Dapat Info Terjadi Gempa-Tsunami? Pakar: Pastikan Dulu 4 Hal Ini

Kalau satu saja tidak ada, maka info itu tidak benar

Jakarta, IDN Times- Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, meminta masyarakat untuk memastikan empat hal ketika menerima informasi seputar ancaman gempa dan tsunami.
 
Empat hal itu adalah lokasi terjadinya gempa, besarnya magnitudo gempa, mekanisme gempa, data geologi, dan periodisasi gempa. Jika tidak memuat empat hal itu, Irwan memastikan informasi yang beredar adalah kabar bohong atau tidak bersumber dari institusi yang berwenang.
 
“Kalau gak ada (empat hal), itu gak tuntas. Lupakan itu,” kata Irwan dalam webinar bertajuk Methrust: Fiksi atau Potensi yang diselenggarakan oleh Sekolah Relawan, Rabu (21/10/2020).

1. Informasi yang tidak tuntas bisa jadi masih pembahasan para ahli

Dapat Info Terjadi Gempa-Tsunami? Pakar: Pastikan Dulu 4 Hal IniTangkapan layar webinar Sekolah Relawan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Irwan yang juga pakar gempa bumi dan geodesi itu melanjutkan, apabila informasi yang beredar di masyarakat masih menggunakan istilah-istilah ilmiah tanpa saran seputar langkah-langkah mitigasi, ia memastikan informasi itu masih dibahas oleh para ahli.
 
Sebab, institusi yang berwenang, seperti Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tidak akan memberikan informasi yang justru membingungkan masyarakat.
 
“Potensi gempa harus ada empat hal itu, jika tidak (ada salah satu) maka itu hanya urusannya pakar,” tambahnya.

Baca Juga: BMKG: Ada 380 Gempa Susulan Setelah Gempa M5.5 Menggoyang Sumba 

2. Apa sih penjelasan lebih rinci dari empat hal itu?

Dapat Info Terjadi Gempa-Tsunami? Pakar: Pastikan Dulu 4 Hal IniIlustrasi Gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Lokasi terjadinya gempa memuat seputar area titik koordinat dan lokasi yang terdampak gempa.
 
Begitu pula dengan magnitudonya, angka yang disebarkan melalui informasi berantai dipastikan skenario terburuk dengan probabilitas rendah.
 
“Jadi kalau informasinya kekuatan gempa 8 magnitudo, itu adalah worst case untuk mitigasi, tapi peluangnya sangat kecil,” ungkapnya.
 
Adapun mekanisme gempa menyebut soal apakah gempa terjadi sesar mendatar atau sesar naik.
 
Kemudian, periodisasi membahas seputar prediksi kapan terjadinya gempa, bisa juga dimasukkan riwayat gempa sebelumnya.

3. Data yang terkumpul harus menjadi peta gempa

Dapat Info Terjadi Gempa-Tsunami? Pakar: Pastikan Dulu 4 Hal IniTangkapan layar ilustrasi peta gempa (www.litbang.pu.go.id)

Terakhir, empat hal itu harus diolah menjadi peta gempa, yang tanpanya pemerintah sekalipun tidak akan bisa memutuskan langkah mitigasi apa yang akan diambil.
 
“Harus jadi produk akhir, jadi peta gempa, (yang memuat) potensi gencangan di satu wilayah, baru menjadi bahan pengambil kebijakan,” katanya.  

Baca Juga: Aktivitas Gempa di Mentawai Meningkat, Masyarakat Diimbau Waspada!

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya