Harga Sampah Bekas Terus Merosot Imbas COVID-19, Pemulung Mengeluh

#NormalBaru dan #HidupdenganCorona

Jakarta, IDN Times - Krisis ekonomi yang disebabkan pandemik virus corona atau COVID-19 berimbas kepada harga sampah bekas yang terus merosot. Praktis, hal ini merugikan pemulung dan pengepul yang hidup dari sampah-sampah bekas.

“Sejak November 2019 hingga wabah COVID-19, Mei 2020, harga-harga pungutan sampah terjun bebas. Bahkan sejumlah barang tidak laku dijual,” kata Ketua Koalisi Persampahan Nasional Bagong Suyoto, kepada IDN Times, Rabu (27/5).

1. Berkurang hingga setengah harga lebih

Harga Sampah Bekas Terus Merosot Imbas COVID-19, Pemulung MengeluhIDN Times/Muhammad Athif

Untuk sampah gabrukan atau campuran, pada kondisi normal, harganya sekitar Rp1.200 per kg. Tapi imbas pandemik virus corona, harganya turun hingga Rp500 per kg.

Salah satu penyebab penurunan harga adalah banyaknya pabrik yang tutup, sehingga botol-botol plastik bekas hanya menumpuk, lantaran tidak bisa didaur ulang.

Berikut pengurangan harga sampah bekas akibat COVID-19:

  • Plastik ember: Dari Rp2.500 per kg menjadi Rp700 per kg
  • Plastik mainan: Dari Rp4.500 per kg menjadi Rp2.500 per kg
  • Logam: Dari Rp2.000 per kg menjadi Rp1.200 per kg
  • Besi: Dari Rp3.000 per kg menjadi Rp1.500 per kg
  • Alumunium: Dari Rp14.000 per kg menjadi Rp5.000 per kg.

Baca Juga: Nasib Pemulung di Tengah Pandemik, Pemerintah Anggap Sebelah Mata

2. Pendapatan para pemulung berkurang hingga 60 persen

Harga Sampah Bekas Terus Merosot Imbas COVID-19, Pemulung MengeluhIDN Times/Muhammad Athif

Bagong yang juga Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI) mengatakan, pendapatan para pemulung yang sehari-hari bekerja di TPST Bantargebang, juga merosot drastis hingga 60 persen.

“Pada saat normal, pemulung mampu memperoleh penghasilan Rp75 ribu sampai Rp100 ribu per hari. Bahkan, ada yang bisa meraih Rp120 ribu kalau bekerja siang-malam. Sekarang penghasilan pemulung rata-rata Rp400 ribu hingga Rp800 ribu per bulan,” kata dia.

3. Para pemulung menuntut bantuan dari pemerintah

Harga Sampah Bekas Terus Merosot Imbas COVID-19, Pemulung MengeluhPartono, pemulung di Depok yang belum beroleh bantuan pemerintah (IDN Times/Rohman Wibowo)

Di tengah himpitan ekonomi dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), para pemulung tidak bisa pulang kampung. Satu-satunya jalan untuk menyambung hidup adalah berharap bantuan dari pemerintah.

“Satu-satunnya harapan adalah pemerintah pusat. Bansos sebaiknya disalurkan langsung ke gubuk-gubuk pemulung, bekerja sama dengan tokoh-tokoh pemulung. Karena ada yang sudah menerima bansos tapi jumlahnya dikurangi,” ujar Bagong.

“Oleh karena itu, mereka ingin sekali menikmati bantuan sembako langsung dari Presiden Jokowi. Mereka berharap presiden masih memperhatikan nasib pemulung,” Bagong menambahkan.

Baca Juga: H-2 Lebaran, 3.000 Pemulung di Bantargebang Bekasi Belum Terima Bansos

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya