5 Tahapan yang Harus Dilalui dalam Pembuatan Vaksin

Butuh waktu 10 tahunan, biaya Rp7,5 triliunan

Jakarta, IDN Times – Harapan akan datangnya vaksin COVID-19 membuncah dalam pekan-pekan terakhir. Perlombaan mengembangkan vaksin menjadi agenda politik dan bisnis di dunia, dan memicu kekhawatiran pakar dan calon pengguna.

Sejak Juni 2020, ada 100-an studi dilakukan berkaitan dengan menemukan vaksin COVID-19. Sejarah menunjukkan bahwa vaksinasi adalah salah satu intervensi kesehatan paling sukses, dan menyelamatkan sekitar tiga jutaan nyawa setiap tahunnya. Begitupun, dengan vaksinasi yang menjangkau lebih banyak orang, sekitar 1,5 juta kematian bisa dicegah setiap tahunnya.

Kendala yang dihadapi berkaitan dengan vaksin adalah biaya pengembangan dan produksi, konflik berkaitan dengan rebutan jatah alokasi vaksin sampai keengganan pihak-pihak untuk menerima vaksin.

Membuat vaksin yang efektif butuh waktu lama dan mahal.

Baca Juga: [LINIMASA-4] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

1.Sebelum COVID-19 butuh 10 tahun kembangkan vaksin, dengan biaya Rp7,5 triliunan

5 Tahapan yang Harus Dilalui dalam Pembuatan VaksinIlustrasi tahapan pembuatan vaksin (IDN Times/M Arief)

Serangan pandemik COVID-19 menggarisbawahi pentingnya imunisasi di zaman modern ini. Padahal, jalan menuju ke vaksinasi universal tidak mudah, dan mahal. Di bawah ini adalah lima tahapan yang harus dilalui oleh setiap pengembangan vaksin selama ini, sebagaimana dimuat laman WEF.org.

Tahap pertama, adalah riset awal, yang biasanya menghabiskan waktu 2,5 tahun. Dalam proses ini biasanya ada 100-an pengembangan vaksin potensial. Kedua, Pre-klinikal, biasanya berjalan dua tahun, dan melibatkan 20-an vaksin potensial. Ketiga adalah pengembangan klinis, yang melibatkan tiga fase : 1) Menguji apakah vaksin yang dikembangkan aman, prosesnya 1-2 tahun, melibatkan 10 vaksin potensial, 2) Apakah vaksin menciptakan respons baik dan membentuk imunitas? Ini prosesnya 2-3 tahun dan melibatkan lima vaksin potensial, 3) Apakah vaksin bisa melindungi pengguna dari virus? Prosesnya 2-4 tahun dan melibatkan 1 vaksin potensial.

Nah, tahap keempat, adalah evaluasi dan persetujuan otoritas atas efektivitas dan keamanan vaksin. Prosesnya bisa 1-2 tahun dan melibatkan satu vaksin saja. Tahap kelima, adalah produksi dan distribusi vaksin. Membangun fasilitas produksi perlu aturan ketat dan mahal. Biasanya dimulai setelah proses fase 2 uji klinis untuk mengembangkan ribuan dosis yang diperlukan untuk lakukan uji klinis fase 3.

Kita lihat, selama ini butuh waktu 10 tahunan untuk mengembangkan vaksin dengan biaya US$500 juta atau dengan kurs saat ini sekitar Rp7,5 triliun. Perkiraan ini datang dari Wellcome Trust, sebuah lembaga filantrofi berbasis di Inggris.

Baca Juga: Jusuf Kalla: Pandemik COVID-19 Baru Bisa Selesai pada 2022

2. Hati-hati, percepatan pengembangan vaksin tidak menjamin sukses

5 Tahapan yang Harus Dilalui dalam Pembuatan VaksinIlustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Pandemik COVID-19 sering disebut sebagai krisis “yang tak terbayangkan’. Luar biasa, dan sifatnya global, menyerang 215 wilayah di dunia. Bandingkan dengan pandemik sebelumnya yang hanya mencakup satu atau beberapa wilayah negara saja.

Kondisi luar biasa, tak pernah terbayangkan, memaksa percepatan proses pembuatan vaksin yang tak terbayangkan pula.

Ketika kita terbiasa dengan jangka waktu lima tahun untuk melihat sesuatu (proses pengembangan vaksin) mencapai fase uji kepada manusia, saat 17 Maret (vaksin Tiongkok), ini sesuatu hal yang luar biasa,” kata Jerome Kim, Direktur Jenderal Institut Vaksin Internasional, sebagaimana dikutip CNBC, bulan Juni 2020. Sebuah proses pembuatan vaksin yang kecepatannya “tak terbayangkan” pula.

Masalahnya, apakah percepatan proses pengembangan vaksin ini menjamin sukses mendapatkan vaksin yang efektif dan aman? “Belum tentu. Pengembangan vaksin memiliki karakteristik tingkat kegagalan yang tinggi, - sampai 93 persen di antara studi ke hewan dan pendaftaran dari produk,” ujar Jerome Kim.

3. Dirut Biofarma mengatakan ada teknologi baru yang bisa percepat pembuatan vaksin

5 Tahapan yang Harus Dilalui dalam Pembuatan VaksinPresiden Joko Widodo tiba di PT Bio Farma (Persero) Bandung untuk meninjau fasilitas produksi dan pengemasan Vaksin COVID-19, Selasa (11/8/2020) (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Direktur Utama Biofarma, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang produksi vaksin, Honesti Basyir, menjelaskan hal yang serupa dengan kajian Wellcome Trust di atas rentang waktu proses pembuatan vaksin, yaitu 10 tahun sampai 15 tahun dari awal mula sebuah penyakit ditemukan. Pembuatan tersebut diawali dengan dilemahkannya gen virus atau penyakit, lalu dikembangbiakan untuk menjadi vaksin.

"Kalau kita melihat ke beberapa pengalaman vaksin terdahulu yang telah dibuat, kalau kita bicara proses dari nol mulai dari virusnya itu diketemukan kemudian berusaha dilemahkan, lalu kita kembangbiakkan dan menjadi vaksin itu dari 10 hingga 15 tahun," jelasnya melalui live streaming Instagram IDN Times dalam acara Ngobrol Seru pada, Jumat (8/5/2020).

Namun, lanjutnya, pembuatan vaksin bisa dilakukan dengan waktu lebih singkat dengan adanya perkembangan teknologi biofarmasetik. Misalnya saja, dalam pembuatan vaksin COVID-19. Mei tahun ini beberapa lembaga penelitian sudah menempuh tahap satu dan menuju tahap dua.

"Sebagai contoh, teman-teman sudah dengar sendiri beberapa lembaga penelitian sudah melakukan uji klinis tahap 1 dan mau tahap 2 terhadap vaksin (COVID-19) yang akan dicobakan ke manusia. Artinya ini sangat cepat tadinya 10 sampai 15 tahun, ini kurang 1 tahun bisa ketemu dan bisa dilakukan tes kepada manusia," jelasnya saat itu.

Biofarma kini tengah melakukan uji klinis fase tiga untuk melihat apakah vaksin bisa melindungi pengguna dari virus?

Jadwal kesiapan terus mundur, dan proses otorisasinya harusnya ketat. Biofarma bekerjasama membuat vaksin dengan Sinovac, Tiongkok.

Perusahaan bioteknologi Moderna berharap sekitar 20 juta dosis vaksin COVID-19 yang sedang diuji siap digunakan oleh warga Amerika Serikat (AS) akhir 2020.
 
Pengembang obat yang berbasis di Massachusetts itu mengaku siap untuk mendistribusikan vaksin yang dijuluki mRNA-1273, sepanjang telah melewati uji klinis tahap akhir serta memperoleh persetujuan dari institusi terkait.  
 
“Dari sudut pandang distribusi, kami siap,” kata Kepala Tugas Medis Moderna, Tal Zaks, dikutip dari New York Post, Sabtu (31/10/2020).

Masalahnya, bahkan para ahli belum yakin akan efektivitas dan keamanan vaksin yang diaku “siap diproduksi” segera.

Michael Osterholm, ahli penyakit menular yang menjadi direktur Pusat Riset dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota, AS, mengingatkan hal ini dalam program wawancara “Meet the Press” yang ditayangkan stasiun televisi NBC, pada Minggu 18 Oktober 2020.

Osterholm mengingatkan bahwa vaksin yang aman tidak akan tersedia sampai awal hingga kuartal ketiga tahun depan.

“Dan bahkan jika vaksin itu sudah ada, separuh dari populasi di AS masih bersikap skeptis untuk divaksinasi. Jadi, masalah utama yang kita hadapi saat ini adalah soal penyampaian pesan,” ujar Osterholm.

Baca Juga: Moderna Siap Distribusikan Vaksin COVID-19 Akhir 2020

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya