Suara Millennials Akan Pilkada 2018 Yang Damai di Provinsi Maluku

 Selalu masuk peta rawan konflik

 Jakarta, IDN Times –  “Negara membutuhkan peran serta masyarakat sipil dan media konvensional untuk memberikan narasi tandingan yang mampu menyasar seluruh lapisan masyarakat dari beragam latar belakang.”

Pernyataan di atas disampaikan Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Eko Sulistyo dalam dialog publik bertema ‘Pilkada 2018: Pesta Politik dengan Semangat Kebangsaan’ yang diselenggarakan Institute of Public Policy Universitas Atma Jaya, Rabu, (21/2/2018).

Eko yang dikenal sebagai orang dekat Presiden Joko “Jokowi” Widodo sejak di Solo itu paham betul bagaimana pentingnya Pilkada 2018. Dinamika di ranah media sosial nampak membuatnya cemas.

“Pilkada 2018 merupakan titik penting bagi partai maupun elit politik menuju Pileg dan Pilpres 2019,” kata dia. Presiden Jokowi hampir dipastikan bakal ikut berlaga untuk masa jabatan kedua. Sejumlah survei masih menempatkan Jokowi sebagai capres unggulan.

Baca juga: Survei Pilpres 2019: Jokowi Terkuat, Prabowo Kedua

Eko Sulistyo mengingatkan, Pilkada serentak tahun 2018 akan berlangsung lebih keras karena dilaksanakan di 171 daerah, terdiri dari 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten.

Pilkada 2018 akan digelar di 392.226 TPS. Dari ratusan ribu tempat pemungutan suara itu, Kepolisian membagi menjadi tiga kategori rawan. TPS yang dikategorikan aman sebanyak 328.389 TPS. Yang diklasifikasikan rawan 1 sebanyak 42.233 TPS dan rawan 2 sebanyak 12.509 TPS.

Untuk itu, sejumlah persiapan telah digeber oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku panitia pemilihan, mulai dari sosialisasi, verifikasi partai politik, pendataan pemilih, hingga pengamanan.

Sudah tentu ini bukan pekerjaan mudah, namun Pilkada 2018 harus berlangsung aman, apapun taruhannya. Karena itu tak cukup mengandalkan KPU, semua pihak harus dilibatkan demi Pilkada aman, termasuk kamu.

Kamu bisa ikut serta memuluskan Pilkada 2018. Caranya, gunakanlah hak pilihmu. Sebab, salah satu barometer kesuksesan Pilkada adalah banyaknya pemilih yang datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Namun sebelum mencoblos pasangan pilihanmu, yuk kenali dulu Pilkada di daerahmu. Untuk itu kami akan menyajikan informasi seputar daerah peserta Pilkada 2018 dalam artikel berseri.

Kali ini tentang Provinsi Maluku, yang selalu masuk peta daerah rawan konflik dalam Pilkada. Kok bikin miris ya?

Simak fakta-fakta tentang Provinsi Maluku dalam Pilkada Serentak 2018 berikut:

1. Jumlah pemilih di Maluku 1.218.267 orang

Suara Millennials Akan Pilkada 2018 Yang Damai di Provinsi MalukuIDN Times/Sukma Shakti

Sesuai jadwal yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum, pemutakhiran data pemilih tetap dilakukan pada bulan Agustus 2018. Saat ini pihak KPUD Provinsi Maluku tengah melakukan proses tersebut.

Ada 11 kabupaten yang akan memeriahkan pesta demokrasi di Provinsi Maluku.

Jika mengacu kepada pemilu sebelumnya, maka Daftar Pemilih Tetap (DPT) Maluku Tengah pada Pilkada 15 Februari 2017 sebanyak 311.136 pemilih, disusul kota Ambon 237.627 pemilih, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) 147.522 pemilih, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) 97.492 pemilih dan Kabupaten Buru 94.688 pemilih, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) 72.091 pemilih.

Sedangkan, Kabupaten Maluku Tenggara 68.934 pemilih, Kabupaten Kepulauan Aru 58.880 pemilih, Kabupaten Buru Selatan 49.687 pemilih, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) 47.513 pemilih serta Kota Tual 43.675 pemilih. Secara total ada 1.218.267 pemilih di Provinsi Maluku. Pastikan namamu ada dalam daftar ya!

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Kamu Tahu Soal Pilkada Sulawesi Tengah

2. Maluku masuk peta daerah rawan konflik versi Bawaslu dan Mendagri

Suara Millennials Akan Pilkada 2018 Yang Damai di Provinsi MalukuIDN Times/Sukma Shakti

Ini yang bikin miris. Provinsi Maluku memiliki sejarah kelam konflik berdarah tahun 1999-an, antara masyarakat yang beragama Islam dan beragama Kristiani. Tak heran sejak itu, provinsi ini selalu masuk dalam peta daerah rawan konflik dalam setiap pelaksanaan pemilihan umum.

Pada Pilkada serentak 2018, pihak Kepolisian untuk pertama kalinya tak memasukkan Maluku dalam peta daerah rawan konflik. Tapi, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Kementerian Dalam Negeri masih mencium potensi konflik di provinsi kepulauan ini.

Bawaslu dan Polri memiliki perbedaan dalam pemetaan daerah rawan konflik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018. Dari Indeks Kerawanan Pemilu 2018, Bawaslu menyebutkan ada tiga daerah yang rawan konflik pada Pilkada tahun ini, yaitu Papua, Maluku dan Kalimantan Barat.

Versi Polri, ada lima daerah rawan konflik dalam Pilkada 2018, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Papua. 

Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, perbedaan tersebut karena Bawaslu dan Polri memiliki kriteria sendiri. "Mungkin sudut pandang Bawaslu dan Polri agak berbeda, karena kita ada kriteria sendiri," ujar Setyo di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan pada Kamis, 30 November 2017.

Bagaimana dengan versi Kemendagri?

Menurut Kemendagri, provinsi yang memiliki kerawanan tinggi yakni Papua, Mimika, Paniai, Jayawijaya, Puncak, Timor Tengah Selatan, Maluku, Konawe, NTT, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.

Semoga Pilkada 2018 di Maluku berlangsung aman ya!

3. Kesulitan Pilkada di Maluku adalah faktor geografis. Pengawasan lebih sulit

Suara Millennials Akan Pilkada 2018 Yang Damai di Provinsi MalukuIDN Times/Sukma Shakti

Provinsi Maluku yang didomisi hampir 94 persen kawasan lautan mempunyai problem pengawasan yang kompleks. Akses infrastruktur ke pulau-pulau adalah tantangan tersendiri, terutama dalam pengawasan pelaksanaan Pilkada, dari proses pendaftaran, kampanye, sampai pemilihan. Ini tantangan bagi Bawaslu.

Partisipasi masyarakat penting dalam mengawasi pemilu. Kendala yang ada juga dalam tingkat pendidikan warga. Partisipasi warga terutama kaum muda penting, nih!

4.  Simak suara millenial untuk Pilkada 2018 di Maluku

Suara Millennials Akan Pilkada 2018 Yang Damai di Provinsi Malukucahayalensa.com

Cuplikan tulisan Ernie J. Mirpey, yang dimuat di laman cahayalensa.com ini bisa menjadi gambaran harapan generasi muda millennials di Maluku.

Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Anak di DPD KNPI Provinsi Maluku itu menuliskan:

Menurut saya ada beberapa peran yang harus dijalankan oleh pemuda yaitu : Pertama, Idealisme dan daya kritis. Pemuda sangat dibutuhkan dalam mengawal proses demokrasi saat ini agar dapat berjalan sesuai yang dicita-citakan sehingga tidak terjadi stigmatisasi negatif terhadap demokrasi itu sendiri. 

Kedua, pemuda harus hadir sebagai agen penjaga etika dan moral dalam proses demokrasi bukan malah menjadi pelacur demokrasi itu sendiri. Ketiga, pemuda tidak boleh terjebak dalam pragmatisme politik. Keempat, pemuda harus mampu menanamkan stigma ke masyarakat bahwa Pilkada harus dilakukan secara sehat tanpa Money Politik, Black Campaign, Negative Campaign ataupun isu SARA. 

Kelima, pemuda perlu untuk memberikan kontribusi pikir demi kemajuan bangsa dan negara ini terkhususnya daerah ini kepada calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Keenam, pemuda perlu memberikan pendidikan politik baik melalui media, diskusi publik, seminar dan lain-lain agar rakyat tidak hanya menjadi obyek poltik tetapi juga subjek politik demi terciptanya demokrasi yang berkualitas.

5. Ada Jenderal Polisi ikut berlaga di Pilkada Maluku

Suara Millennials Akan Pilkada 2018 Yang Damai di Provinsi Malukuterasmaluku.com

KPUD Provinsi Maluku telah menetapkan tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Maluku sebagai peserta Pilkada Maluku 2018.

Petahana, Gubernur Said Assagaff maju lagi bersama cawagub Anderias Rentanubun. Mantan Komandan Korps Brimob Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Murad Ismail berpasangan dengan Barnabas Orno ikut berlaga pula. Murad Ismail memasuki masa pensiun sebagai polisi. Pasangan ketiga adalah Herman Adrian Koedoeboen-Abdullah Vanath.

Murad Ismail mengaku pencalonannya di Pilkada Maluku didukung Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian. Murad yang putra daerah itu berpasangan dengan kader PDIP. 

Pasangan petahana Said Assegaff-Anderias Rentanubun didukung Partai Golkar, PKS dan Partai Demokrat.

Menurut anggota Bawaslu Fritz Edward Siregar, potensi konflik di daerah yang diikuti calon dengan latar belakang TNI-Polri lebih besar. Alasannya, ada persoalan netralitas dan dukungan terhadap mantan anggota kedua institusi tersebut.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bawaslu tengah menggodok peraturan yang khusus mengatur rambu-rambu pencalonan dari TNI-Polri. Regulasi ini ditargetkan selesai pada pertengahan Januari 2018. Sinyalemen anggota Bawaslu tersebut semoga tidak terbukti di lapangan.

Inga-inga harapan Ernie di atas. “Gunakan hak pilih dengan sebaik-baiknya karena akan menentukan masa depan daerah dan bangsa ini selama 5 tahun ke depan. Dan mari sama-sama kita wujudkan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih,” kata Ernie, disertai dengan: 

"Salam Pemuda dari Bumi Maluku Negeri Raja- Raja untuk Basudara Samua"

Baca juga: 5 Hal Menarik Ini Cuma Ada di Pilkada NTT

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya