Epidemiolog: Long COVID-19 Lebih Banyak Dialami Wanita 

Gejala long COVID-19 bisa lebih dari 12 minggu

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan sampai saat ini belum ada jawaban pasti mengenai penyebab COVID-19 yang menjangkiti seseorang dengan jangka panjang atau disebut Long COVID-19.

Namun, ia beranggapan berdasarkan teori kemungkinan virus tersebut masih melekat pada seseorang yang telah terinfeksi COVID-19 meskipun sudah dinyatakan pulih. 

"Kemungkinan bahwa virus ini masih ada di dalam tubuh setelah dia terinfeksi dan pulih. Ini ada hipotesa bahwa virus ini dorman. Dorman itu menetap dan dalam fase suatu saat dia akan bisa aktif kembali, seperti cacar air," ujar Dicky kepada IDN Times, Kamis (5/8/2021).

Namun, untuk memastikannya ia mengatakan perlu menunggu beberapa riset yang mengkaji terkait Long COVID-19. 

Baca Juga: Ini Persyaratan Pasien Positif COVID-19 yang Dirawat di Rumah Oksigen

1. Gejala COVID-19 yang masih berlangsung setelah lebih dari 12 minggu

Epidemiolog: Long COVID-19 Lebih Banyak Dialami Wanita Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman (dok. Dicky Budiman)

Dicky mendefinisikan Long COVID-19 sebagai gejala yang terus ada dan menghinggapi penderita virus corona dengan jangka waktu lebih dari 12 minggu setelah terinfeksi. 

Ia juga menyebutkan gejala yang dimaksud seperti berupa gampang lelah, napas pendek, jantung berdebar, nyeri dada, konsentrasi sulit, tetap merasakan perubahan pengecap, perasa ataupun bau serta nyeri sendiri yang tercatat paling dominan.

Artinya, Dicky mengatakan, jika gejala tersebut masih dirasakan saat terinfeksi COVID-19 selama lebih dari 12 minggu atau lebih dari tiga bulan, orang tersebut dapat dikatakan menderita Long COVID-19.

2. Long COVID-19 lebih sering ditemukan pada wanita

Epidemiolog: Long COVID-19 Lebih Banyak Dialami Wanita Ilustrasi Emansipasi Wanita (IDN Times/Mardya Shakti)

Mengacu pada data global, Dicky mengatakan, fenomena Long COVID-19 umumnya terjadi seiring usia, dan lebih sering dialami  orang yang memiliki sakit parah hingga harus masuk ICU yang nyatanya juga Long COVID-19 banyak ditemukan pada wanita.

"Kasus Long COVID-19 lebih meningkat atau sering terjadi umumnya seiring usia, semakin lanjut usia, ya makin besar terjadi Long COVID-19, dan juga pada wanita lebih banyak ditemukan," kata dia.

Tetapi, Dicky menerangkan tak menutup kemungkinan Long COVID-19 terjadi pada usia 20-an hingga anak-anak.

"Inggris memiliki data sekitar satu sampai dua persen pasien Long COVID-19 ini usia 20-an, dibandingkan usia yang 50-an itu lima persen, tetapi satu sampai dua persen pada usia 20-an itu besar sekali, banyak," kata dia.

"Untuk anak-anak lebih sedikit atau cenderung lebih kecil kemungkinannya mengalami Long COVID-19, walaupun ada sebagian tetapi jauh lebih kecil, dan anak-anak biasanya paling lama menderita gejalanya gak lebih dari delapan minggu," lanjut COVID-19. 

3. Vaksinasi jadi salah satu pencegahan Long COVID-19

Epidemiolog: Long COVID-19 Lebih Banyak Dialami Wanita Vaksinasi di Balaikota DKI Jakarta, Rabu (5/5/2021). (IDN Times/Herka Yanis).

Karena Long COVID-19 juga terjadi pada usia produktif, Dicky mengatakan, vaksinasi dapat menjadi salah satu pencegahan terjadinya Long COVID-19. Menurutnya jika tidak ada pencegahan, akan ada potensi lebih banyak penderita Long COVID-19 pada usia dewasa muda.

"Vaksinasi, pola hidup untuk pencegahan juga menjadi penting, 5M ini diterapkan, karena prinsipnya adalah lebih baik mencegah daripada terinfeksi COVID-19," ujar Dicky.

Baca Juga: Tak Kunjung Sembuh, Gubernur Aceh Diduga Alami Long COVID-19

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya