Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Melonguane, Tidak Berpotensi Tsunami

Mekanisme sumbernya thrust fault

Jakarta, IDN Times - Gempa berkekuatan Magnitudo 5,3 mengguncang wilayah Melonguane, Sulawesi Utara (Sulut) pada Rabu (21/7/2021) dini hari pukul 03.26 WIB. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), gempa terjadi akibat aktivitas subduksi lempeng.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalam hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat aktivitas subduksi lempeng Laut Filipina," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono kepada IDN Times, Rabu (21/7/2021).

Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 5,60 derajat Lintang Selatan (LS), 126,74 derajat Bujur Timur (BT), atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 178 km arah Timur Laut Kota Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara pada kedalaman 95 km.

Baca Juga: Mengenal Sesar Kendeng, Patahan yang Pernah Picu Gempa di Surabaya

1. Gempa memiliki mekanisme thrust fault

Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Melonguane, Tidak Berpotensi TsunamiIlustrasi Seismogram (IDN Times/Arief Rahmat)

Daryono mengatakan berdasarkan analisis mekanisme sumber, gempa di wilayah Melonguane, Sulut ini memiliki mekanisme pergerakan naik atau sering dikenal dengan thrust fault.

Namun, Daryono juga menambahkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Ia juga menambahkan, dari hasil monitoring BMKG hingga hari ini Rabu (21/7/2021) pukul 03.50 WIB belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).

2. Belum ada laporan dampak kerusakan

Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Melonguane, Tidak Berpotensi Tsunami(Ilustrasi dampak gempa) ANTARA FOTO/Izaac Mulyawan

Berdasarkan peta guncangan (shakemap), Daryono menyebut bahwa gempa berpotensi dirasakan di daerah Melonguane dengan skala II-III MMI, dimana getaran gempa bumi tersebut dirasakan nyata di dalam rumah dan terasa seakan truk berlalu.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," ujar Daryono.

Baca Juga: [BREAKING] Gempa Magnitudo 7,1 Sulut Terasa hingga Manado dan Gorontalo

3. Gempa akibat aktivitas sesar naik selalu mengakibatkan kerusakan berat

Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Melonguane, Tidak Berpotensi TsunamiANTARA FOTO/Idhad Zakaria

Di Indonesia sendiri, sudah beberapa kali terjadi gempa akibat aktivitas sesar naik. Menurut ahli geologi Universitas Gadjah Mada, Rovicky Dwi Putrohari dalam majalah Suara GEA edisi 2011, gempa bumi M 5,2 yang mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006 disebabkan oleh aktivitas fault thrust di Sesar Opak yang berada di pesisir selatan.

Sesar naik pun turut memicu gempa berkekuatan 6,4 M di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Juli 2018 silam. Meski gempa sesar naik selalu identik dengan gempa yang berpusat di darat, kerusakan yang ditimbulkan selalu tergolong berat.

Baca Juga: Prediksi Gempa Bumi, BMKG Lakukan Kajian Prekursor

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya