5 Hal Ini Menjelaskan Mengapa Banyak WNI Bergabung Dengan Kelompok Teroris

Untuk gagah tidak harus jadi teroris

 

Jakarta, IDN Times- Direktur Eksekutif Pusat Studi Timur Tengah dan Perdamaian Global (PSTPG) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Badrus Sholeh, membeberkan lima alasan mengapa banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang ingin bergabung dengan kelompok radikalisme.

“Sebenarnya ada banyak hal ya. Kami (PTSGP) juga melihat beberapa alasan yang selama ini dinafikan oleh (peneliti) Barat,” katanya kepada IDN Times melalui sambungan telepon, Sabtu (9/12) malam.

Perbedaan Madzhab

Alasan yang mendasari Warga Negara Indonesia (WNI) untuk bergabung dengan kelompok teroris adalah perbedaan corak keagamaan. Hal ini pula yang menjadikan WNI mudah untuk diprovokasi.

“Pertama ini adalah alasan murni seorang WNI (bergabung dengan teroris) karena ingin membantu Muslim di Suriah. Pada konteks ini adalah Muslim Sunni, karena mereka melihat rezim Bashar Al Assad yang Syiah melakukan penindasan terhadap Sunni di Suriah,” ungkapnya.

Baca juga: Ada Lambang ISIS di Rumah Terduga Teroris Ampel

5 Hal Ini Menjelaskan Mengapa Banyak WNI Bergabung Dengan Kelompok Terorisparstoday.com

Intepretasi agama

Paham agama yang tidak tuntas, tambah Badrus, menjadi faktor penyebab maraknya WNI rela menghabiskan nyawanya bersama kelompok fundamentalis.

“Banyak orang ke sana karena intepretasi agama. Misalnya, ada hadis yang mengatakan bagi siapa saja yang berjihad bisa memberi syafaat kepada 40 keluargnya. Begitupun dengan janji bidadari Surga bagi mereka yang meninggal di medan perang. Belum lagi (kisah) Suriah yang diyakini sebagai tempat turunnya Imam Mahdi. Nah hadis-hadis seperti itu tidak bisa dipahami secara maknanya saja,” tambah pria yang menuntaskan studi doktoralnya di Deakin University, Australia.

Motif ekonomi

Menurut Badrus, motif ketiga inilah yang sering diabaikan oleh banyak kalangan. Berdasarkan temuan PTSPG di lapangan, para jihadis rupanya mendapatkan gaji yang tinggi untuk setiap bulannya dan jaminan kesejahteraan bagi seluruh keluarganya.

“Yang Ketiga adalah motif ekonomi. Pada tahun 2014-2015, para jihadis dijanjikan Rp20 juta setiap bulannya. Bahkan, kalau mereka punya lima anak, seluruh anaknya mendapatkan bagian. Terus, kalau ayahnya meninggal di tempat jihad, anaknya akan diberi beasiswa di sekolah-sekolah tertentu. Faktor inilah yang gagal dilihat Barat, karena mereka melihat figur Osama bin Laden yang memang sudah mapan,” bebernya.

5 Hal Ini Menjelaskan Mengapa Banyak WNI Bergabung Dengan Kelompok Terorissbs.com.au

Remaja yang ingin tampil gagah

Selain generasi yang telah berkeluarga, remaja juga menjadi sasaran rekrutmen kelompok jihadis. Dorongan internal yang bersifat psikologis kerap memberikan spirit kepada mereka agar terjun ke medan perang

“Dalam studi psikologi, anak muda yang bergabung dengan kelompok terorisme karena mereka ingin tampil gagah dengan M16, agar tampil macho. Itu jadi motivasi tersendiri bagi anak muda. Khususnya bagi anak muda yang memiliki jiwa petualang dan maskulin,” tutur pria yang menjalani kesehariannya sebagai dosen Hubungan Internasional, UIN Jakarta.

Mudah terpengaruh oleh ajakan jihad di dunia maya

Faktor berikutnya adalah bagian dari kemajuan teknologi dan informasi. Perkara ini pula yang menjadikan banyak kalangan mendapati ilmunya dari dunia maya ketimbang langsung bertatap muka secara langsung dengan guru-guruya.

“Sangat kuat pengaruhnya (dari dunia maya). Banyak yang belajar secara digital, blogging, dan internet. Seperti di Solo, ada santri yang lebih suka mengkaji dari internet dibanding mendengar ceramah ustadnya tentang jihad. Ini kan berarti cukup kuat pengaruh secara digital, apalagi kalau itu disuarakan oleh ustad-ustad (yang memiliki kecenderungan radikal),” pangkasnya.

Baca juga: Terduga Teroris Ampel Pernah ke Suriah

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya