Tiga Hal Ini Disepakati dalam Interfaith Dialogue dengan Finlandia

Peluang buat anak muda kayak kamu lho!

Helsinki, IDN Times – Finlandia, negeri di kawasan Skandinavia ini popular di dunia karena sistem pendidikannya. Publik di Indonesia juga mengenal negeri ini lewat sebuah merek gawai telepon. Finlandia selalu ada di peringkat pertama kemerdekaan pers berdasarkan survei World Press Freedom. Tahun 2018 peringkatnya turun ke nomor 4.  Bandingkan dengan Indonesia yang ada di peringkat ke 124.

Di bidang keberagaman Finlandia memberikan perhatikan khusus, termasuk dengan mengangkat seorang duta besar luar biasa untuk urusan antar budaya dan antar agama, yaitu Pekka Metso. 

”Di dunia cuma Finlandia yang menunjuk dutabesar khusus,” kata Dutabesar Republik Indonesia untuk wilayah Finlandia dan Estonia, Wiwiek Setyawati Firman, di sela-sela dialog antar agama dan antar media (Interfaith and Intermedia Dialogue) di Helsinki, 17 September 2018.

Finlandia juga menjadi salah satu negara di Eropa Barat yang mengakui penganut agama lain selain agama mayoritas Kristen Evangelical Lutheran yang dianut 70-an persen dari 5,5 juta warganya.

Beberapa fakta di atas memperkuat pentingnya Finlandia menjadi mitra dialog bilateral antar agama dan antar media bagi Indonesia.

”Finlandia menjadi negara mitra dialog Indonesia yang ke-30 di bidang ini,” kata Azis Nurwahyudi, Direktur Diplomasi Publik, pada Direktorat Jenderal Infomasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Delegasi Indonesia dalam dialog dengan Finlandia terdiri dari Dubes Wiwiek, Azis Nurwahyudi, staf khusus Presiden RI bidang agama Siti Ruhaini Dzuhayatin, stas khusus wapres bidang reformasi birokrasi yang juga cedekiawan muslim Azyumardi Azra,  Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Indonesia Pendeta Gomar Gultom, Ketua Bidang Hubungan Internasional Majelis Buddha dan penulis, Uni Z.Lubis, selalu pemimpin redaksi IDN Times, media digital dengan target millennials dan gen Z.

Azyumardi Azra memaparkan bagaimana Pancasila adalah sebuah dasar negara yang “Religously friendly” bagi semua agama yang diakui di Indonesia.  “Pemerintah Presiden Jokowi saat ini gencar mempromosikan Islam jalan tengah, atau Wasatiyah.  Mempromosikan moderasi dalam menjalankan kehidupan beragama, akan mendorong toleransi antar umat beragama,” kata Azra.

Siti Ruhaini Dzuhayatin memaparkan pentingnya dialog antar agama dan budaya untuk kerjasama membendung maraknya paham ekstrimisme, radikalisme dan terorisme terutama di ranah internet.  Dia menjelaskan bagaimana aksi teror sudah melibatkan perempuan dan anak sebagaimana kasus Bom di Surabaya.

Ruhaini yang juga mantan ketua Komisi HAM di Organisasi Kelompok Islam (OKI) ini menggarisbawahi pentingnya kesetaraan gender dan pendidikan yang cukup bagi kaum perempuan serta akses ke jalur kepemimpinan termasuk di organisasi keagamaan.

Pendeta Gomar Gultom menyampaikan bahwa umat Kristiani di Indonesia tidak merasa mendapatkan diskriminasi.  “Dalam keluarga di Indonesia juga banyak kita temui pasangan yang interfaith, berbeda agamanya tapi tetap harmonis,” ujar Gultom

Philip Widjaja menyampaikan betapa penghargaan terhadap agama dengan pemeluk yang lebih kecil seperti Buddha, seperti Hari Waisak, dirayakan dan dijadikan hari libur nasional.  “Semua hari penting agama-agama dirayakan,” ujar Phillip.

Apa saja hasil dialog antar agama dan antar media dengan Finlandia?

Baca Juga: Di Finlandia, Posting Ujaran Kebencian di Medsos Bakal Didenda

1.Indonesia berikan beasiswa bagi 5 mahasiswa Finlandia belajar di UIN

Tiga Hal Ini Disepakati dalam Interfaith Dialogue dengan FinlandiaIDN Times/Uni Lubis

Dalam kesimpulan hasil dialog, Azis Nurwahyudi menyampaikan bahwa Indonesia, melalui Kementerian Agama akan memberikan beasiswa tingkat master dan doktoral bagi 5 mahasiswa Finlandia untuk belajar di Universitas Islam Nasional pada tahun 2019.

“Mereka boleh belajar di UIN mana pun, bergantung kepada bidang studi yang diminati,” kata Azis.

2. Indonesia undang Finlandia hadir di Interfaith Youth Camp 2019

Tiga Hal Ini Disepakati dalam Interfaith Dialogue dengan FinlandiaDok. IDN Times

Peran kaum muda, generasi millennials dianggap penting dalam melestarikan dialog antar agama.  Karena itu, Indonesia melalui Kementerian Agama mengundang kaum muda Finlandia untuk berpartisipasi dalam Interfaith Youth Camp di Indonesia pada 2019.

Dirjen IDP Cecep Herawan dalam wawancara khusus dengan IDN Times di sela-sela dialog dengan Rusia, di Moskow, menggarisbawahi pentingnya dialog sebagai sarana kontak antar warga bangsa.

Baca Juga: Millennials, Ini Nikmatnya Jadi Diplomat

3. Indonesia undang Finlandia hadir di Youth Camp for Future Faith Leaders 2019

Tiga Hal Ini Disepakati dalam Interfaith Dialogue dengan FinlandiaIDN Times/Uni Lubis

Masih berkaitan dengan peran kaum muda, Indonesia mengundang Finlandia untuk berpartisipasi dalam Youth Camp for Future Faith Leaders di Indonesia tahun 2019.

“Selain itu, sebagaimana yang disampaikan Uni Lubis dari pihak media di Indonesia, kami membuka peluang adanya kerjasama di bidang media, seperti workshop, juga produksi konten bersama dengan tema dialog antar agama,” kata Azis.

Azis juga menyampaikan Indonesia menyambut baik jika pihak Finlandia memiliki insiatif atau program kerjasama di bidang ini untuk Indonesia.

Dubes Wiwiek menyampaikan bahwa Indonesia selama ini sudah terlibat dialog antar agama dan antar media melalui beragam forum termasuk di ASEM, APEC dan MIKTA.  Yang terakhir ini adalah semacam aliansi antara Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia.

Pada tahun 2014 Indonesia menjadi tuan rumah Forum Global yang ke-6 untuk Aliansi Peradaban yang dikoordinasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNAOC), berlangsung di Bali.

“Kami di Kemlu telah menyelenggarakan berbagai program yang memungkinkan bagi kaum muda dari seluruh dunia untuk berkumpul, membangun jejaring dan terlibat dalam dialog multibudaya yang berkaitan dengan beragam isu,” kata Wiwiek.

Indonesia juga telah memberikan beragam beasiswa.

Wiwiek menyambut gembira akkan dialog dengan Finlandia.  “Dalam tatanan dunia global saat ini, ideologi  dan nilai-nilai setiap saat dibahas di media.  Bentuknya bisa dialog konstruktif untuk perdamaian dunia, seperti bicara soal toleransi, kemajemukan, multikultur dan sebagainya, atau dalam bentuk yang destruktif seperti penyebaran ujaran kebencian, radikalisme, eksterimisme, terorisme dan sebagainya,” ujar Wiwiek.

Maraknya penggunaan media sosial membuat kian sulit mengontrol aliran dari ideologi dan nilai-nilai yang melimpah di ranah internet.

“Sangat mudah bagi siapapun individu atau organisasi untuk menyebarluaskan ujaran kebencian yang berpotensi membawa keguncangan dalam masyarakat,” kata Wiwiek.

Karena itu, dialog antar agama dan antar media seperti yang dilakukan dengan Finlandia menjadi forum yang baik untuk pertukaran pengalaman dan gagasan serta kerjasama diantara kedua negara.

Delegasi Indonesia sebelumnya juga melakukan dialog bilateral yang kedua dengan Rusia.

Baca Juga: Ketika Presiden Putin Gencar Mendekati Penganut Islam di Rusia

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya