Mengapa Suriah Menjadi Tujuan “Berjihad” Masyarakat Indonesia?

Jihad tidak selamanya berarti perang

 

Jakarta, IDN Times - Sabtu (9/12) lalu, Indonesia kembali digegerkan oleh penggerebekan terduga teroris. Kepolisian Resort Tanjung Perak Surabaya menangkap terduga teroris berinisial DY (35) warga Jalan Ampel Kembangan No. 25, Kecamatan Ampel, Kota Surabaya.

Dalam keterangannya, Kapolres Tanjung Perak, AKBP Ronny Suseno menyebut DY pernah berangkat ke Suriah.

"Yang bersangkutan pernah berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan gerakan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) pada tahun 2013 lalu pulang pada tahun 2014," terangnya kepada awak media.

Banyaknya terduga teroris yang merupakan 'alumni' ISIS di Suriah bukanlah isapan jempol belaka.

Baca juga: Terduga Teroris Ampel Pernah ke Suriah

Mengapa Suriah Menjadi Tujuan “Berjihad” Masyarakat Indonesia?IDN Times/Rudy Bastam

Berdasarkan data pemerintah, sepanjang tahun 2016 terdeteksi hampir 1000 orang melakukan penerbangan ke Suriah.

Pengamat terorisme, R. Rakyan Adibrata, menjelaskan mengapa wilayah yang dipimpin oleh Bashar Al Assad itu menjadi tujuan penerbangan orang-orang tersebut.

 “Jumlah orang Indonesia yang ke Suriah menurut data terakhir dari pemerintah, lebih dari 800 orang, itu tahun 2016. Dari total yang berangkat, sebagian besar masuk ke Suriah dan sekitar 400 dideportasi ke Indonesia,” ungkap peneliti terorisme dari Certified Counter Terrorism Practitioner Board di Singapura ini kepada IDN Times, Sabtu (9/12) malam.

Alasan yang menyebabkan Warga Negara Indonesia (WNI)  menyambangi Suriah, tambah Rakyan, adalah berperang bersama kelompok terorisme atau berpindah ke tempat yang lebih baik dan memulai hidup baru.

“Pertama mereka yang bergabung dengan ISIS menjadi kombatan, layaknya Abu Jandal dan Bahrun Naim. Tapi juga ada orang-orang yang berangkat hanya sekedar hijrah. Namun sepanjang perjalanan, orang-orang yang hijrah itu juga dipaksa untuk berlatih militer,” jelasnya melalui sambungan telepon.

Kemudian, besarnya gelombang Warga Negara Indonesia (WNI) yang menyasar Suriah sebagai tempat merelakan nyawanya tidak lepas dari kisah perang akhir zaman yang dibentuk oleh ISIS.

“Karena narasi-narasi yang dibangun oleh ISIS memberikan kesan bahwa (tujuan) mereka diselaraskan dengan Perang Akhir Zaman, bahwa akan ada perang maha besar di wilayah yang namanya Syam, yang merupakan bagian dari Suriah,” katanya.

Tidak hanya itu, banyak juga WNI yang terjebak dengan kisah yang diceritakan oleh Nabi Muhammad tentang tanda-tanda akhir zaman.

“Kemudian, mereka mengaitkan dengan salah satu nubuat dari Nabi Muhammad tentang panji hitam dari Timur atau bendera hitam dari timur. Ini merupakan bentuk penyelarasan (ISIS), sehingga mereka memakai bendera hitam dengan logo dari cincin Rasulullah,” tambah pengamat HAM di ASEAN Parliamentarians for Human Rights (APHR) tersebut.

Jargon ISIS untuk mendirikan khilafah Islamiyah kerap menjadi daya tarik bagi beberapa kalangan. “Semua narasi yang dibangun akan mengarah kepada khalifah terakhir di akhir zaman,” beber Rakyan.

Semua narasi di atas, menurutnya, akan sangat efektif menyerang kalangan yang tidak memiliki paham keagamaan secara mendalam. “Narasi yang dibangun akan sangat mengena kepada orang yang tidak paham konteks keIslaman dan konteks perang akhir zaman. Itu yang membuat banyak orang termakan rayuan ISIS,” tutupnya.

Baca juga: 5 Hal Ini Menjelaskan Mengapa Banyak WNI Bergabung Dengan Kelompok Teroris

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya