Gus Yahya: Saatnya Indonesia Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel

Supaya Indonesia bisa menjangkau Israel dan Palestina

Jakarta, IDN Times - Mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid, Yahya Chalil Tsaquf, menyampaikan bahwa sudah saatnya Indonesia memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Dengan begitu, Indonesia bisa terlibat lebih aktif untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina yang tak berkesudahan.

“Supaya bisa menjangkau dua pihak, supaya ada kesempatan untuk mengupayakan jalan keluar. Kalau tidak punya hubungan diplomatik resmi, Indonesia tidak bisa terlibat banyak dalam upaya damai,” kata Yahya saat dihubungi IDN Times.

1. Gus Dur pernah berwacana membuka hubungan diplomatik dengan Israel

Gus Yahya: Saatnya Indonesia Buka Hubungan Diplomatik dengan IsraelGus Dur. nu.or.id

Wacana untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sempat disuarakan oleh Presiden Gus Dur, sapaan hangat Abdurrahman Wahid. Hanya saja, rencana itu ditentang oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, termasuk penolakan dari kelompok Nahdlatul Ulama (NU).

“Wah ramai waktu itu, banyak yang protes, bahkan banyak yang menuduh Gus Dur Yahudi,” terang sosok yang karib disapa Gus Yahya ini.

Dia menambahkan, “tapi banyak juga yang dukung karena kita tidak boleh membiarkan persoalan ini terus menerus. Kalau gak ada pihak international yang aktif mencari jalan keluar, akhirnya yang terjadi adalah inisiatif Israel yang sepihak dan didasarkan pada kekuatan.”

Lebih lanjut, kata Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, hari ini sudah banyak negara yang diam-diam menjalin hubungan diplomatik dengan Israel meski mereka tetap mengecam segala rencana aneksasinya.

2. Melihat konflik Israel-Palestina secara menyeluruh

Gus Yahya: Saatnya Indonesia Buka Hubungan Diplomatik dengan IsraelKatib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf melambaikan tangan sebelum mengikuti proses pelantikan sebagai anggota Wantimpres oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Kamis (31/5/2018). Yahya Cholil Staquf diangkat menjadi anggota Wantimpres untuk menggantikan almarhum KH Hasyim Muzadi yang wafat. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Menurut Gus Yahya, Indonesia harus bijak dalam menyikapi konflik Israel-Palestina. Sebab, ada dua sudut pandang dalam menyikapi konflik tersebut, yaitu pandangan yang menganggap Israel-Palestina sebagai konflik perbatasan atau konflik agama Islam.

“Kalau ada yang mengatakan itu pure konflik perbatasan, gak sepenuhnya benar. Karena di kalangan Yahudi juga ada artikulasi-artikulasi yang menggunakan dalih agama, yang tidak kondusif bagi perdamaian,” terang dia.

Atas dasar itulah Gus Dur pada 2002 sempat mengatakan untuk mengajak tokoh agama dalam menuntaskan konflik Israel-Palestina.

“Harus jujur dalam melihat masalahnya, jangan seolah-olah tidak mengakui bahwa ada faktor agama dalam hal ini. Makanya Gus Dur pernah bilang tambahkan satu elemen lagi, yaitu agama. Para pemimpin agama harus dilibatkan lebih substansial,” terangnya.

3. Menyampingkan klaim-klaim di masa lalu

Gus Yahya: Saatnya Indonesia Buka Hubungan Diplomatik dengan IsraelInstagram/amarselan

Terakhir, untuk menemukan titik tengah pada konflik ini, kedua belah pihak harus menyampingkan klaim-klaim masa lalu. Misalnya, Yahudi selalu mengklaim bahwa Israel merupakan tanah warisan para leluhurnya. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya makam-makam kuno Yahudi.

Sementara, umat Islam merasa memiliki tanah Palestina karena keberadaan Masjid Al-Aqsa yang merupakan kiblat pertama dalam sejarah Islam.

“Ini yang membuat sulit ketemu jalan keluarnya, karena orang mempolitisir agama, mempolitisir sejarah. Kalau bicara soal sejarah, mau ditarik sampai kapan? Sampai zaman apa? Yang harus diperhatikan adalah bagaimana ke depannya hubungan Israel-Palestina ini,” tutup dia.

Baca Juga: Menlu Retno: Mendiamkan Israel Berarti Mendukung Penjajahan Palestina

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya