500-an Warga Kendeng Gelar Aksi Budaya Tolak Penambangan Semen

Mereka melangkah untuk keadilan

Pati, IDN Times – Warga sekitar Pegunungan Kendeng kembali menggelar aksi budaya menolak tambang di kawasan itu. Acara bertajuk “Kendeng Jumangkah Kanggo Keadilan” digelar Minggu pagi (21/1) di Lokasi Penambangan CV Berkah Alam Asri di Desa Slungkep, Kayen, Pati, Jawa Tengah.

“Aksi damai diikuti sekitar 500-an warga. Tidak ada pejabat pemerintahan daerah yang hadir,” kata Murtiwi, dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) ketika dikontak IDN Times, Minggu siang.  

Aksi budaya dilakukan dalam bentuk doa bersama serta orasi dan kampanye lingkungan. Peserta membawa nasi dan lauk-pauk sederhana yang dimakan bersama sesudah berdoa.
Sejumlah isu lingkungan hidup menjadi materi dari aksi budaya yang merupakan kelanjutan dari perjuangan warga Kendeng meminta agar penambangan di kawasan desanya dihentikan. Warga juga menolak kegiatan pabrik semen PT Semen Indonesia di sana.

Baca juga: Setelah MA Kabulkan Gugatan Warga Kendeng, DPR Justru Dukung Pembangunan Pabrik Semen

Berikut alasan dan perjalanan perjuangan warga Kendeng:

1. Pegunungan Kendeng menyerap dan menyimpan air bagi warga

500-an Warga Kendeng Gelar Aksi Budaya Tolak Penambangan Semenomahkendeng.org

Pegunungan Kendeng adalah pegunungan purba. Pegunungan kapur termasuk di Kendeng mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan sehari-hari warga yang hidup di sekitarnya. Pegunungan Kendeng berfungsi sebagai tempat penyerapan dan menyimpan air kemudian disalurkan ke sumber mata air yang digunakan untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),  untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga dan pertanian.  

“Tidak hanya itu, pegunungan kapur juga berfungsi untuk menjaga kesehatan, karena menyerap polusi udara dan gas karbondioksida (CO²) dua kali lipat dibandingkan dengan pepohonan,” kata Murtiwi, juru bicara JMPPK.

Baca juga: Bu Patmi, Peserta Cor Kaki Asal Kendeng Meninggal Dunia

2. Penambangan di Pegunungan Kendeng akibatkan bencana alam

500-an Warga Kendeng Gelar Aksi Budaya Tolak Penambangan SemenDok IDN Times/Gunretno

Kawasan Pegunungan Kendeng memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup besar, ditambah dengan kondisi alamnya yang cukup menarik. Kawasan ini juga berpotensi menjadi kawasan pariwisata seperti Bukit Kandangan, Lorodan Semar dan situs-situs sejarah. 

“Pegunungan Kendeng lebih sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata pendidikan, wisata spiritual, ekowisata dan agrowisata. Dengan adanya kegiatan penambangan hanya akan mengakibatkan banyaknya bencana dan akan merusak fungsi Pegunungan Kendeng,” ujar Murtiwi.

3. Studi KLHS masih berlangsung, seharusnya penambangan dihentikan

500-an Warga Kendeng Gelar Aksi Budaya Tolak Penambangan SemenDok IDN Times/Gunretno

JMPPK menyoroti pengeluaran Izin Usaha Pertambangan Produksi yang diterbitkan oleh Dinas ESDM Jawa Tengah untuk CV Berkah Alam Asri di desa Slungkep, Kec.Kayen, Kab. Pati.  

“Izin itu  merupakan bagian dari perusakan lingkungan yang dibungkus dengan peraturan-peraturan,” ujar Murtiwi, sebagaimana dikutip keterangan tertulis yang diterima redaksi dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.  

Disampaikan pula kronologi perjuangan warga Kendeng. Pada 2 Agustus 2016 dulur-dulur (saudara kerabat, red)  JM-PPK bertemu dengan Presiden Republik Indonesia Joko “Jokowi” Widodo di Istana Negara. Dalam pertemuan tersebut, Presiden sepakat membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk Pegunungan Kendeng. Selama proses KLHS berlangsung tidak boleh mengeluarkan izin apapun. Sedangkan proses KLHS saat ini masih berlangsung. 

“Seharusnya, Dinas ESDM Jateng dalam mengambil suatu keputusan mempertimbangkannya dengan hati-hati, bukan justru gegabah dalam mengeluarkan izin untuk kegiatan pertambangan tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan,” kata Murtiwi.

Sebelumnya, laman KBR.id memuat bahwa Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengklaim para pengusaha pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) masih diperbolehkan menambang di kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah. Kegiatan penambangan masih dibolehkan hingga habisnya masa berlakunya izin. Ganjar Pranowo mengatakan hal itu sudah sesuai rekomendasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng yang diumumkan Rabu (12/4/2017).

“Anda kan juga mendengar, 22 IUP itu masih boleh menambang sampai IUP-nya habis. Makanya saya bertanya di rapat itu, 'lho kok boleh? Katanya gak boleh'. Akhirnya kesepakatannya karena ini akan menjadi kebijakan, maka dari KLHS menyampaikan yang sudah punya izin, diteruskan sampai IUP-nya selesai. Sambil menunggu waktu sekitar enam hingga 12 bulan kajian Badan Geologi," kata Ganjar di Hotel Shangrilla, Jakarta Pusat, Kamis (13/4/2017).

4. Aksi budaya  adalah kelanjutan dari audiensi di DPRD Pati 

500-an Warga Kendeng Gelar Aksi Budaya Tolak Penambangan Semensetkab.go.id

Murtiwi juga memaparkan aksi lanjutan setelah janji Presiden Jokowi tentang dilakukannya studi KLHS. “Kami juga berusaha untuk mengingatkan mengenai dampak-dampak yang akan terjadi, karena adanya kegiatan penambangan yang dilakukan CV Berkah Alam Asri,” kata dia.  

Murtiwi melanjutkan, “Upaya  dilakukan dengan audensi pada tanggal 21 Juli 2017 di Polres Pati dan ditemui oleh Dinas ESDM, Dinas lingkungan hidup, Dinas PU dan Tata Ruang Pati, Kanit II Polres Pati. Pada tanggal 27 Juli 2017 kami  beraudiensi di Kantor Gubernur Jawa Tengah. Tanggal 28 Oktober 2017 pemuda melakukan aksi kampanye lingkungan di lokasi tambang.

Tanggal 8 November 2017 melakukan aksi dan audensi di DPRD Pati. Tapi, sampai saat ini kegiatan penambangan masih terus berjalan dan belum  ditindaklanjuti sama sekali oleh pihak-pihak terkait.”

5. Penambangan mengakibatkan debit air di sekitar Kendeng berkurang

500-an Warga Kendeng Gelar Aksi Budaya Tolak Penambangan Semen

Dok IDN Times/Gunretno

Menurut warga di sekitar lokasi penambangan CV Berkah Alam Asri terdapat sumber mata air besar, yaitu Sumber Wungu, Sumber Mangin 1 dan Sumber Mangin 2. “Adanya kegiatan penambangan batu kapur oleh CV Berkah Alam asri akan mengakibatkan debit mata air berkurang dan jika diterus-teruskan akan mengakibatkan kerentanan krisis air. 

"Untuk itu, dengan penuh kesadaran dari lubuk hati yang dalam, marilah kita bergerak bersama-sama untuk menjaga dan melestarikan alam,” kata Murtiwi.

Perjuangan panjang warga Kendeng menolak penambangan dan kegiatan pabrik semen di kawasan pegunungan itu telah memakan korban jiwa. Yu Patmi, salah seorang warga yang ikut aksi damai dengan mengecor kaki-kakinya ke adukan semen, meninggal pada Selasa, 21 Maret sekitar pukul 02:55 WIB di usia 48 tahun. Dia diduga mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Baca juga: Solidaritas Kendeng, Superman Is Dead Tolak Permintaan Jokowi


 

Topik:

Berita Terkini Lainnya