Menguak Kehidupan Diplomat lewat Buku Diplomasi Publik

Diplomat identik dengan pelesiran ke luar negeri.

Jakarta, IDN Times - Bekerja menggunakan jas dan dasi, pelesiran ke luar negeri, serta santap kuliner dengan makanan kualitas nomor satu adalah gambaran umum pekerjaan seorang diplomat yang beredar di masyarakat.

Tapi, apakah benar pekerjaan diplomat atau pegawai Kementerian Luar Negeri (Kemlu) seperti itu?

Buku 'Diplomasi Publik: Catatan, Inspirasi, dan Harapan' karangan diplomat Al Busyra Basnur bisa menjadi referensi bagi mereka yang ingin tahu bagaimana cara diplomat bekerja. Melalui buku setebal 226 halaman itu, pria kelahiran 1960 itu membeberkan bagaimana diplomat bekerja hingga sisi lain kehidupannya. 

"Buku tentang diplomasi publik itu sangat jarang di toko. Sekalipun ada, itu menggunakan teori-teori, banyak analisis, dan kesimpulannya saja bikin rumit. Nah, buku ini saya buat dengan gaya novel, sehingga mudah dibaca oleh kawan-kawan," katanya pada acara bedah buku dalam rangkaian LSPR Communication Festival, fX Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu (28/7). 

Apa sih isi dari buku ini? Yuk simak ulasannya. 

1. Menceritakan keseharian diplomat bekerja

Menguak Kehidupan Diplomat lewat Buku Diplomasi PublikInstagram/@albusyra_basnur

Buku ini memiliki 26 bab. Setiap bagiannya menceritakan kegiatan diplomasi yang dilakukan oleh Busyra saat dirinya menjabat sebagai Direktur Diplomasi Publik Kemlu RI. 

"Bisa kita lihat di Bab 1, itu saya menceritakan dimana sih letaknya Kemlu itu, bagaimana suasana pagi harinya, kami saling bertegur sapa. Kemudian ada juga Bab 4 yang menceritakan tentang kegiatan kami bersama mahasiswa dan masyarakat. Ini semuanya fakta yang dikemas dalam bahasa yang ringan. Kemarin, Prof. Din Syamsudin menyebut buku ini sebagai scientific novel," lanjutnya. 

 

2. Mengungkap kegiatan Kemlu di dalam negeri

Menguak Kehidupan Diplomat lewat Buku Diplomasi PublikIDN Times/Vanny El Rahman

Persepsi masyarakat soal pekerjaan diplomat yang selalu bepergian ke luar negeri seakan terbantahkan melalui buku ini. Melalui buku yang diterbitkan oleh CV Aswaja Pressindo, Busyra justru mengulas pekerjaannya di dalam negeri. 

"Di sini ada cerita saat berkunjung ke Kupang, Ambon, Lamongan, Bandung, Palembang, bahkan Gontor. Ini memang arahan dari Presiden Joko Widodo dan Menlu Retno Marsudi agar diplomasi juga dirasakan oleh masyarakat dalam negeri," ungkap pria yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik.

3. Memuat hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang diplomat

Menguak Kehidupan Diplomat lewat Buku Diplomasi PublikIDN Times/Vanny El Rahman

Hadir pula sebagai pembicara adalah Indra, salah satu pengajar di Hubungan Internasional LSPR. Setelah membaca buku tersebut, ia melihat ada lima hal yang sekurangnya harus dimiliki oleh para diplomat. 

"Karakter yang saya lihat, karakternya Pak Busyra ini berdedikasi, loyalitas, nasionalisme, sangat memaknai persahabatan, dan keluarganya. Tidak ada diplomat hebat tanpa 5 hal ini," ujar dia. 

4. Menyajikan wajah lain diplomasi

Menguak Kehidupan Diplomat lewat Buku Diplomasi PublikInstagram/@albusyra_basnur

Sebagai seorang dosen, Indra mengakui bahwa buku ini sangat membantu mahasiwa dan pemuda dalam memahami praktik diplomasi. Sebab, sebagaimana dikatakan di atas, kebanyakan buku terkait diplomasi dibahas dengan bahasa yang baku dan ilmiah. 

"Secara singkat saya melihat bahwa diplomasi sebagaimana yang dipelajari dalam Hubungan Internasional dengan apa yang digambarkan dalam buku ini sangat jauh sekali. Betapa sederhananya buku ini dalam membahas diplomasi. Dan lagi-lagi, diplomasi ternyata dilakukan juga di dalam negeri," katanya.

5. Menyajikan romansa berkeluarga seorang diplomat

Menguak Kehidupan Diplomat lewat Buku Diplomasi PublikInstagram/@albusyra_basnur

Bagian terakhir pada buku ini menunjukkan sisi yang sedikit melankolis. Hal ini menggambarkan, selain harus menjaga warga negara dan nama bangsa, diplomat juga berkerwajiban menjaga keluarganya. 

Bab 26 mengulas tentang pertemuan Busyra dengan sahabat kakaknya yang sudah terpisah selama 45 tahun. Harus dikatakan, bagian ini menyentuh hati dan berhasil menunjukkan sisi melankolis seorang diplomat. 

Melalui lembaran terakhir Busyra menulis, "Keluarga adalah akar kehidupan, sumber kekuatan, dan tempat lahirnya semangat perdamaian, nafsu prahara dan bencana. Di situ pula tempat setiap kita berlabuh."

Nah, penasaran gak dengan bukunya? 

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Dwifantya Aquina
  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya