkan dan mendalami dalang kericuhan 21-22 Mei

Wiranto Bantah Dalang Kerusuhan 21-22 Mei Karangan PemerintahIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Meski begitu, Wiranto melanjutkan, dari kesaksian keempat saksi tersebut bisa mengerucut kepada satu figur yaitu Kivlan Zein. Selanjutnya, Polri akan masih terus mendalami dan mengembangkan siapa saja dalang kerusuhan.

"Tapi paling tidak dengan empat kesaksian, yang kemudian mengerucut pada figur yang satu, itu sangat boleh jadi. Itu kan semuanya benar adanya. Jadi gitu loh," ungkapnya.

4. Kivlan Zein disebut dalang kerusuhan 21-22 Mei

Wiranto Bantah Dalang Kerusuhan 21-22 Mei Karangan PemerintahANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Sebelumnya, Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Ade Ary Syam Indradi, membeberkan pengakuan para tersangka kepemilikan senjata api ilegal serta merencanakan pembunuhan empat tokoh nasional serta pimpinan lembaga survei dalam aksi unjuk rasa 22 Mei 2019 yang lalu.

Dalam konferensi pers di Kemenko Polhukam, dua tersangka berinisial HK alias Iwan dan TJ alias Udin, mengaku mendapatkan perintah pembunuhan tersebut dari tersangka kasus dugaan makar dan kepemilikan senjata api, mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Mayor Jenderal (Purn) TNI Kivlan Zen.

"(Kivlan Zen) memberikan uang sebesar Rp150 juta kepada tersangka HK untuk pembelian senjata api. Memberikan TO (Target Operasi) yang akan dibunuh yaitu 4 orang tokoh nasional dan 1 orang pimpinan lembaga survei," jelas Ade di Media Center Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (11/6).

Dalam video yang diputar dalam konferensi pers hari ini, tersangka HK alias Iwan menjelaskan dirinya ditangkap pada 21 Mei 2019 lalu di wilayah Bogor, Jawa Barat. Ia pun mengaku sempat mengadakan pertemuan dengan Kivlan dan menerima uang Rp150 juta dalam pertemuan tersebut untuk membeli senjata api.

Berikut pengakuan HK selengkapnya.

"Saya H Kurniawan, biasa dipanggil Iwan, domisili Cibinong, Bogor. Saya diamankan polisi tanggal 21 Mei pukul 13.00 WIB terkait ujaran kebencian, kepemilikan senjata api, dan ada kaitannya dengan senior saya, Jenderal saya yang saya hormati dan saya banggakan, yaitu Bapak Mayor Jenderal Kivlan Zein.

Di mana pada bulan Maret, sekitar Maret, saya dan saudara Udin (TJ) dipanggil Bapak Kivlan untuk ketemuan ke Kelapa Gading. Di mana dalam pertemuan tersebut saya diberi uang Rp. 150 Juta untuk pembelian alat, senjata, yaitu senjata laras pendek dua pucuk, dan laras panjang 2 pucuk.

Uang tersebut Rp. 150 juta dalam bentuk dolar Singapur dan langsung saya tukarkan di money changer. Karena saya belum mendapatkan senjata yang dimaksud, saya dikejar-kejar dan ditagih oleh Bapak Kivlan Zein. Dan saat ditangkap saya membawa satu pucuk senjata jenis revolver 38 magnum, dengan mengisi sekitar seratus butir, yang saya bawa memang untuk ke lokasi demo, yang tujuan saya adalah untuk apabila menemukan massa tandingan dan akan membahayakan anak buah saya, maka saya akan bertanggung jawab untuk mengamankan seluruh anak buah saya. Dan tanggal 21 itu adalah aksi pemanasan demo di KPU, cuma karena memang massanya belum ramai saya segera kembali ke pangkalan yaitu di Jalan Proklamasi Nomor 36. 

Adapun senjata yang saya miliki itu saya dapatkan dari seseorang ibu-ibu juga yang kebetulan juga masih keluarga besar TNI. Seharga, saya ganti, atau saya bawa dengan jaminan untuk beliau itu uang Rp. 50 juta. Sedangkan senjata yang Mayer kaliber 22 dan Ladies Gun kaliber 22 yang saya dapatkan dari saudara Admil, yang Mayer saya percayakan kepada saudara Armi yang di sini Armi adalah sebagai pengawal, ajudan, sekaligus drivernya Bapak Kivlan Zen. Dan satu lagi yang Ladies Gun saya percayakan kepada saudara Udin untuk alat pengamanan pribadi selama melakukan aktivitas pemantauan dan pengamanan adapun sesuai TO yang diberikan bapak Kivlan Kepada saya dan saya sampaikan kepada Udin adalah Bapak Wiranto dan Bapak Luhut".

Baca Juga: Eks Anggota Diduga Dalang Aksi Kerusuhan 22 Mei, Apa Itu Tim Mawar?

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya