Pelajar Indonesia di Tokyo Bakti Sosial Bantu Korban Topan Hagibis

Rumah bersejarah di Jepang pun luluh lantak

Tokyo, IDN Times – Mendadak jantung Alinda FM Zain berdegup kencang. Setelah menempuh perjalanan tiga jam pada Minggu (27/10) pagi, Alinda dan 50-an relawan dari Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) di Jepang, tiba di kawasan terdampak topan Hagibis, di prefektur Chiba.

“Saat memasuki halaman sebuah rumah tua yang penuh dengan onggokan setinggi pintu rumah, berupa mobil yang rusak hingga selimut sutra, saya merasa sedih,” tutur Alinda, yang menjabat sebagai atase pendidikan dan kebudayaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Jepang. 

Dua pekan setelah badai topan Hagibis yang meluluhlantakkan sejumlah kawasan, korban terdampak mulai bebenah, mencoba bangkit dari kehidupan yang seolah terhenti saat badai menerjang. Sejauh ini, topan Hagibis yang dianggap sebagai angin kencang terberat dalam 60 tahun terakhir itu menelan sedikitnya 80 korban tewas. Topan Hagibis membuat longsor dan banjir di kawasan Kanagawa, Tochigi, Gunma, Miyagi, Saitama, Fukushima, Iwate, Chiba, Shizuoka and Ibaraki. 

1. Rumah tua yang menyimpan benda bersejarah jadi sasaran topan Hagibis di Chiba

Pelajar Indonesia di Tokyo Bakti Sosial Bantu Korban Topan HagibisDokumen Istimewa

Melihat dahsyatnya kerusakan yang dialami warga, relawan KMII langsung turun tangan.  “Tatami 1 jyo penuh air hanya bisa diangkut oleh delapan orang,” kata Alinda. Terendam air selama dua pekan, tatami sudah membusuk. Banyak kecoa dan ulat bersarang di sana.  Baunya menyengat.

Rumah yang menjadi tempat bakti sosial KMII adalah rumah tradisional Jepang yang sudah berusia 230 tahun.  Pemilik masih keturunan ke-10 dari era Edo-ko. “Sang master, pemilik rumah, memanfaatkan bangunan itu sebagai kafe berlantai tiga,” ujar Alinda.

Di dalam rumah tersimpan koleksi 2.000-an benda seni kuno Jepang yang berusia ratusan tahun.

“Kopi yang dijual di kafe ini mayoritas kopi Indonesia,” kata Alinda.

Baca Juga: Langit Pink, Dahsyatnya Typhoon Hagibis di Jepang Terbangkan Mobil

2. KMII mendapat petunjuk lokasi bakti sosial dari Pemda Chiba

Pelajar Indonesia di Tokyo Bakti Sosial Bantu Korban Topan HagibisDokumen Istimewa

“Mo go mi ni narimasu (mobilku sudah menjadi sampah),” keluh Kiyokazu Aoyama, pemilik rumah.

Dia mengaku ayahnya pernah bertugas di Indonesia sebagai tantara PETA.

Saking terharunya atas uluran tangan dari relawan untuk membersihkan puing-puing di rumahnya, Aoyama mengajak relawan menyanyikan lagi “Rasa Sayange”.

“Saya merasa terpanggil mendampingi anak-anak muda ini membantu korban bencana topan Hagibis. Sebagai atdikbud saya mengayomi para pelajar Indonesia di Tokyo yang ikut dalam kegiatan ini,” kata Alinda kepada IDN Times.

Lokasi kegiatan bakti sosial ditentukan oleh Pemda Chiba. Ada juga bantuan truk dari warga Jepang, yang digunakan mengangkut onggokan puing-puing.

3. KMII awalnya adalah organisasi untuk penyelenggaraan dakwah Islam di Jepang

Pelajar Indonesia di Tokyo Bakti Sosial Bantu Korban Topan HagibisDokumen Istimewa

Sekretaris KMII, Rio Bertoni mengucapkan terima kasih atas kontribusi relawan membantu korban topan Hagibis. 

“Semoga ini menjadi amal ibadah kita,” ujarnya setelah kerja bakti yang berlangsung seharian penuh.

Informasi di laman resminya menyebutkan bahwa:  KMII merupakan organisasi dakwah Islam di Jepang yang dimotori oleh masyarakat islam Indonesia yang tinggal di Jepang. Pada awalnya berdirinya organisasi dimotivasi adanya kebutuhan untuk penyelenggaraan ibadah seperti salat Jumat, salat Ied untuk masyarakat Islam Indonesia khususnya di daerah Tokyo. Namun, sejak sekitar beberapa tahun yang lalu, orientasi kegiatan KMII tidak hanya untuk pelayanan kepada masyarakat Islam Indonesia di Jepang saja, namun sudah terjun ke bidang dakwah ke masyarakat Jepang.

Saat ini kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh KMII lebih diorientasikan untuk meningkatan kualitas beragama untuk masyarakat Islam Indonesia di Jepang, dan ikut berperan aktif dalam mengenalkan agama Islam ke masyarakat Jepang bersama komunitas-komunitas muslim dari negara Islam lainnya.

Baca Juga: Ini Keseruan dari Festival Indonesia 2018 di Tokyo

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya