Alasan Tsamara Pilih PSI yang Dianggap Tak Punya Masa Depan

Tsamara tidak ingin jadi polusi DPR

Jakarta, IDN Times - Nama Tsamara Amany Alatas belakangan mencuat sebagai politikus muda yang berani mengkritik dinamika politik Indonesia. Tentu tanggapan masyarakat berbeda-beda. Tidak sedikit yang menganggap remeh perempuan 22 tahun itu, lantaran dianggap minim pengalaman politik.

Tapi, banyak juga yang menaruh harapan dengan menilainya sebagai salah satu rising star politikus di Tanah Air.

Dalam sebuah diskusi bertemakan "From Vlogs to Votes" yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia, Tsamara mendapat pertanyaan dari seorang tamu undangan.

"Mengapa Anda memilih Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Padahal Anda muda, keren, pintar. Saya yakin apapun partainya, tinggal merem orang pasti pilih Anda. Tapi kenapa Anda memilih partai yang masa depannya suram?" tanya tamu tersebut. Sontak pertanyaan itu disambut gelak tawa sekitar 100 tamu undangan yang hadir.

Lalu apa jawab Tsamara?

"Buat saya, di usia yang masih muda, berpolitik bukan hanya menjadi anggota dewan. Tapi, apa yang bisa saya lakukan sebagai anggota dewan (bila terpilih),” jawab perempuan yang menjabat sebagai Ketua DPP PSI di Multivision Tower, Jakarta, Selasa (29/1).

Baca Juga: 5 Hal Mengenai Tsamara Amany, Politisi Muda Panutan Kaum Millennials

1. Tsamara tidak ingin mendapat ganjalan nurani

Alasan Tsamara Pilih PSI yang Dianggap Tak Punya Masa DepanIDN Times/Vanny El Rahman

Lebih jauh, alasan Tsamara memilih PSI sebagai wadah candradimukanya, karena ia khawatir mendapatkan ganjalan nurani. Hal itu akan selalu muncul apabila cita-cita yang diusung tidak sesuai dengan visi-misi partai.

"Ketika partai lain sudah mulai kampanye, kami masih mengurus proses verifikasi. Tapi yang saya pertanyakan kalau bergabung di partai besar, apakah yang selama ini saya yakini sudah sesuai dengan partai-partai tersebut?” ujarnya.

Alumni Universitas Paramadina itu menjelaskan, kendati seluruh partai politik di Indonesia mengusung semangat nasionalisme, realita di Senayan sering menunjukkan hal berbeda.

"Ada partai nasionalis yang lima besar (perolehan suaranya), tapi dukung hak angket KPK atau memasukkan korupsi dalam RKUHP. Memang satu fraksi pasti mendapat hambatan di DPR sana, tapi paling tidak saya tidak mendapat ganjalan nurani,” jelas dia.

2 .Tsamara tidak ingin menjadi polusi DPR

Alasan Tsamara Pilih PSI yang Dianggap Tak Punya Masa DepanIDN Times/Vanny El Rahman

Berdasarkan laporan Indonesia Millenial Report (IMR) 2019 yang dikeluarkan oleh IDN Research Institute, PSI menempati peringkat empat terbawah partai yang dikenal oleh generasi muda, dengan perolehan suara 0,8 persen.

Kendati demikian, Tsamara lebih khawatir kehilangan integritas daripada tidak masuk parlemen. “Saya bisa saja pilih parpol lain, yang segmentasinya jelas dan sudah punya basis massa. Tapi buat saya, lebih baik tidak terpilih di parlemen tapi masih punya integritas, daripada nambah polusi di DPR," dia menjelaskan dengan semangat.

3. Tsamara ingin menjaga harapan generasi millennial

Alasan Tsamara Pilih PSI yang Dianggap Tak Punya Masa DepanIDN Times/Vanny El Rahman

Saat ini, Tsamara siap memperebutkan jatah legislatif untuk daerah pemilihan DKI Jakarta II meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Luar Negeri. Ia juga harus bersaing dengan deretan nama besar, seperti Hidayat Nur Wahid dan Liliana Tanaja. Inilah yang disebut-sebut sebagai "Dapil Neraka".

Berjuang bersama PSI, bagi Tsamara, adalah membawa harapan generasi muda. “Saya pilih PSI karena sesuai dengan nurani saya. Buat apa lolos parlemen kalau partai saya mencalonkan mantan narapidana korupsi, wah Tsamara dukung hak angket KPK. Nanti kalian semua pasti akan kehilangan harapan terhadap anak muda. Karena sama-sama omdonya,” tutur Tsamara.

4. Membawa perlawanan anti korupsi

Alasan Tsamara Pilih PSI yang Dianggap Tak Punya Masa DepanIDN Times/Gregorius Aryo Damar

Cita-cita besar Tsamara adalah menggalakkan pemberantasan korupsi. Harapan tersebut diupayakan melalui semangat transparansi yang kerap digaungkan oleh Ketua PSI Grace Natalie.

Selaras dengan IMR 2019, ternyata millennial lebih memilih politikus yang mengutarakan semangat anti korupsi. Hal itu bisa terlihat jelas di setiap selebaran kampanye milik Tsamara. Dua kata yang selalu hadir adalah “Lawan Korupsi”.

Baca Juga: Maju Pileg 2019, Tsamara Amany: Waktu Tidur pun Kepikiran Dapil

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Sunariyah
  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya