[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati 

Nicke menyinggung banyak hal, termasuk soal Ahok

Jakarta, IDN Times – Tak mudah menjadi pemimpin, apalagi memimpin perusahaan besar seperti Pertamina. Bayangkan saja, jumlah karyawan Pertamina per 2018 sebanyak 31,569 orang. Mereka tersebar di berbagai lokasi di dunia.

Tantangan inilah yang dihadapi Direktur Utama PT Pertamina Persero Nicke Widyawati. Dalam wawancara eksklusif bersama IDN Times pada Jumat (6/12) lalu, Nicke memaparkan banyak hal, termasuk tantangannya memimpin Pertamina.

“Sekarang hampir 32 ribu. Yang usia di bawah 35 tahun sekitar 62 persen. Millennials besar sekali. Sekarang posisi posisi kunci di Pertamina sudah banyak yang millennials, baik itu di persero maupun di anak perusahaan," kata Nicke. 

Nicke, satu dari enam perempuan yang kini memimpin Badan Usaha Milik Negara (BUMN), merupakan pribadi yang selalu cerita dan berpikir positif, bahkan ketika ia harus menyikapi kegagalan.

“Kegagalan, keberhasilan itu relatif. Biasanya kekecewaan itu datang kalau ada suatu gap antara harapan dengan kenyataan, gitu. Kalau kita melihat ternyata gapnya jauh, ya kita pecah aja menjadi milestone-milestone," kata perempuan kelahiran Tasikmalaya, 25 Desember 1967 ini.

Nicke mengatakan segala sesuatu harus disikapi dengan gembira atau happy. Sebab kegembiraan akan melahirkan semangat. “Kalau kitanya sudah gak happy mau melangkah tuh sudah aduh malas ya. Jadi happy dulu, supaya kita semangat," katanya.

Selain itu Nicke juga berpesan agar kita menyukuri dan menghargai setiap pencapaian yang telah kita raih, sekecil apa pun pencapaian itu.

“Kita harus selalu mensyukuri kemudian celebrate apa pun yang sudah kita capai hari ini. Hari ini oh kita sudah achieve, oke nih maju lagi, maju lagi, gitu,” kata kata lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik industri, lulus tahun 1991. 

Pertamina sendiri menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2019. BUMN migas ini masuk dalam top 175.  Pada 2018, Pertamina membukukan pendapatan senilai US$57,933 miliar atau meningkat hingga 34,9 persen dari 2017. Dari sisi laba bersih, Pertamina meraih US$ 2,526 miliar dengan aset mencapai US$ 64,7 miliar.

Di sela kesibukannya, Nicke ternyata masih menyempatkan diri untuk berolahraga. Ia menjaga stamina dengan berolahraga di treadmill. Perempuan yang merasa cukup tidur empat jam sehari ini juga menyukai pegunungan.

“Saya lebih suka liburan ke daerah gunung, karena lebih dingin ya,” kata Nicke. Dan hari ini, Desember 2019, Pertamina genap berusia 62 tahun.

Berikut wawancara IDN Times dengan Nicke Widyawati:

Baca Juga: Ini 7 Alasan Ahok Lebih Pilih Teman Ahok Ketimbang Gabung Partai

1. Tanggapan Nicke Widyawati soal masuknya Ahok sebagai komisaris utama dan misi yang diemban Ahok

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (IDN Times/Helmi Shemi)

Iya, jadi Pertamina sudah biasa dengan perubahan ya baik perubahan di kepengurusan dan juga di dalam penugasan-penugasannya. Jadi kita melihatnya perubahan-perubahan ini sisi yang positif kita melihat bahwa ini adalah penguatan-penguatan.

Beliau (Ahok) sangat kuat dan memang perannya adalah dari sisi pengawasan, tentu kita melihat ini bagus sekali karena kita kan banyak penugasan dan khususnya pelayanan kepada masyarakat dengan pengawasan yang lebih kuat kita harapkan ini akan lebih memperbaiki bagaimana cara kita dan kualitas dalam pelayanan kepada masyarakat. 

Kita baru pertama kali kemarin rapat formal ya antara direksi dan komisaris secara keseluruhan itu baru pertama, tapi banyak sekali yang kita bahas dan banyak sekali keputusan-keputusan strategis tapi komunikasi yang dilakukan, hampir setiap hari kita berkomunikasi. 

Jadi banyak hal yang selama ini, belum sampai barangkali ke beliau jadi dan beliau kan tidak menunggu sampai harus rapat untuk meminta penjelasan, jika ada apa pun isu yang sampai ke beliau, jadi biasanya langsung beliau sampaikan baik itu melalui WhatsApp ataupun telepon jadi biasanya kita pun langsung, saya biasanya langsung menyampaikan.

Jadi banyak hal yang kemudian, oh ya saya baru memahami gitu dan cukup terbuka sehingga pada saat rapat kemarin itu lebih banyak kita menyepakati dan mengambil keputusan dan langkah langkah cepat apa yang kemudian kita sepakati untuk dilaksanakan. Karena pemahamannya sudah langsung sama, data data sudah kami apa lengkapi sebelumnya. Informasi dan sebagainya. Jadi cukup dinamis ya. 

2. Nicke Widyawati menanggapi tiga tugas Ahok, kesatu menekan defisit migas, kemudian kedua efisensi dan ketiga itu adalah meningkatkan biofuel

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (IDN Times/Helmi Shemi)

Itu merupakan tugas kami para direksi. Yang pertama adalah mengenai bagaimana kita menurunkan impor. Jadi tentunya ujungnya adalah memperbaiki neraca perdagangan Indonesia ya, menekan current account deficit.

Ini kita sudah lakukan jadi sebagai gambaran ya yang pertama yang paling mudah untuk menurunkan impor adalah yang crude oil karena crude oil itu masih posisi tahun lalu waktu pertama kali saya sebagai waktu itu ditunjuk sebagai dirut Pertamina, Pak Presiden menyampaikan juga sama, bagaimana kita menurunkan impor. Pak Presiden bertanya apa yang paling cepat bisa dilakukan?

Saya sampaikan bahwa, penyerapan minyak domestik yang waktu itu baru kita serap itu baru sekitar kurang dari 13 ribu barel per hari gitu padahal potensinya ada sekitar 225 ribu barel per hari. Nah itu masih bisa kita serap karena dari sisi lain kita masih impor gitu.

Oleh karena itu, atas support dari pemerintah kemudian dikeluarkanlah regulasi yang kemudian memprioritaskan itu dijual ke Pertamina dan secara teknis memang itu bisa diolah di kilang Pertamina. Yang selama ini disampaikan oleh beberapa pihak itu tidak bisa diolah, faktanya bisa diolah dan selama ini dari mulai Januari kita sudah serap, kenaikannya 10 kali lipat jadi hari ini kita sudah bisa serap

Januari tahun ini, 2019. Jadi yang tadinya yang bisa diserap itu 13 ribu barel sekarang sudah sekitar 132 ribu barel. 

Naik 10 kali lipat. Sehingga, dengan gambaran itu kita bisa menekan impor dari crude itu penurunannya sekitar 30 persen dari sisi volume kalau dari sisi amount itu sekitar 40 persen untuk crude bagaimana dengan penurunan produk impor BBM. 

Kita sama-sama ketahui kalau penurunan produk itu kaitannya dengan produksi kilang. Produksi kilang belum ada tambahan yang signifikan karena untuk membangun suatu kilang baru itu kan perlu waktu sekitar 4-5 tahun.

Tapi Pertamina sudah melakukan beberapa upgrading khususnya adalah yang baru saja selesai itu adalah di kilang Cilacap. Kilang Cilacap sudah bisa menghasilkan produk pertama meningkat kapasitasnya sekitar 67 persen kemudian avtur juga meningkat, sehingga kita sudah tidak mengimpor solar.

Mulai Maret 2019 kita udah gak impor solar. Avtur juga kita sudah tidak impor avtur mulai April 2019. Sehingga, kita kemudian bisa menurunkan impor produk itu dari sisi volume itu sekitar 7 persen tapi dari sisi amount atau US dolar itu penurunan sekitar 20 persen. 

Jadi tahun ini alhamdulillah, tugas yang diberikan oleh Pak Presiden ke Pertamina ini sudah mulai terlihat gitu faktanya. Ini kami laporkan juga kepada bapak komut yang baru (Ahok). Upaya-upaya ini akan terus kita lakukan, karena masih ada beberapa blok dari crude domestic yang harus kita deal-nya satu per satu. Soalnya B2B dengan K3S ini untuk membeli crude domestik dan kemudian upgrading dari beberapa kilang kita.

Kita ke depannya, karena solar tidak impor, avtur tidak impor, ini kan kita sudah mulai juga dengan B30. Selanjutnya adalah, kalau avtur kan sudah ekspor karena B30 mau ditambah, berarti kan produksi solar bisa kita sedikit turunkan kita bisa switch untuk produksi ke gasoline.

Dengan demikian, ini kan nanti impor dari premium bisa kita turunkan sehingga tahun depan kita upayakan nanti impor dari produk itu bisa kita turunkan lagi. Jadi upaya ini kan teruskan jadi itu tadi untuk penurunan defisit.

Nah efisiensi kita pun sudah berapa langkah kita lakukan, yang paling parah itu cost production kita itu dari crude, dari pit stock. Jadi kita sekarang mencari sumber-sumber pit stock yang harganya kompetitif. Contoh, untuk light crude, kita baru menggunakan jadi selama ini kita belum pernah menggunakan light crude yang dari US, WTI (West Texas Intermediate).

Kita semester 2 tahun ini kita sudah menggunakan 1,3 juta barel dan itu di Cilacap karena configuration kilang Cilacap ini sudah bagus ya. Tahun depan kita juga sudah deal semester 1 itu 5 juta barel untuk WTI biar harganya sangat kompetitif dibandingkan yang selama ini kami ambil dari Middle East.

Jadi itu salah satu langkah yang kita lakukan. Demikian juga source untuk Elpiji, kita juga akan coba lakukan. Selain itu, kita juga membangun infrastruktur karena selain tadi, pit stock, juga biaya untuk distribution.

3. Bagaimana Pertamina berfungsi memenuhi kebutuhan migas masyarakat secara terjangkau?

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (IDN Times/Helmi Shemi)

Indonesia ini dengan archipelago country, ini diperlukan cost of transportation distribution yang luar biasa gitu. Oleh karena itu kita harus membangun infrastruktur hilir. 

Di tahun 2019 ini kita membangun banyak sekali jadi khususnya di Indonesia Timur kita membangun ada TBBM (Terminal Bahan Bakar Minyak)  ada di 22 lokasi, kecil-kecil tetapi tersebar karena selama ini contoh Elpiji ini sampai dengan tahun 2018, Elpiji Indonesia Timur itu semuanya dari Jawa Timur diangkut pakai kapal, kita di 2019 ini membangun terminal Elpiji di beberapa lokasi di Indonesia Timur sehingga tidak perlu lagi harus lewat dari Pulau Jawa. 

Di Indonesia timur kita bangun infrastrukturnya, ada banyak infrastukturnya yang kita bangun, semua itu ada sekitar di 50 lokasi di Indonesia timur. baik untuk storage TBBM Elpiji maupun untuk avtur sehingga kehandalan pasokan BBM Elpiji dan avtur di Indonesia timur kita tingkatkan, ini akan terus kami bangun, di 2019 sendiri ada US$700 juta yang kita spend untuk investasi di infrastruktur Indonesia Timur. Indonesia Timur termasuk Papua? Iya. 

Dan itu menghasilkan efisiensi pertahunnya itu sekitar US$78 juta per tahun efisiensinya yang akan kita mulai nikmati tahun depan. Itu adalah efisensi.

4. Bagaimana dengan komitmen memproduksi bahan bakar ramah lingkungan seperti biofuel?

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (IDN Times/Helmi Shemi)

Yang ketiga ada biofuel, biofuel itu ada 3 macam Mbak Uni, yang sekarang yang kita udah  B20, B30 adalah campuran antara FAME (fatty acid methyl ester) dengan solar. B20 sudah alhamdulillah berhasil mulai mandatory-nya itu mulai Oktober 2018 sudah selesai semua, B30 yang pemerintah harapkan, mulai 1 Januari. Kita sudah mulai lebih awal di 21 November sudah mulai B30, nah itu yang pertama. Jadi hanya mencampur saja itu, yang kedua adalah co-processing. Jadi kita men-inject yang namanya refined bleached and dydorised palm oil Ke dalam kilang kita itu yang di Dumai. Itu yang sudah kita jalankan, campurannya itu sampai sudah mencapai secara design sudah bisa 20 persen dan yang ketiga ini yang murni 100 persen, yang kemudian orang-orang B100. Jadi itu CPO nya itu Pak Ahok juga ngomong itu. 

Iya jadi itu CPO nya bisa langsung, diproses di kilang kita itu yang waktu itu dan sebagainya itu betul-betul bagus sekali, itu clean energy. itu yang kita rencanakan akan kita  bangun green refinery-nya itu di Plaju. Jadi ketiga tiganya kita akan dorong sehingga ini dapat meningkatkan keekonomian dan commercialization dari industri CPO kita yang kemarin sempat terganggu dengan isu penolakkan dari Eropa. Dulu juga gak serius biofuel, gak serius tapi sekarang udah ada ininya ya, step-step nya udah maju. Iya, ada. 

Selain itu kita masuk dengan CPO kita juga akan masuk nanti ke etanol, kalau ini kan solar ya. Ini yang fuel, yang fuel nanti kita campur, premium ini gasoline kita campur dengan etanol dan metanol, ini lebih bagus untuk mobil balap pun ok. Kemarin kan pak komut juga punya ide nih, wah kita nih bisa nih masuk ke mobil-mobil formula gitu, R&D nya akan kita garap, jadi banyak rencana besar yang kita akan masuk dengan tema green tetapi dengan inovasi-inovasi yang membuat produk produk kita bisa go global.

5. Tantangan terbesar untuk meningkatkan produksi dari dalam negeri dari kilang-kilang yang ada

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (IDN Times/Helmi Shemi)

Existing? iya. Kilang-kilang ini sudah cukup berumur jadi sudah teknologinya memang teknologi lama sehingga flexibility atau kita sebut kompleksitas nya, nelson complexity indexnya ini masih relatif rendah.

Sehingga kita perlu lakukan upgrading oleh karena itu kita mempunyai 4 program yang namanya RDMP, jadi kita melakukan development dulu dari existing, memang sih yang paling gampang kita membangun kilang baru tetapi itu kan perlu waktu.

Oleh karena itu mengombinasikan, mengupgrade kilang yang lama sekaligus menambah kapasitas, plus membangun dua kilang baru. Ini kita kombinasikan semuanya menjadi 6 project yang akan kita selesaikan dalam jangka waktu 5-6 tahun ke depan ini jadi kapasitas kilang kita akan double capacity dari install capacity hari ini 1 juta barel per hari menjadi 2 juta barel per hari. 

Bagaimana dengan negosiasi dengan calon mitra?  Seperti Aramco dan lainnya?

Ya itu yang untuk kilang Cilacap, memang ini kalau kita mau mengembangkan membangun kilang baru itu lebih clear contoh kita dengan perusahaan Rusia, Rosneft, it's very clear kita bangun kilang baru, go. 

Tetapi khusus seperti kilang yang di Cilacap ini, ini kan kita membangun itu adalah ini ada kilang lama dan kilang baru skema nya adalah sebagian dari kilang lama, di keep as it is sebagian dari kilang lama lagi ini akan kita upgrade, kemudian kita akan membangun kilang baru. 

Sebagian yang di upgrade ini akan digunakan bersama. Kemarin complexity nya terjadi adalah ketika kilang yang baru ini kan harus di valued, dinilai  karena ini kemudian kita harus dijadikan satu kan dijadikan satu karena kemudian akan dioperasikan bersama. ketika kita melaksanakan valuasi, valuasi dari kilang lama ini yang tidak ketemu angkanya.

Kalau kita melakukan valuasi merencanakan kilang baru ini mudah sekali semua bisa kita hitung, tapi bagaimana kita valuasi kilang baru, apa lagi ini perusahaan negara,aset negara yang sudah ada neraca, dan neracanya nya BUMN yang ini juga tercatat sebagai aset nya negara.

Di sini kompleksitasnya, jadi akhirnya kemudian kemarin supaya ini tidak menjadi deadlock kita memberikan opsi lain, opsi lainnya adalah kerja sama ini opsi yang kedua adalah tidak perlu kemudian aset yang lama di spin off ya sudah kerja sama yang ini aset yang baru saja, tetapi nanti aset yang lama ikut dioperasikan tapi tidak ikut dipindahkan.

Kan kalau yang awal kerja sama yang awal ini dipindahkan dioperasikan bersama, memindahkan ini itu gak ketemu angkanya, jadi ya gak usah deh kalau memang gak ketemu kita membangun saja yang baru, nanti sistemnya ini bisa sewa atau dengan apa namanya processing fee, skema skema ini ada atau virtual ownership or whatever tapi ini jangan sampai deadlock gitu loh, karena kilang ini perlu dibangun.

Itu tadi yang dari US yang harganya lebih kompetitif  karena mereka menggunakan inovasi baru yang kita kenal dengan Shale Oil.

6. Menteri BUMN Erick Thohir melancarkan operasi bersih-bersih BUMN. Ada tugas khusus untuk Pertamina?

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (IDN Times/Helmi Shemi)

Tugasnya sama jadi ini dari Presiden kemudian dari Pak Menteri BUMN kemudian dari Pak Komut ini semua sama jadi kita semau tegak lurus sama sehingga alignment nya juga berjalan secara baik. 

Soal bersih-bersih BUMN, ya jadi kalau kita sendiri melihat ya mengenai GCG (good corporate governance) kembali kita melihatnya pareto saja. Karena kan sebagian dari pendapatan dan juga dana yang dikelola Pertamina ini adalah subsidi sehingga kita coba fokus di yang pareto yaitu tadi sebetulnya, kalau kita liat dari cost production kita sebagian 93 persen itu related ke supply, supply itu adalah ke minyak ke crude, ke impor BBM sehingga tadi yang saya sampaikan tadi di depan upaya upaya bagaimana kita melakukan efisiensi gitu ya untuk menurunkan cost of supply ini baik itu cost of supply maupun cost of distribution karena ini kalau 93 persen pareto kita coba attack disitu dulu selain tentu yang sisanya karena biaya produksi kilang itu kalau kita lihat itu cuma 6 persen, tapi kita garap terus ya. 

Nah dari 93 persen ini kita coba bedah lagi, tadi biaya crude kita turunkan kemudian BBM impor kita coba cari juga dengan pengadaan langsung long term sama satu lagi adalah mengenai resiko dari kurs, ini kita coba dengan dukungan dari pemerintah tentunya dari BI local currency settlement ini kita coba nih, jadi pembayarannya dengan rupiah sehingga kita tidak kena ini juga kalau kita lihat sekarang spending dollar Pertamina itu kan besar sekali, sehingga ini bisa berpengaruh terhadap stabilitas dari rupiah, kita harapkan sebetulnya local currency settlement ini bisa mulai diimplementasikan di awal tahun karena ada negara yang sudah bersedia nih melakukan deal dengan Pertamina untuk pengadaan minyak ini dengan menggunakan rupiah jadi bagus sekali jadi kita bisa melakukan long term langsung dengan produsen, tidak melalui trader sehingga harganya bisa turun kemudian bayarnya pake rupiah,  wah keren kan Mbak Uni.

7. Tanggapan Nicke atas harapan publik bahwa kehadiran Ahok sebagai komut bisa memberantas mafia migas

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memberikan keterangan pers di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin 9 Desember 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Iya jadi kita coba akan lihat sama sama gitu ya, tidak specifically kita berbicara mafia karena kita juga gak tahu mafia itu yang mana, tapi kita melihat bahwa, apa pun bentuk nya yang kemudian bisa menimbulkan inefisiensi ini kita harus cut kita sepakati itu, dan saya rasa itu betul sekali, apa pun yang itu menimbulkan inefisiensi, karena ini kita juga mengelola uang negara, mengelola aset negara. 

Dan sisi lain selain di masalah cost kita juga bagaimana meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, juga pelayanan kepada industri. Karena bagaimana kita bisa membuat industri ini menjadi lebih apa namanya, mereka kemudian bisa menjalankan bisnis nya lebih ekonomis lagi jadi kita kan harus memprovide seperti halnya menteri ESDM menyampaikan, ini bagaimana supaya harga gas ini bisa lebih affordable lagi dan sebagainya. 

Ayo kita coba melihat dari sisi hulu sampai hilir, karena ya alhamdulillah Pertamina emang diberikan tanggung jawabnya dari hulu sampai hilir, sehingga kita melihatnya tidak hanya dari sisi hilir saja kalau kita melihat bagaimana cara menurunkan di sisi hilir kita melihatnya bisa dari sisi hulu ke hilir sekaligus regulasi apa yang diperlukan dari pemerintah, kita bisa duduk bersama untuk melihat ini secara keseluruhan, begitu Mbak Uni. 

Dulu sempat ada keraguan apakah Pertamina sebagai perusahaan pelat merah yang biasanya dianggap lebih lambat, lebih less inovatif bisa mengelola kilang-kilang dan blok-blok dengan profesional tapi belakangan justru Pertamina udah masuk ya ke blok-blok yang tadi sempet di bilang udah tua-tua dan termasuk juga ke Blok Rokan, apa yang akan akan dilakukan dengan blok-blok ini oleh Pertamina?

Sebetulnya begini ya ketika kita mengambil alih suatu blok actually seluruh resource-nya itu kita ambil semua, resource alat semua kita ambil loh, contoh misalnya Mahakam. Ini seluruh tenaga kerja nya kita ambil jadi kita kasih offering, dan secara undang-undang tenaga kerja pun demikian kan, kita memberikan penawaran, kepada seluruh tenaga kerjanya dan ahamdulillah semuanya kemudian bergabung sebagian besar ya hanya sedikit sekali yang kemudian tidak ikut, semuanya kemudian ikut dengan Pertamina di blok lain pun sama.

Sebetulnya ini hanya berubah kepemilikian, semuanya sama teknologi yang digunakan namun dari sisi tenaga kerja dengan bergabung di Pertamina secara karier sebetulnya menjadi lebih luas, karena berada di satu grup dengan portfolio yang lebih banyak, secara karir kemudian bisa berpindah pindah itu satu. 

Dari sisi Pertamina, dengan kita kemudian mempunyai source yang beragam dari seluruh multi-national company. Kita kemudian bisa mempunyai lesson learn dan standard- standard yang akhirnya ini bisa memperbaiki meningkatkan standard dari technical standardnya pertamina, memang ada tantangannya juga bagaimana kemudian kita ini bisa tidak menjadi justru tidak menjadi sesuatu yang melemahkan kadang kadang kalau ini berbeda beda akan saling attack each other, tapi ini bagaimana kemudian menjadi saling memperkuat, ini kan masing-masing nih pemain bagus semua nih, standard nya bagus bagus semua, ini kemudian kita integrasikan menjadi kekuatan, yang secara keseluruhan meningkatkan level dari standar technical nya pertamina dan mereka akan menjadi backbone dari produksi untuk Pertamina, Nasional.

Sekarang kan waktu tahun awal 2018 ketika kemudian saya bergabung itu kan kontribusi hulunya Pertamina untuk Indonesia itu kan masih sekitar dua ribu 21 persenan itu di akhir 2017. hari ini kita sudah 40 persen Mbak Uni. Jadi produksi pertamina adalah 40 persen dari produksi nasional. 

Nanti ketika (Blok) Rokan bergabung itu sudah 60 persen jadi semakin meningkat kontribusi produksi migas kita di nasional, jadi saya sampaikan kepada teman-teman, jadi kalau kemudian kontribusi pertamina ini makin meningkat terhadap produksi nasional, maka ekspektasi seluruh stakeholder nya akan meningkat kepada Pertamina, artinya kita harus semakin serius. Artinya dari sisi kompetensi, technical maupun commercial harus selalu kita tingkatkan karena Indonesia akan semakin kemudian tergantung dengan Pertamina baik dari sisi produksi, maupun nanti dari harga bagaimana production cost kita bisa terus kita turunkan.

8. Bagaimana menjawab pertanyaan publik soal mungkin kah harga BBM turun? Apa plan Pertamina tahun 2020?

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (IDN Times/Helmi Shemi)

Iya, jadi kan kalau dilihat ya, BBM itu kan ada tiga jenis yang semuanya, tiga-tiganya harganya ditetapkan oleh pemerintah. Jadi ada namanya BBM tertentu yaitu memang subsidinya langsung diberikan ya, seperti minyak tanah atau kerosine, kemudian solar. Yang kedua adalah BBM jenis penugasan yaitu premium yang ketiga adalah jenis BBM umum itu yang pertamax kemudian pertamax turbo, dexlite dan pertadex dan sebagainya.

Nah kalau yang jenis yang terakhir ini kan memang setiap bulan ini harga nya disesuaikan dengan harga market jadi itu memang selalu dinamis, nah yang pertama dan kedua ini ketika, pemerintah yang menetapkan bukan dari usulan, bukan dari Pertamina. Karena itu dikaitkan juga dengan satu adalah dengan kemampuan atau daya beli masyarakat kemudian banyak faktor yang dilihat oleh pemerintah. 

Sehingga sampai dengan hari ini sebetulnya kalau kita lihat harga solar harga premium ini sudah lama juga tidak naik kalau kita lihat. Dan so far, kita melihat yang paling penting sebetulnya dari yang ini bagaimana kita mengelola penggunaan BBM yang bersubsidi ini adalah tepat sasaran supaya subsidi yang diberikan oleh pemerintah ini menjadi optimal, tepat sasaran, efektif.

Nah, oleh karena itu kita selakukan melakukan berbagai cara baik itu dengan digitalisasi SPBU yang kita pasang, dengan alat yang kemudian kita bisa monitor pelaksanaannya, kita juga melakukan edukasi kepada masyarakat kemudian ada program program monitoring kepada pemerintah namanya BPH migas. dan berbagai hal ya. Karena intinya memang faktanya masih ada sekelompok masyarakat yang masih memerlukan subsidi sehingga ya kita coba semuanya kita jalankan semua penugasan dari pemerintah ini kita bantu pemerintah agar subsidinya tepat sasaran.

Avtur kita juga sebetulnya harganya relatif lebih rendah dari negara negara lain, betul kalau kita bandingkan. itu kontroversi yang pernah ada

Iya, karena kalau kita sendiri kan sebetulnya untuk airline Indonesia di airport-airport di mana pun di seluruh dunia yang menyediakan avturnya Pertamina, jadi kita tahu persis berapa harga avtur di airport tersebut karena Pertamina yang beli jadi kita selalu melakukan benchmark dengan harga avtur di kita di dalam negeri dengan harga avtur di dunia. 

Plan untuk 2020 ada banyak karena untuk pembangunan kilang ini kan kita sudah mulai ngegas nih. Jadi di 2020 akan progresnya ini akan semakin meningkat, jadi sudah full speed nih untuk beberapa.

Jadi Balikpapan ini juga sudah full speed kemudian di Tuban, kemarin kan kita baru mulai untuk di lapangannya reklamasi kita sudah mulai.

Kemudian di Balongan kita kemarin juga sudah mulai, ground breaking Cilacap kita paralel saja lapangan sudah mulai.

Kemudian yang green refinery kita akan mulai. Jadi ini in paralel untuk pembangunan kilang full speed di tahun 2020.

Kemudian Mahakam dan juga upstream 60 persen investasi kita ini adalah untuk eksplorasi di upstream, jadi ini tahun 2020 kita juga produksi untuk upstream juga kan kita tingkatkan karena apa tahun ini kita investasi untuk ring, ini yang selama ini menjadi kendala. Untuk kenaikan produksi ya kita investasi saja karena kita memang akan ada di bisnis jangka panjang.

Jadi 2020 full speed juga untuk upstream dan untuk investasi di infrastruktur hilir kita akan membangun banyak baik itu pipa juga  pembangunan Indonesia timur ini masih menjadi concern kita Indonesia Timur.

Karena supaya jangan sampai mereka left behind ya?

Iya, kita juga siap menambah untuk yang penugasan untuk BBM satu harga. Sekarang kan sudah 161 lokasi kita siap di lokasi-lokasi lain karena infrastruktur untuk BBM di Indonesia timur juga kita garap terus jadi nantinya supaya biaya distribusi ini bisa kita turunkan.

9. Cerita Nicke Widyawati soal mengapa memilih berkarier di BUMN

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (IDN Times/Helmi Shemi)

Mengapa sejak awal memilih BUMN? Kebetulan ada peluang untuk kerja ya saya ambil peluang itu karena peluang yang baik belum tentu datang dua kali. Saya ingin merah putih aja, begini ya saya melihatnya begini kan waktu sebelum lulus kan saya kerja di perbankan.

Waktu kerja di perbankan itu kemudian kerjanya itu bagaimana menganalisa suatu kredit, kelayakan suatu usaha dan sebagainya. Jadi di situ melihat ternyata menarik sekali kalau kita bisa menjadi bagian dari membangun sesuatu. 

Saya kuliah di teknik industri merencanakan suatu pembangunan dan kemudian saya melihat itu menarik sekali. Oleh karena itu kemudian yang dipilih adalah kerja di divisi company yang waktu itu mempunyai misi untuk alih teknologi bagaimana bisa membangun pabrik pupuk karena Indonesia adalah negara agraris. Saya bekerja di BUMN PT Rekayasa Industri.

Rekayasa industri lahir waktu itu adalah untuk bagaimana supaya Indonesia mempunyai kemampuan untuk pabrik pupuk katanya negara ini negara yang memang agraris tetapi belum bisa bikin pabrik pupuk gitu.

Jadi pupuknya tuh masih impor kalaupun bikin pabrik pupuk itu semuanya dari tenaga kerja, teknologi, semuanya dari luar. Saya tertantang untuk itu gitu, loh ini kan kita nih engineer gitu masa enggak bisa sih?

Akhirnya kemudian gitu, jadi memang ada suatu dorongan untuk masa kita enggak bisa gitu kita ini kan katanya putra-putri terbaik bangsa, masa nggak bisa. Jadi itu yang kemudian akhirnya kemudian ya memang sudah terlanjur jatuh cinta.

10. Tantangan menjadi perempuan di posisi puncak di BUMN yang bisnisnya masih didominasi laki-laki (Nicke juga pernah menjabat direktur PLN)

[EKSKLUSIF] Wawancara Khusus Bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati (IDN Times/Helmi Shemi)

Iya itu tantangannya luar biasa, jadi saya selalu share ke para perempuan sebetulnya kan di dunia rekayasa industri, di PLN, di Pertamina itu kan saya awalnya masuk dari project-project.

Di project itu ya di satu project yang ribuan orang itu ya perempuannya paling di level itu saya cuma satu dua apalagi di lapangan, gitu.

Dan saya selalu mengatakan bahwa sebetulnya kenapa kita ini menjadi minority gitu biasanya karena perempuannya sendiri yang memang memilih untuk tidak mengambil karier itu.

Karena kita yang membuat batasan bahwa perempuan tidak bekerja di lapangan, bahwa perempuan tidak keluar kota, dan sebagainya.

Jadi satu adalah culture kita memang begitu baik dari sisi keluarga maupun dari individunya sendiri adalah membuat batasan. Itu pilihan sebetulnya, bukan baik dan benar tapi pilihan, jadi kalau memang kita ingin berkarier tanpa batas jangan membatasi diri kita. Bukan orang lain kemudian membatasi karier kita ya karena kita sendiri yang awalnya membatasi, saya membuktikan itu.

Jadi ketika di lapangan harus naik-naik ke tower tiap hari, keliling tower ya saya lakukan karena saya ingin mencoba, why not? Dan ternyata perempuan lebih kuat dari laki-laki secara fisik.

Ketika kemudian kita melahirkan, kita harus mengurus anak malam-malam, siang kita harus bekerja, malam kita gak tidur kita bisa melakukan itu dengan tetap fokus. Kemudian kita tetap mengerjakan segala sesuatunya in paralel bisa kan Mbak Uni ya?

Jadi sebetulnya bisa tapi kemudian karena sudah ada persepsi bahwa perempuan itu banyak sekali constraints-nya maka untuk bisa kelihatan sama saja antara laki-laki dan perempuan kita harus dua kali lebih perform hanya untuk sama saja.

Nah kalau kita ingin kelihatan lebih maka kita harus berkali-kali lipat dibanding laki-laki, tapi gak apa-apa, kita memang harus semangat aja.

Jadi memang barangkali bukan cuma di Indonesia ya, di seluruh dunia untuk perempuan memang kita harus jauh lebih tough untuk bisa lebih unggul dibanding laki-laki.

Jadi waktu itu, waktu lulus kuliah itu cuma simpel keinginan saya,  saya mau kerja di BUMN karena kan keren ya.

Wah saya mau kuliah di ITB jadi insinyur, kalau gak lulus ITB Saya mau kerja yang cepat apa ya waktu itu di akademi sekretaris gitu. Setahun terus langsung kerja gitu aja simpel aja kok.

Ketika ditunjuk sebagai dirut Pertamina, saya   menganggap tanggung jawabya besar. Banyak yang harus saya pelajari. Saya setiap hari masih belajar, hari ini banyak sekali yang harus saya pelajari. Jadi ya itu saja semangatnya, jadi setiap hari ya saya harus banyak belajar karena ini tanggung jawab semakin hari semakin terlihat, masih banyak yang harus dikerjakan.

Tapi saya bersyukur gitu rasanya semuanya gini ya, apa ya semua itu saya melihat semua stakeholder semua ini semakin aline, semakin men-support saya melihatnya begitu ya.

Dan di Pertamina, di PLN di mana pun Alhamdulillah tim-tim men-support, timnya hebat-hebat, saya kemudian mendapatkan partner yang juga bagus gitu ya. Jadi ya alhamdulillah semuanya ya alam memberikan balasan yang luar biasa, Allah ininya luar biasa lah.

Ibu adalah sosok yang menginspirasi bagi saya.  Karena kerja keras, keikhlasan karena ibu saya membesarkan saya sebagai single parent gitu jadi kerja keras, ikhlas memberi, itu yang menjadi inspirasi.

Di Pertamina ini  fasilitas kita berikan artinya khususnya untuk ibu-ibu yang menyusui gitu ya. Kemudian dilema ibu-ibu muda ketika anaknya masih kecil kan mendingan di rumah ketika babysitter gak ada dan sebagainya kita ada siapkan juga gitu ruang untuk membawa anaknya di sini. 

Kita siapkan ada dokter, ada suster untuk ini, jadi itu kita siapkan betul berdasarkan pengalaman pribadi kita juga kan Mbak Uni.

Nah, soal tip bagaimana agar millennial yang berminat dapat diterima bekerja di Pertamina, begini ya. Satu, bekerja di Pertamina niatkan dulu bahwa mengabdi untuk negara karena bekerja di BUMN adalah pengabdian, jadi itu dulu niatnya adalah pengabdian dulu ya.

Kedua adalah bekerja di Pertamina ini adalah kita menjadi harus melakukan sesuatu inovasi karena kita tahu dunia energi ini ke depannya sangat dinamis, ada transisi, ada transformasi di energi.

Jadi yang mempunyai passion untuk melakukan perubahan perubahan dan inovasi inovasi kreativitas. Kemudian yang ketiga yang mau selalu belajar terbuka untuk belajar hal-hal baru setiap hari. Kalau mengenai kemampuan akademis segala macam itu sudah umum ya. Itu karena itulah kelebihannya menjadi pekerja Pertamina. 

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

https://www.youtube.com/embed/mHmm6MA1daw

Baca Juga: Dirut Pertamina Sebut Revitalisasi Kilang Jadi Tantangan Terbesar 

Topik:

  • Anata Siregar
  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya