Masjid Baiturrahman, Masjid dengan Perahu Besar dan Emas 24 Karat

Masjid unik di tengah Ibu Kota, yuk wisata ke sana

Jakarta, IDN Times- Berlokasi di Jalan Casablanca RT 3/RW 5 Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, terdapat masjid dengan arsitektur unik. Perahu besar menjadi daya tarik tempat ibadah yang memiliki nama lengkap Masjid Agung Al-Munada Baiturrahman itu. Masyarakat akrab menyebutnya sebagai ‘Masjid Perahu’.

 

Masjid Baiturrahman ini tepat berada di belakang Apartemen Casablanca. Akses menuju rumah ibadah ini cukup sulit, hanya bisa dijangkau dengan motor atau berjalan kaki. Bahkan, jalan menuju masjid dengan luas 1500 meter ini tidak bisa dilewati oleh dua motor secara bersamaan.

 

Meski begitu, masjid ini tetap tidak kehilangan daya tariknya. Selain perahu besar, masjid ini juga memiliki Alquran raksasa serta emas 24 karat yang terletak di atas kubahnya.

 

Lantas, bagaimana sejarah masjid ini dibangun? Kemudian, apakah makna di balik perahu, Alquran raksasa, dan emas di atas kubahnya? Yuk cari tahu!

1. Masjid Perahu berdiri sejak 1963

Masjid Baiturrahman, Masjid dengan Perahu Besar dan Emas 24 KaratIDN Times/Vanny El Rahman

Rabu (30/5) Siang, bertepatan dengan waktu zuhur, IDN Times mengunjungi masjid ini. Dari jalan besar diperlukan waktu sekitar 10 menit untuk menjangkau lokasi wisata religi ini. Sebab, jalan sempit untuk menjangkau masjid ini tidak terdeteksi oleh aplikasi Google Maps.

Setelah menuntaskan salat zuhur, IDN Times bertemu dengan Yono, salah satu pengurus masjid yang juga menjadi imam salat siang. Yono bercerita, masjid yang didirikan oleh Kiai Abdurrachman Ma’sum ini berdiri sejak 1963. Kiai Ma’sum ingin mendirikan masjid ini karena, pada tahun itu, hanya ada dua masjid di daerah Menteng Dalam.

“Tahun 1963, masih jarang ada masjid. Di Menteng Dalam, cuma ada Masjid As-Syafi’iyah. Itu jaraknya jauh kan. Karena itulah Kiai Ma’sum ingin mendirikan masjid,” kata Yono yang kala itu menggunakan pakaian muslim berwarna biru dan peci abu-abu.

2. Mengenal Kiai Abdurrachman Ma’sum

Masjid Baiturrahman, Masjid dengan Perahu Besar dan Emas 24 KaratIDN Times/Vanny El Rahman

Kiai Ma’sum dikenal sebagai ulama yang menganut aliran Tarekat Naqsyabandiyah. Beliau meninggal pada 2009 dan disemayamkan di tanahnya para jawara, Banten. Sebagai seorang tokoh agama, Kiai Ma’sum dikenal memiliki kepribadian yang disiplin dalam beribadah dan akrab dengan penduduk setempat.

Saat proses pembangunan masjid, Kiai Ma’sum memiliki beberapa permintaan kepada warga setempat. “Beliau menyarankan agar tidak meminta proposal untuk pendanaan masjid. Kata beliau, nanti juga bakal ada yang bantu,” terang Yono.

Beliau juga meminta agar lingkungan masjid ditanami pohon Bidara Cina dan Bidara Laut. “Di sekitar masjid ada pohon Bidara Cina dan Bidara Laut atau disebut syajaratun alyaqin. Beliau percaya itu pohon penjelmaan di surga. Kenapa di tanam di sini? Supaya aura-aura surga ada di sekitar masjid. Terlepas percaya atau tidak, itu amanah dari beliau ya haha,” ujarnya.

“Beliau zikirnya kuat. Orang tarekat begitu ya, dia gak mikir politik dan lain-lain. Yang beliau pikirkan adalah bagaimana memperbaiki diri melalui zikir,” sambung dia.

3. Perahu terinspirasi dari kisah Nabi Nuh

Masjid Baiturrahman, Masjid dengan Perahu Besar dan Emas 24 KaratIDN Times/Vanny El Rahman

Adapun perahu besar yang terletak di samping masjid merupakan buah pemikiran Kiai Ma’sum. Menurut penuturan Yono, bangunan berbentuk perahu terinspirasi dari kisah Nabi Nuh. Perahu tersebut diharapkan bisa menjadi pengingat akan bencana yang datang tidak mengenal waktu.

“Riwayatnya, beliau terinspirasi dari peristiwa Nabi Nuh. Yang mana peristiwa perjalanan itu akan diulang terus sampai akhir zaman. Jadi kita siap-siap kebagian musibah Nabi Nuh.

Semoga saja sih kagak ya haha. Tapi ya beliau kan penganut tarekat, jadi punya kemampuan khusus gitu,” beber Yono.

Saat ini, bangunan berbentuk perahu tersebut digunakan sebagai tempat berwudu. Perahu itu memiliki dua lantai, untuk lantai atas digunakan untuk berkumpulnya para pengurus masjid.

Dan untuk lantai bawah, merupakan tempat almarhum kerap bertapa. “Dulu beliau sering bertapa, bersemedi gitu di ruangan itu. terakhir digunakan tahun 2010. Dilanjutkan sama adeknya,” imbuh dia.

Namun sayang pembangunan masjid tersebut belum tuntas. Penuturan Yono, lima meter bagian belakang kapal tidak bisa dituntaskan sebab sang pemilik tanah tidak bersedia untuk mewakafkan tanahnya kala itu.

4. Masjid dengan Alquran raksasa

Masjid Baiturrahman, Masjid dengan Perahu Besar dan Emas 24 KaratIDN Times/Vanny El Rahman

Menuju ke bagian selatan masjid, masjid ini memiliki Alquran raksasa dengan besar 2 x 1 meter dan ketebalan sekitar 30 sentimeter. Dibutuhkan waktu sekitar 20 tahun untuk membuat kitab suci itu.

Haji Amir Hamzah, saat ini tinggal di Depok, dikenal sebagai orang berjasa yang membuat Alquran dengan ukiran kayu itu.

Pesona Alquran semakin indah dengan batu akik yang memutarinya. Ada sekitar sembilan jenis batu akik dalam bongkahan besar yang berada di sekitarnya. “Dulu almarhum memang suka pakai batu,” tutur Yono.

“Pada saat itu, termasuk Alquran terbesar kedua di Indonesia ya. Pitulisnya pakai tangan, makanya selesainya lama di tengah kesibukan penulis. Quran itu sudah ada sejak tahun 90an lah. Kenapa Alquran? Karena itu kitab suci yang memang harus diagungkan ya,” Yono menceritakan lebih jauh.

5. Terdapat satu kilogram emas di atas kubah masjid

Masjid Baiturrahman, Masjid dengan Perahu Besar dan Emas 24 KaratIDN Times/Vanny El Rahman

Tidak cukup sampai di situ, keindahan masjid dengan interior khas Demak, Jawa Tengah ini, juga terletak di puncak tertingginya atau di kubah masjid. Meski tidak terlihat secara kasat mata, puncak masjid ini memiliki emas 24 karat dengan berat 1 kilogram.

 

Dengan kehadiran emas di puncaknya, Kiai Ma’sum berharap masjid yang mampu menampung hingga 700 jemaah ini, bisa menyebarkan kemakmuran dan kebahagiaan ke penduduk sekitar.

 

Yono membeberkan, “Emas melambangkan kemakmuran. Selain itu juga supaya menarik. Jadi berharap supaya lingkunganya makmur. Emasnya itu berbentuk pohon dengan 99 daun. Untuk setiap daunnya, memuat satu asmaul husna."

 

Namun Yono menyayangkan kegiatan Masjid Baiturrahman yang mulai sepi. Sebab, selain aksesnya tertutup, hanya sekitar dua RT yang aktif melakukan kegiatan di masjid tersebut.

 

“Ya karena kemakan zaman ya, jadi jalannya juga ketutup apartemen. Selama Ramadan kegiatannya hanya buka bersama dan teraweh saja, karena hanya dua rukun tetangga saja masyarakatnya. Itu pun satu RT-nya adalah perkantoran,” tutupnya.

Topik:

  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya