5 Ungkapan Nyentrik Rocky Gerung Kritik Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Mata Najwa edisi satu tahun pemerintahan Jokowi-Ma’ruf mengundang sederet politisi hingga pakar, mulai dari Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera, Tenaga Ahli Utama KSP Dany Amirul Ichdan, pakar hukum tata negara Feri Amsarih, hingga pengamat demokrasi Rocky Gerung.
Bukan Rocky namanya kalau tidak mengeluarkan pernyataan satir. Nah, berikut IDN Times himpun lima ungkapan nyentrik Rocky dalam Mata Najwa yang ditayangkan pada Rabu (21/10/2020).
1. Rapor pemerintahan Jokowi-Ma'ruf A minus
Di awal sesi, pembawa acara Najwa Shihab bertanya seputar penilaian Rocky terhadap satu tahun kinerja pemerintah. Lantas, apa tanggapan Rocky?
“Skornya A minus. A buat kebohongan, minus untuk kejujuran,” kata dia.
Baca Juga: UU Ciptaker Jadi 1.187 Halaman, Mensesneg: Substansi Tidak Berubah
2. Sejak awal DPR dan pemerintah 'merasa' beleid Cipta Kerja cacat prosedur
Rocky mengatakan, seandainya pemerintah dan DPR merasa bahwa beleid ini sudah sesuai prosedur pembuatan perundang-undangan, maka mereka seharusnya mencegah masyarakat sipil untuk menggugatnya di Mahkamah Konstitusi (MK).
“Ini (malah disuruh) diajukan, kan ada prosedurnya. Loh itu tanda kalau prosedur cacat dari awal. Kalau Anda yakin itu bersih, maka tidak akan sampai ke Mahkamah Konstitusi,” jelasnya.
3. Harus berbicara dengan pohon, serangga, dan mamalia di hutan
Editor’s picks
Pernyataan yang tidak kalah nyentrik adalah pemerintah dan DPR tidak “mengajak bicara” pohon, serangga, mamalia hingga masyarakat adat yang akan terdampak Omnibus Law.
“Apakah 20 ribu jenis pohon di Papua diajak bicara? 150 serangga di Papua diajak bicara? 200 mamalia di Papua diajak bicara? 500 masyarakat adat dengan 500 bahasa di Papua diajak bicara? Dia adalah pengantin yang akan terdampak undang-undang ini. Siapa legal standing-nya? LSM, society, undang-undang ini by pass itu,” tutur Rocky.
4. Hanya menanggapi pikiran bukan bunyi-bunyian
Turut hadir sebagai perwakilan koalisi pemerintah adalah politikus NasDem, Irma Suryani Chaniago. Dia menyampaikan, hambatan utama pemerintahan adalah perbedaan visi antara presiden dengan kepala daerah atau gubernur. Oleh sebab itu, dia menyarankan supaya kepala daerah dipilih oleh presiden.
Rocky berkelakar bahwa dia hanya akan menanggapi pikiran, bukan bunyi-bunyian. Setelah dikonfirmasi ulang oleh Najwa, Rocky menegaskan bahwa ungkapan Irma adalah omong kosong belaka.
“Iya pikirannya saja gak ada, apa yang mau ditanggapi?” tanya Rocky yang ditanggapi dengan nada tinggi oleh Irma.
5. Omnibus Law akan ditulis di atas kertas toilet
Pada kesempatan terakhir, Rocky mengatakan bahwa semua orang di dunia menilai undang-undang ini berbahaya bagi lingkungan dan demokrasi. Adapun dukungan dari Bank Dunia dianggap tidak bisa jadi ukuran karena kepentingan mereka adalah mencari proyek dari sistem liberalisme.
Kesimpulan Rocky, beleid ini merupakan pesanan dari sekelompok orang yang memiliki uang. Pemerintah tidak berbuat banyak karena mereka sudah diijon terlebih dahulu. Sehingga, tidak heran kalau jumlah halamannya terus berubah.
“Karena itu keresahan publik mana yang resmi, pindah-pindah paper, pindah-pindah font. Format terakhir akan ditulis di atas kertas toilet,” tuturnya.
Baca Juga: Soal UU Cipta Kerja, Menaker: Jokowi Tak Cari Aman Justru Ambil Risiko