Cerita di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI

Bung Hatta kecewa karena tidak semua menandatangani teks itu

Jakarta, IDN Times – Bung Hatta, nama sebutan untuk Mohammad Hatta, sang proklamator menceritakan saat penyusunan teks proklamasi, 74 tahun lalu. Kisah ini bisa dibaca dalam memoirnya, yang diterbitkan tahun 1972.

“Setelah kami sampai di rumah Maeda, yang jaraknya kurang dari lima menit dengan oto dari rumah Sumobocu, kelihatan Maeda geleng-geleng kepala. Tuan Miyoshi
tetap menyertai kami. Kami lihat di sana sudah hadir lengkap anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, pemimpin-pemimpin pemuda dan beberapa orang pemimpin pergerakan dan anggota- anggota Cuo Sangi In yang ada di Jakarta. Semuanya ada kira-kira 50 atau 50 orang-orang terkemuka. Di jalan, banyak pemuda yang menonton atau menunggu hasil pembicaraan,” cerita Bung Hatta.

Kemudian, Bung Hatta menceritakan proses pembuatan teks proklamasi itu.

“Setelah duduk sebentar menceritakan hal-hal yang diperdebatkan Nishimura, Soekarno dan aku mengundurkan diri ke sebuah ruang tamu kecil bersama-sama dengan Subardjo, Soekarni, dan Sayuti Melik. Kami duduk di sekitar sebuah meja dengan maksud untuk membuat sebuah teks ringkas tentang memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Tidak seorang pun di antara kami yang membawa dalam sakunya teks proklamasi yang dibuat pada tanggal 22 Juni 1945, yang sekarang disebut Piagam Jakarta,” tutur Bung Hatta. 

Baca Juga: Cerita Hwie, Kenang Detik Proklamasi hingga Wawancara Khusus Soekarno

1. Soekarno meminta Bung Hatta menyusun teks ringkas proklamasi

Cerita di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan RIIDN Times/Irfan Fathurohman

Hatta menceritakan, Soekarno sempat memintanya untuk menyusun teks proklamasi. 

“Aku persilakan Bung Hatta menyusun teks ringkas itu, sebab bahasanya kuanggap yang terbaik. Sesudah itu kita persoalkan bersama-sama. Setelah kita memperoleh persetujuan, kita bawa ke muka sidang lengkap yang sudah hadir di ruang tengah," ujar Soekarno saat itu.

Namun, Hatta mempersilakan sebaiknya Soekarno yang menulis dan dia yang mendiktekannya. “Apabila aku mesti memikirkannya, lebih baik Bung menulis, aku mendiktekannya," jawab Hatta. 

Semua yang hadir setuju, termasuk mengambil kalimat pertama dari alinea ketiga rencana Pembukaan U.U.D. yang mengenai Proklamasi. Lalu kalimat pertama itu disusun menjadi, "kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia."

"Tetapi aku mengatakan, kalimat itu hanya menyatakan kemauan bangsa untuk menetapkan nasibnya sendiri,” lanjut Hatta.

2. Bung Hatta berpendapat harus ada kalimat yang mengatur pemindahan kekuasaan

Cerita di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan RIIDN Times/Uni Lubis

Karena merasa harus ada komplemennya yang menyatakan bagaimana caranya menyelenggarakan Revolusi Nasional, Hatta kemudian mendiktekan kalimat berikut: “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”

Setelah bertukar pikiran sebentar, teks proklamasi itu kemudian disetujui oleh lima orang yang menjadi panitia kecil, termasuk di dalamnya Soekarno dan Hatta. 

Bung Hatta kemudian menjelaskan, mereka kembali ke ruang tengah rumah. Di sana sudah menunggu tidak hanya unsur PPKI, tetapi juga pemimpin pemuda dan Cuo Sangi In yang ada di Jakarta. Cuo Saing In adalah badan pertimbangan pusat bentukan Jepang.

3. Bung Karno membacakan teks Proklamasi, dan semua yang hadir setuju

Cerita di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan RIArsip Perpusnas

Soekarno kemudian mulai membuka sidang dan membacakan rumusan pernyataan kemerdekaan yang dibuat panita kecil tadi. Soekarno membaca perlahan-lahan dan berulang-ulang.

Sesudah itu ia bertanya kepada yang hadir, "dapatkah ini saudara-saudara setujui?"  Gemuruh suara menyatakan setuju.

Soekarno kembali bertanya, “benar-benar saudara semuanya setuju?”

"Setuju," jawab semua yang hadir. 

Kemudian Hatta bicara, “kalau saudara semuanya setuju, baiklah kita semuanya
yang hadir di sini menandatangani naskah Proklamasi Indonesia Merdeka ini sebagai suatu dokumen yang bersejarah. Ini penting bagi anak-cucu kita. Mereka harus tahu siapa yang ikut memproklamasikan Indonesia Merdeka. Ambillah contoh kepada naskah proklamasi Kemerdekaan Amerika Serikat dahulu. Semua yang memutuskan ikut menandatangani keputusan mereka bersama,” kata Hatta.

4. Soekarno memutuskan naskah Proklamasi cukup ditandatangani dua orang

Cerita di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan RIArsip Perpusnas

Mendengar pendapat Hatta, hadirin terdiam. Tak lama sesudah itu, Soekarno maju ke depan. Dengan suara lantang ia berkata, "bukan kita semuanya yang hadir di sini yang harus menandatangani naskah itu. Cukuplah dua orang saja menandatangani atas nama rakyat Indonesia, yaitu Bung Karno dan Bung Hatta.”

Ucapan Soekarno disambut oleh seluruh yang hadir dengan tepuk tangan yang riuh dan muka berseri-seri.

Bagaimana dengan Bung Hatta? “Aku merasa kecewa, karena kuharapkan mereka
serta menandatangani suatu dokumen bersejarah, yang mengandung nama mereka untuk kebanggaan anak cucu di kemudian hari. Tetapi apa yang akan dikata?

Di buku memoir itu pula disampaikan bahwa sebelum rapat ditutup, Soekarno mengingatkan bahwa hari itu juga tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi teks proklamasi itu akan dibacakan di muka rakyat di halaman rumahnya, Pegangsaan Timur 56.

Sidang bersejarah itu berlangsung sejak pukul 12 malam sebelumnya, berakhir dini hari pukul 3 pagi, pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga: 7 Fakta Tentang Bung Hatta yang Jarang Diketahui Banyak Orang

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya