PPKM Darurat Tak Ubah Kualitas Udara di Jabodetabek, Kenapa Ya?

Padahal mobilitas kendaraan sudah berkurang lho!

Jakarta, IDN Times - Co-Founder dan Chief Growth Officer NAFAS, Piotr Jakubowski mengatakan, pihaknya memperkirakan dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak awal Juli 2021 akan menurunkan kategori kualitas udara 'tidak sehat' dan peningkatan kategori ''moderate', namun yang terjadi justru sebaliknya. 

"Dengan dilakukannya pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat, kami memperkirakan akan terjadi penurunan dalam kategori 'Tidak sehat' dan 'Tidak sehat untuk kelompok sensitif (UHSG)', sekaligus peningkatan dalam kategori ''Moderate', ternyata yang terjadi malah sebaliknya," ujar Piotr melalui keterangan tertulis, Senin (9/8/2021).

Hal itu ia perkirakan karena melihat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 2020, yang membuat langit di wilayah Jakarta beberapa kali tampak membiru. 

Baca Juga: Kualitas Udara di Jakarta Kembali Memburuk?

1. Transportasi bukan satu-satunya sumber polusi udara

PPKM Darurat Tak Ubah Kualitas Udara di Jabodetabek, Kenapa Ya?IDN Times/Gregorius Aryo Damar P

Pemandangan langit yang tampak membiru, menurut Piotr, bisa terjadi karena penggunaan transportasi yang menurun. Bahkan, sebanyak 84 persen negara di seluruh dunia, pembatasan aktivitas telah membawa dampak dalam meningkatkan kualitas udara.

Namun, Piotr mengatakan, transportasi tidak menjadi satu-satunya sumber dari polusi udara, tetapi terdapat beberapa faktor lainnya.

"Di masa lalu, laporan yang diterbitkan kerap menyoroti bahwa sebagian besar polusi udara Jakarta disebabkan oleh transportasi. Ya Jabodetabek memang memiliki jumlah mobil, truk, dan sepeda motor yang sangat banyak, tetapi banyak dari kendaraan tersebut tidak ada di jalanan selama masa PPKM," kata dia.

Ia menjelaskan faktor tersebut adalah energi (pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas), industri (pabrik dan manufaktur), pembakaran limbah industri, industri ilegal, pembakaran sampah pinggir jalan, dan pembakaran lahan pertanian. 

2. Kurang hujan dan angin juga memengaruhi kualitas udara

PPKM Darurat Tak Ubah Kualitas Udara di Jabodetabek, Kenapa Ya?Ilustrasi hujan (IDN Times/Besse Fadhilah)

Pada musim kemarau saat ini, Piotr mengatakan, sedikitnya hujan dan angin menjadi faktor lainnya, karena hujan, angin, kekuatan angin, dan arah angin turut membawa dan memindahkan polusi dari satu ke tempat lainnya.

"Sejak Mei, jumlah hari dengan cuaca hujan telah berkurang secara signifikan, dan hal tersebut membuat polusi udara yang dihasilkan di wilayah Jabodetabek tidak ke mana-mana," kata dia.

3. Tingginya aktivitas pembakaran sampah

PPKM Darurat Tak Ubah Kualitas Udara di Jabodetabek, Kenapa Ya?IIustrasi sampah (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Selain itu, tingginya aktivitas pembakaran sampah juga berperan besar dalam pencemaran udara di Jabodetabek. Menurut Piotr, pembakaran sampah yang masih terdapat di beberapa daerah terjadi karena kurangnya sumber daya pengelolaan sampah, utamanya plastik dan elemen lain yang dapat menghasilkan asap yang sangat beracun.

"Sebagian besar pembakaran sampah di Jabodetabek terjadi di tengah malam saat asap tidak terlihat, dan menyebabkan kualitas udara Jakarta menjadi yang terburuk antara pukul 8 malam hingga 9 pagi. Berolahraga antara jam 4 sampai jam 9 pagi sebenarnya bisa tidak menyehatkan karena alasan tersebut," ujar Piotr. 

Baca Juga: Pencemaran Udara Jakarta Lebihi Ambang WHO, Kesehatan Warga Terancam!

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya