Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli Bencana

Apa sinergi BUMN untuk tanggap darurat bencana?

Palu, IDN Times – Tak mudah mengikuti langkah Rini Mariani Soemarno. Gerak kakinya cepat dan lincah. “Kita harus lari-lari kalau mengikuti Ibu Menteri,” kata Wianda Pusponegoro, Staf Khusus III di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Wianda adalah sosok yang selalu mendampingi Menteri BUMN Rini Soemarno dalam setiap kegiatan di lingkungan BUMN.

Bagi Rini, kehadiran BUMN harus dirasakan dalam setiap denyut nadi kehidupan masyarakat. “Fungsi penting BUMN adalah agen pembangunan. Tidak hanya mencari laba,” demikian kata Rini dalam berbagai kesempatan.  Itu artinya, jajaran BUMN harus siap terjun ke berbagai aktivitas kemasyarakatan. Apalagi di masa tanggap darurat bencana.

IDN Times mengikuti kegiatan Rini bersama direksi sejumlah BUMN pada 9-10 Oktober di Palu, Sigi dan Donggala. Rini yang didampingi direktur utama sejumlah BUMN seperti Bank Mandiri, PT PLN, Bank BNI dan deputi Kementerian BUMN mendarat dari acara pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali, Selasa malam (9/10/2018). Dari bandara langsung mengecek perkembangan jaringan listrik di Palu.

Sekitar Pukul 20.30 WIB Rini tiba di Stasiun Pengisian dan Penimbunan Bahan Elpiji di Donggala. Dia mengecek kerja lembur karyawan yang tengah mengisi ribuan tabung gas melon untuk segera didistribusikan melalui operasi pasar di kawasan terdampak bencana gempa dan tsunami di Palu, Donggala, Sigi, Parigi yang terjadi pada 27 September 2018. 

Dari sana Rini ke Posko Bank BNI mengecek kegiatan dapur umum. Posko ini mengirimkan logistik 1.000 nasi bungkus setiap harinya, dan menyediakan logistik untuk relawan BUMN.

Malam itu Rini menginap di Posko PT PLN bersama ribuan teknisi PLN.

Rini selalu bangun pagi dan langsung mengajak jalan pagi siapapun yang menemaninya dalam perjalanan. Rabu pagi (10/10/2018) dia cek ke pasar. Berbincang dengan warga.  Setelah itu meladeni wawancara Suara Millennial dengan IDN Times di tengah tenda darurat. Setelahnya bergegas memimpin apel relawan PLN.

Dari situ rombongan bergerak ke Sigi, menyaksikan dampak likuifaksi di Desa Sidera. Jalan putus, ambrol, satu desa lenyap.  Sungguh miris.  Rini terpaku. Dia juga melihat sebuah sekolah yang nyaris roboh. SPBU Pertamina yang ambrol tak lagi bisa digunakan. “Harus dipindah. Harus cek kawasan yang aman. Tata ruang kita harus diperbaiki,” cetus Rini.

Rombongan pun setengah berlari mengikuti langkah cepatnya. Gesit. Rini mampir ke pengungsian di Sigi. Dia memerintahkan agar BUMN membangun MCK, dan segera berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk membangun hunian sementara.  “Segera ya. Sebentar lagi musim hujan. Warga dan anak-anak ini tidak boleh terlalu lama di tenda seperti ini,” kata Rini.

Deputi BUMN Gatot Tirhargo menunjukkan kepada saya rumah sementara yang dibangun di kawasan Sembalun, Lombok, untuk warga terdampak gempa. “Kita bangun sekitar 3.500an,” kata Gatot.

Dari pengungsian, Rini melesat kembali ke mobil menuju Pelabuhan Ferry Taipa. Dia mengecek bantuan dari Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang diangkut oleh kapal-kapal yang sandar di pelabuhan yang dikelola PT ASDP ini.

Panas terik matahari tak mengurangi semangatnya. “Padahal Ibu Menteri ini sudah lelah betul. Nyaris tidak istirahat,” kata Dirut Bank BNI Achmad Baiquni.

Di setiap perhentian, Rini selalu menyempatkan diri berfoto bersama dan memberikan semangat untuk jajaran karyawan BUMN.

Dari pelabuhan Rini kembali ke Kota Palu, mampir ke Posko Trauma Healing untuk anak yang diselenggarakan Bank Mandiri di lapangan Vatulemo depan Kantor Walikota.

Bersama Dirut Kartika Wirjoatmodjo, Rini bercengkarama dengan puluhan anak-anak di sana. Bernyanyi. Mendengarkan semangat anak yang membacakan Pancasila. Riuh-rendah. “Kalian udah bisa tidur?” tanya Rini. Dijawab dengan suara lantang, “Bisaaaaaaa.”

Rini juga mengunjungi kegiatan serupa di Posko PT Telkom, yang berdampingan dengan Posko BNPB di Lapangan Anoa.

Seorang dirut BUMN berucap. “Habis ini langsung kayaknya ke bandara. Balik ke Bali untuk kegiatan IMF-World Bank. Kalau masih ada waktu, bisa keliling lagi melihat kegiatan sinergi BUMN hadir untuk negeri di sini. Ibu ingin mengecek langsung semua kegiatan BUMN,” kata dirut itu.

Wajah Rini siang itu sudah merah terpapar terik matahari di Palu yang tak kenal diskon. Dengan sabar dia mendengarkan laporan Bupati Parigi.  Meneruskankannya ke stafnya dan dirut BUMN.

“Kita harus bantu segera,” begitu selalu ucapannya.

Dari Posko Telkom Rini bergegas ke bandara Palu untuk terbang ke Bali.

Kita tahu sore itu pemerintah  mengumumkan kenaikan harga premium lewat keterangan pers Menteri ESDM Ignasius Jonan.  Keputusan yang kemudian dibatalkan, antaralain karena Rini memberikan masukan kepada Presiden Jokowi bahwa Pertamina belum siap implementasi kenaikan 2 harga, karena sebelumya Pertamina baru saja menaikkan harga Pertaseries.

Berikut petikan wawancara Suara Millennial dengan Menteri Rini Soemarno:

1. Tiga kali datang ke Sulteng dalam dua pekan setelah gempa dan tsunami, hati Bu Rini benar-benar bersama warga korban, ya?

Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli BencanaIDN Times/Uni Lubis

Betul, tadi saya sudah jalan-jalan sama warga di Palu, senang tuh Mbak Uni. Tapi kita harus sadar, keadaan kita Donggala, Sigi, Parigi. Saya tiga kali ke sini. Pertama kali tiga hari setelah kejadian saya ke sini dan ingin melihat keadaan di sini dan tidak terlepas dari upaya apa-apa yang BUMN bisa lakukan, mengecek karyawannya, karena banyak sekali aktivitas kita di Palu, Donggala, Sigi dan Parigi.

Pertama kita lihat listrik sama sekali tidak bisa nyala karena 5 dari 7 gardu induk rusak dan power plant di pinggir pantai di Palu roboh cerobongnya. Sehingga gak bisa dialiri listrik. Kita harus lihat jaringan dan transmisi listrik karena kita juga bisa ambil dari Poso. Tapi ternyata sulit karena karyawan PLN masih trauma dan urus saudara-saudaranya. Kemudian SPBU-SPBU di sekeliling Donggala, Sigi, Parigi dan Palu itu hampir semua tidak berfungsi. Kita coba cari jalan bagaimana menyelesaikannya. Terminal BBM (TBBM) kita juga kena tsunami sehingga kapal belum bisa docking untuk memasukkan bahan bakar. Kita coba semaksimal mungkin mempercepat kehidupan di sini karena Bapak Presiden meminta kita untuk normalisasi keadaaan.

Jadi yang pertama listrik, kedua telekomunikasi, PT Telkom dari 3000 BTS hanya 300 yang berfungsi dan bagaimana kita menghidupkan itu semua. Setelah saya datang pertama, buat tim, saya bawa dirut terutama Telkom, Pertamina, sama PLN, oke kita coba normalisasi, kita kembali ke Jakarta, saya rapat dan dibilangin, “Bu ini bisa makan 2 bulan karena gak ada orang, gak ada ini”.

Saya bilang: “Gak bisa, kita harus gerak cepat”. Oke gini besok berangkat lagi, 2 hari lagi, ini yang kedua. Saya gak mau tahu harus lihat sesuatu, lihat perkembangan. Memang BBM sudah mulai bisa terkirim dari (luar kota) karena jalur darat mulai terbuka dan dari Makassar butuh berhari-hari. Akhirnya kita kirim skytruck, pesawat yang bawa BBM dari Tarakan sama dari Balikpapan.

Memang masalah dari SPBU karena listrik belum (menyala). Waktu saya datang itu kita coba pakai genset. Dan disadari emang kurang orang. Waktu itu kita kirim 300 teknisi PLN, saya lihat lagi keadaan banyak tiang listik yang tumbang. Akhirnya mereka setuju kita kirim orang sebanyak mungkin, akhirnya PLN ada 1400 teknisi yang diterjunkan.

Baca Juga: Ini Tempat Relokasi Korban Bencana di Donggala-Palu

2. Bagaimana dengan pasokan BBM?

Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli BencanaIDN Times/Uni Lubis

Untuk SPBU kita kontak pemiliknya dan kebanyakan gak ada di sini. Itu yang masalah. Mereka ada di Makassar, kita tanya bagaimana karyawannya, karyawan masih banyak yang trauma. Jadi akhirnya kita kirim operator SPBU dari beberapa tempat, dari Jakarta, Makassar, Manado untuk mulai operasional.  Saya dari hari Sabtu lalu sudah mengatakan Minggu malam saya berangkat. Tapi ternyata saya tidak bisa.

Senin saya masih harus di Jakarta, Selasa ke Bali, tapi saya bilang harus dan saya bilang mau menginap di sana. Akhirnya ketemu Mbak Uni hari ini. Tadi malam saya di sini, dan Mbak Uni ikut melihat situasi, ikut menginap di tenda.

3. Listrik sudah mulai normal ya khususnya di Palu?

Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli BencanaDok. IDN Times

Saya senang sekali, dari pesawat dari Bali yang sedikit terlambat, saya turun lampu-lampu sudah menyala, saya mendarat dan jalan-jalan terus lihat SPBU-SPBU gak ada yang antre, sudah normal. Tapi dari 33 yang efektif berfungsi, 2 rusak total, 1 masih diperbaiki. Saya senang juga dengan komunikasi yang mulai normal di Palu. Karena listrik bisa jalan, tadi kita mau bawa genset sebanyak mungkin dari Jakarta, kita juga bawa tangki BBM dari Jakarta.

Saya terima kasih dibantu dari Malaysia, Angkatan Udara Malaysia kirimkan Airbus. Pesawat A 400 itu bisa angkat 2 tangki BBM dari Jakarta. Langsung mendarat di Palu. Kita bisa angkat excavator, alat berat, pindah dari (bandara) Halim. Karena sangat dibutuhkan dan berat. 

Telekomunikasi jalan, BBM oke, listrik oke. Ada beberapa pedagang jualan martabak terang bulan, mau beli tapi udah habis. Sampai tadi pagi bangun, “Udah ini yang belum kelihatan kita jalan kaki”. 

Eh tadi jalan kaki ada yang jualan donat, nasi kuning. Terus aku ke pasar. Ke Pasar Masomba, kalau gak salah, itu udah ramai, tadi beli pisang. Banyak teman-teman PLN yang dari pagi udah jalan, alhamdulillah masih sempat bawain pisang.

4. Waktu pertama kali ke sini apa yang dilihat?

Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli BencanaIDN Times/Uni Lubis

Devastated.  Hancur lebur. Ya sekarang aja masih belum senang kalau inget, masih sedih (suara Rini tercekat. Matanya berkaca). Saudara sendiri, bangsa sendiri menghadapi persoalan seperti ini. Kita bagaimana sebagai bangsa, saya menekankan terus BUMN harus bisa bersinergi bantu saudara kita, bisa cepat bangkit kembali. Jadi yang paling utama ketika saya datang bukan hanya soal PLN, Telkom atau BBM tapi juga bagaimana kita secepatnya mendirikan posko kesehatan, juga logistik dalam arti dapur umum.

Seperti Bank BNI bikin dapur umum di 3 titik di Parigi dan Palu. Menyalurkan setiap hari masing-masing 1.000 nasi bungkus, jadi di tiga titik sampai 3.000 bungkus. Kemudian PLN kerahkan teknisi yang banyak. Selain itu kita juga lihat air bersih, bagaimana menyediakan air bersih, dan di titik pengungsian ada MCK, kalau gak, ya jadi sulit kan? Kita bangun MCK. Kita juga pikirkan bagaimana membangun seperti di Lombok, bangun tempat hunian sementara supaya masyarakat yang terkena musibah jangan terlalu lama di tenda. Kita ada model standar untuk rumah sementara.

5. Ini seperti yang di Sembalun di Lombok ya, jadi pasti lebih layak dari tenda, ada privasinya juga buat keluarga. BUMN terlibat dari semua aspek di masa darurat? Sudah ada SOP atau lessons and learnt dari kejadian di Lombok dan Sulteng?

Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli BencanaIDN Times/Uni Lubis

Ya, lessons and learnt. Yang paling utama, sebenarnya kita sudah lakukan, kita betul-betul melihat BUMN bersinergi, bergerak bersama-sama kita bsia bantu saudara-saudara kita dalam waktu yang lebih cepat seperti di Lombok. Kemarin ini juga lessons and learnt seperti di Palu, Donggala dan Sigi. Karena Palu kota dan ini benar-benar menjadi gelap total. Dan betul-betul tidak ada sambungan telekomunikasi.

6. Situasinya seperti kasus Desember 2004, gempa dan tsunami di Aceh?

Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli BencanaIDN Times/Uni Lubis

Iya, gempa dan tsunami Aceh. Jadi betul-betul mati total. Sehingga kita menyadari semua itu tergantung aktivitas dari BUMN, kita harus lebih tanggap. Kita belajar betul dari Palu, Donggala dan Sigi. Ini saya bicara sama teman-teman BUMN, mari kita buat SOP, nanti ada tim yang betul-betul kuasai tanggap darurat. 

Timnya bisa kita kirim dengan apa, misal pesawat. Dan kita setuju kita bersinergi BUMN bersama-sama karena kita harus selalu bisa menyiapkan logistik, ada program BBM satu harga, bagaimana kita bisa menurunkan semen, misalnya. Akhirnya kita bersama-sama harus beli Airbus A400 karena bisa mendarat di runway yang pendek di bawah 1.000 meter dan tidak perlu harus aspal, bisa di landasan rumput. Dan bisa angkat BBM sampai 35 ton. Kita ada PLN, Telkom, Pertamina, juga punya Bulog yang bisa koordinasi semua.  Punya Kimia Farma, Indofarma, kebutuhan obat-obatan bisa kita kirim. Dan kita lihat, kita harus punya program tanggap darurat. Belum lagi BUMN karya-karya yang bisa membantu membangun rumah darurat.

Jadi Insya Allah saya bersyukur alhamdulillah kepada Allah SWT, dari kesusahan ini dapat pelajaran yang insyaallah,  kalau sampai, tentu semoga tidak ada lagi, tapi kalau terjadi lagi bencana di tempat lain kita lebih tanggap dan cepat.

7. Bagaimana dengan aktivitas ekonomi dan support perbankan? Jaringan ATM juga sudah mulai normal ya?

Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli BencanaIDN Times/Uni Lubis

Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BTN. Itu salah satu prioritas agar operasional.  Jadi Bapak Presiden terus menekankan kepada kami bahwa kami harus bisa bantu untuk aktivitas ekonomi, salah satunya perbankan agar masyarakat dengan mudah mengambil uangnya. Apalagi kemarin akhir bulan (gempa dan tsunami terjadi 27 September 2018, red), dan para pekerja berharap bisa menarik gajinya. Jadi yang paling cepat ATM juga. Waktu itu biar listrik masih belum semua, kita pasang genset di ATM agar masyarakat bisa mengambil uang. Sekarang semua insyaallah di banyak tempat sudah berfungsi penuh ATM-nya dan bank cabang kita bisa sudah aktif.

Terus terang kita karyawan masih ambil dari daerah lain karena karyawan kita masih urus keluarganya. Kimia Farma kita sudah buka tapi ambil karyawan dari Pulau Jawa karena memberikan kesempatan karyawan kita (di Sulteng) yang keluarganya kena musibah. Alhamdulillah sudah lebih baik dan berharap terutama milenial kalau ada, harus semangat nih.

8. Selama 3 kali ke Palu, Donggala, Sigi dan Parigi, saat interaksi ketemu warga, ada yang paling berkesan?

Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli BencanaIDN Times/Uni Lubis

Waktu pertama kali datang saya mendarat di Bandara Palu ada banyak masyarakat yang ingin pergi, masuk di bandara ribuan, waktu itu masih tidak tertata. Saya datangi mereka, mereka mengatakan ‘Ini gimana sudah 3 hari gak ada yang urus?’. Begini-begini, kita ingin ke Makassar karena ada keluarga. Akhirnya saya coba cari jalan dengan Pelni karena ke pelabuhan Pelindo IV sudah berfungsi jadi kami kontak-kontak dengan kaptennya. Di sana dan bisa ke sana. 

Jadi sebagian kita kirim lewat kapal ke Makassar. Paling terkesan waktu itu ada beberapa yang luka-luka, ada ibu-ibu di kursi roda menangis, ‘Saya sudah menunggu ini, bagaimana saya gak ada yang bantu? Kami pakai pesawat Pelita yang ATR dan ada pejabat koremnya. Yuk kita data yang sakit berapa dan langsung diberangkatkan. Alhamdulillah ada 38 langsung kita berangkatkan ke Balikpapan dan itu saya terenyuh betul. 

Dengan begitu saja kita bisa banyak membantu. Waktu ke pelabuhan ada ibu-ibu tergopoh-gopoh datang dari gunung.  “Kita gak punya makan di gunung, bagaimana kita gak punya makanan”.  Akhirnya BUMN bantu dengan bawa makanan beras dan macem-macem ke gunung. Karena banyak yang lari ke gunung dari yang di pantai. itu hari pertama yang paling berat.

9. IDN Times ini menargetkan generasi millennials dan gen Z . Tadi udah disinggung Millennials perlu peduli bencana. Apakah ini juga jadi momen di mana para millennials di BUMN juga bisa dilibatkan lebih banyak?

Wawancara Menteri Rini Soemarno: Millennials Perlu Peduli BencanaIDN Times/Uni Lubis

Oh iya kami sedang melakukan itu, program milenial BUMN. Kita bersama-sama manajemen harus lebih kenal milenial dan juga ajak milenial BUMN untuk peduli keadaan Indonesia, keadaan BUMN bagaimana BUMN bisa membantu. Di sini ada beberapa millennials yang ikut sebagai relawan alhamdulillah.

Tadi aku jalan-jalan, lho. Mbak Uni juga harusnya jalan-jalan. Saya jalan berdua sama Wianda, ada yang jual donat. Terus saya ngobrol ternyata emang banyak keluarga kembali ke Makassar dan Jawa. Donat di sini pakai gula tepung, saya beli. Saya jalan lagi, di situ ada bapak-bapak jual donat, saya gak beli, lihat aja, terus jalan. Saya lihat bapak-bapak beli donat, banyak sekali terus dia bilang donat ini lebih enak, ada campuran kentangnya. Wah kita langsung beli, benaran lebih enak (tertawa lepas).

Baca Juga: PMI Bangun Klinik Darurat di Donggala

Topik:

  • Dwi Agustiar
  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya