Mengenal Al Busyra Basnur: dari Wartawan Hingga Menjadi Diplomat Senior

Potret diplomat zaman now!

Jakarta, IDN Times - Siapa sangka, Putra Minang yang dulunya bekerja sebagai wartawan daerah kini menjadi seorang diplomat senior. Dia adalah Al Busyra Basnur, lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat pada 1960, pada Januari 2018 menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Pada acara peluncuran karya tulisnya yang bertajuk Diplomasi Publik: Catatan, Inspirasi, dan Harapan, bapak tiga anak ini menceritakan lika-liku perjalanan karirnya hingga kini menjadi seorang diplomat senior di Indonesia.

“Menulis seolah menjadi bagian hidup saya. Pertama kali saya menulis di surat kabar pada kelas 2 SMP. Tulisan saya waktu itu menceritakan tentang pengalaman saya setelah mengikuti jambore. Walau saya sangat menggeluti dunia jurnalistik, ternyata takdir berkata lain,” kata Basnur di Universitas Budi Luhur, Jakarta Selatan, Jumat (2/3).

Jauh sebelum menjadi diplomat, ternyata masa muda alumni Universitas Andalas ini menyimpan banyak kisah menarik. Apa saja kisahnya, yuk simak lima hal tentang Al Busyra Basnur yang dihimpun IDN Times.

1. Saking sukanya menulis, dia sampai ditegur gurunya

Mengenal Al Busyra Basnur: dari Wartawan Hingga Menjadi Diplomat SeniorTwitter/@Portal_Kemlu_RI

Basnur memulai karirnya di dunia jurnalistik sejak menginjak kelas 2 SMA. Pada saat itu, ia menjadi wartawan di surat kabar Haluan.

“Kemampuan menulis saya terus saya kembangkan. Saya menulis cerpen, puisi, dan prosa. Hingga kelas 2 SMA saya ditunjuk sebagai wartawan daerah surat kabar Haluan,” kata dia di hadapan puluhan mahasiswa.

Basnur semakin bersemangat menggeluti dunia jurnalistik. Bahkan, lantaran euforia menulis yang berlebihan, dia sempat mendapat surat teguran dari sekolah.

“Dulu ketika menuliskan ada honornya, hingga sempat kepala sekolah mengirim surat merah atau surat peringatan kepada kedua orangtua saya. Karena pekerjaan ini menjadikan saya menomorduakan sekolah saya. Ini jangan ditiru loh, ini saya bicara gini karena kalian bukan SMA, ya,” kata dia, yang disambut tawa hadirin.

Basnur sadar, surat teguran itu menjadi pertanda agar dirinya lebih memperhatikan sekolahnya. “Dulu saya selalul lima besar, tiba-tiba nilainya anjlok. Setelah itu baru lah saya 'bertaubat' kembali ke jalan yang benar,” gurau Basnur.

2. Menulis menggunakan mesin ketik sambil buka baju

Mengenal Al Busyra Basnur: dari Wartawan Hingga Menjadi Diplomat SeniorTwitter/@Portal_Kemlu_RI

Pada era itu, gadget dan laptop maupun komputer belum menjadi media mainstream seperti sekarang ini. Basnur selalu menggunakan mesin ketik manual untuk menulis. Di hadapan tamu undangan, Basnur pun membawa mesin ketik hitam yang selalu menemaninya saat ia menghasilkan berbagai karya tulisnya.

“Ada yang tahu ini apa? Pasti tidak tahu kan?” tanya kepada mahasiswa sambil menunjuk mesin ketiknya.

“Ini adalah mesin ketik, dulu saya nulis pakai ini, yang setiap salah harus di tipe x. Tidak seperti sekarang yang menulis gampang pakai HP atau laptop,” tutur dia.

Aroma nostalgia semakin menguat ketika dia menceritakan suasana serta kondisi ruangan yang digunakan Basnur untuk menulis berita.

“Tempat saya menulis berita dulu tidak ada AC, jadi karena panas, saya nulis berita harus sambil buka baju,” ungkap Basnur, kembali disambut tawa hadirin. 

Baca juga: Kenal Lebih Dekat dengan Sosok Inspiratif Mellya Baskarani

3. Sering menumpang baca koran di warung makan

Mengenal Al Busyra Basnur: dari Wartawan Hingga Menjadi Diplomat Seniornaps.sk

Keterbatasan media informasi pada saat itu menuntut Basnur muda harus lebih kreatif. Sulitnya mencari koran membuat Basnur harus mengunjungi warung makan hanya untuk membaca surat kabar.

“Dulu zaman saya SMA, saya suka numpang baca koran di warung makan. Koran pada saat itu sebagai pelaris warung makan juga, jadi saya sering numpang baca sekalian makan,” kenang Basnur.

4. Selalu menjadi humas pada setiap acara

Mengenal Al Busyra Basnur: dari Wartawan Hingga Menjadi Diplomat Seniornaps.sk

Memasuki dunia kampus, Basnur muda merupakan aktivis Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Aktif di dunia jurnalistik, menjadikan ia selalu menempati posisi sebagai humas dalam setiap kegiatan.

“Sebagai penulis dan novelis, saya dikenal oleh banyak masyarakat. Apalagi waktu itu saya pernah mendapatkan program pertukaran pelajar ke Kanada. Nah, karena basic saya yang jurnalistik dan seorang aktivis, akhirnya saya selalu menjadi panitia humas kalau ada acara,” ujar pria yang menuntaskan studi masternya di Universitas Santo Tomas (UST) Manila, Filipina.

5. Pernah bercita-cita menjadi anggota DPRD

Mengenal Al Busyra Basnur: dari Wartawan Hingga Menjadi Diplomat Seniornaps.sk

Lantaran aktif di dunia jurnalistik, Basnur muda sempat bermimpi menjadi dosen. Tak hanya itu, terlibat di dunia aktivis, diplomat yang pernah bertugas di Konsul Jenderal Republik Indonesia di Houston, Amerika Serikat pada 2010-2013 ini, pernah berkeinginan menjadi anggota legislatif.

“Saya pernah bercita-cita jadi dosen, karena pada saat itu prospek wartawan itu bagus dan bisa rangkap kerja wartawan dan dosen. Saya juga pernah bercita-cita jadi anggota DPRD tingkat satu Sumatera Barat, karena waktu itu saya aktivis dan wartawan. Tapi inilah yang saya katakan, takdir bercerita lain,” kata dia.

Kini, di tengah kesibukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Luar Negeri, Basnur masih sempat menyisakan waktunya untuk menulis di surat kabar, karena kecintaanya pada dunia jurnalistik tak pernah hilang.

“Sekarang saya sering menulis di kolom opini di berbagai media. Sekurang-kurangnya ada 600 opini lebih yang pernah saya tulis. Dan semakin sering saya menulis, semakin besar tanggung jawab intelektual saya. Kalau dulu saya menulis hanya koreksi sekali dua kali, sekarang saya bisa koreksi sampai 30 kali,” Basnur mengakhiri kisahnya.

Baca juga: Mengenal Sosok Kepala BNN Baru Heru Winarko, Kapolres Jakpus Hingga Deputi KPK

Topik:

Berita Terkini Lainnya